Hanya Lelah dan Letih – Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang menngikutinya hingga Akhir zaman.
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, setiap orang berharap puasanya, zakatnya, sholatnya diterima oleh Allah Azza wajalla, Namun ternyata tidak demikian betapa banyak orang yang berpuasa, shalat malam, mengeluarkan zakat, bersedekah tiap hari akan tetapi hanya mendapatkan lelah dan letih, berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, shalat malam hanya mendapatkan begadang. Lalu apa yang menyebabkan mereka hanya mendapatkan Lelah dan letih dari ibadah yang mereka lakukan? Bukankah Allah akan memberi balasan terhadap ibadah yang dilakukan hamba-hambanya?
Mereka mendapatkan Lelah dan letih dari ibadah yang mereka lakukan disebabkan mereka melakukan ibadah bukan hanya karena Allah, namun mereka melakukannya untuk mendapatkan pujian dari orang lain, ingin dikatakan orang yang rajin ibadah, banyak bersedekah karena ingin dikatakan sebagai orang yang dermawan, membaca Al-quran karena ingin dikatakan orang yang mahir dan pandai dalam membaca Al-Qur’an. Allah akan memberikan Balasan terhadap hamba-hambanya sesuai dengan jeripayah dan usaha serta niat hamba-hambanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “setiap amalan tergantung dengan niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan” (Mutafaqun alaih)
Betapa banyak orang yang berpuasa dia hanya mendapatkan lapar dan dahaga, shalat malam hanya mendapatkan Lelah dan letih dan tidak tidur malam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ
Artinya: “Betapa banyak orang yang puasa, tidak dia dapatkan dari puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang shalat malam dia tidak dapatkan dari shalat malamnya melainkan hanya begadang”[1].
Imam adz-dzahabi berkata: Apabila puasa dan shalat dilakukan bukan karena mengharap wajah Allah dan pahala dari-Nya.
Setiap amalan ibadah yang dilakukan dengan riyak dan sum’ah tidak akan diterima oleh Allah dan Allah jadikan amalan tersebut bagaikan debu yang beterbangan.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“dan kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan” (QS. Al-Furqa : 23)
Berkata Iman adz-dzahabi: setiap amalan yang dilakukan bukan karena Allah sehingga Allah gugurkan pahalanya dan amalannya Allah jadikan debu yang beterbangan.
Rasulullah memperingatkan sahabat-sahabtnya dan kaumnya secara umum akan bahaya Riyak. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
اياكم والشرك الأصغر قالوا: يا رسول الله، وما الشرك الأصغر؟ قال: الرياء، يقول الله عزوجل يوم يجازي العباد بأعمالهم: اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤونهم بأعمالكم في الدنيا، فانظروا هل تجدوا عندهم جزاء
Artinya: “jahuilah oleh kalian syirik kecil, mereka bertanya wahai Rasulullah apakah syirik kecil itu? Rasulullah bersabda: Ar-riyak, Allah berfirman pada hari pembalasan kelak: pergilah kalian kepada orang yang kalian riyak dengan amalan-amalan kalian sewaktu didunia, kemudian perhatikanlah apakah kalian dapatkan balasan disisi mereka terhadap amalan kalian” (HR. Ahmad:428/5, dan di shahikkan oleh syaikh Al-bani di dalam kitab ash-shahihah:951)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
أخوفُ ما أخافُ عليكمُ الشركُ الأصغرُ، فسُئِلَ عنه، فقال: الرياءُ
Artinya: “perkara yang paling aku kwatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil, kemudian ditanya, apa itu syirik kecil? Beliau menjawab: ar-riyak” (HR. Ahmad dan baihaqi 6412 syuabil iman)
Dari berbagai dalil di atas menunjukkan betapa bahayanya riyak dan pengaruhnya terhadap amalan seorang hamba, sampai-sampai amalannya Allah jadikan debu yang beterbangan, dan tidak mendapatkan sedikitpun pahala hanya mendapatkan lelah dan letih dari upaya dan usaha ibadah yang dilakukannya lantas adakah kiat-kiat agar amalan kita diterima oleh Allah Azza wa Jalla.
Di antara kiat-kiat amalan agar diterima oleh Allah.
- Ikhlas dalam beramal.
Tidak ada jalan dan kiat-kiat agar amalan kita diterima oleh Allah kecuali pertama Ikhlas (beramal hanya mengharapkan wajah dan pahala dari Allah Azza wa Jalla).
sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
فَٱدعُواْ ٱللَّهَ مُخلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ وَلَو كَرِهَ ٱلكَٰفِرُونَ
Artinya: “Serulah Allah dengan mengikhlaskan peribadahan dalam beragama hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya”. (QS. Ghafir: 14)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَاْبتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan, kecuali (amalan) yang ikhlas dan mengharapkan wajah Allah semata”. (HR. An-Nasai no. 3140 dari sahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan An-Nasai no. 3140)
Begitu pentingnya keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla, Bahkan ketika suatu ibadah dilakukan bukan berdasarkan ikhlas, akan Rusak dan menjadi bumerang bagi pelakunya.
- Mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Rasulullah sallallahu alaihi wa Sallam)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُل إِن كُنتُم تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحبِبكُمُ ٱللَّهُ وَيَغفِر لَكُم ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad) niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian, Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran: 31)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
الْعَمَلُ بِغَيْرِ إِخْلَاصٍ وَلَا اقْتِدَاءٍ كَالْمُسَافِرِ يَمْلَأُ جَرَابَهُ رَمْلًا يُثْقِلُهُ وَلاَ يَنْفَعُهُ
Terjemahannya: “beramal tanpa keikhlasan dan tidak meneladani ajaran Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, bagaikan seorang musafir yang mengisi penuh tasnya dengan pasir. Itu hanya akan membebani perjalanannya, dan tanpa manfaat sedikit pun”. (Al-Fawaid hlm. 66)
Sumber artikel:
- Al-Quranul karim.
- Kitab Al-kabair imam Adz-dzahabi, cet darul aqidah 2016.
- Terjemah ringkasan syuabul iman imam Al-baihaqi, cet darus-sunnah 2014.
- Syarhu durusil muhimmah liamatil ummah, cet dar An-nashihah 2015.
- Al-fawaid, ibnul qayyim, cet dar alimil fawaid
Ditulis oleh: Ali zhufri (Tenaga pengajar pondok pesantren Darul quran wal hadist oku timur)
[1] ) HR Ahmad, dan ibnu hibban dan di shahihkan oleh syikh Al-bani dalam kitab shahihil jamik: 3490.
BACA JUGA:
Leave a Reply