Hakikat Riya

hakikat riya

Al-izz Abdus salam Rahimahullah berkata, “ Riya’ adalah menampakkan amal ibadah agar pelakunya mendapat tujuan duniawi, begitu mendapatkan manfaat duniawi, penghormatan, atau pengagungan.“

Al-Ghazali Rahimahullah berkata, Riya’ adalah mengharapkan pangkat dan kedudukan dengan ibadah”

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, “ Riya’ adalah menampakkan ibadah karena ingin dilihat oleh manusia sehingga mereka memuji pelakunya, dan Ryia’ ini mirip dengan sum’ah,  dan sum’ah khusus bagi yang bisa didengar seperti bacaan dan nasehat, sedangkan Ria itu pada sesuatu yang bisa dilihat seperti shalat dan sedekah, dan yang kita bicarakan sini mencakup keduanya.

Akar dari riya’ adalah pengagungan terhadap makhluk, mencintai pangkat dan tingginya kedudukan di sisi mereka, dan ini adalah akar dari musibah dan tempat bersembunyinya penyakit, maka engkau Lihat seorang hamba yang terjangkit oleh penyakit yang sudah paten menetap ini dan orang yang sangat menginginkan kesempurnaan Dia sangat mencintai semua hal yang bisa memperbesar kedudukannya disisi manusia, ingin menjadi pusat perhatian, mencintai kekuasaan dan sangat menginginkan orang lain merasa kagum kepadanya.

Maka penyakit yang membinasakan ini memiliki sebab-sebab kembali kepada hal yang telah disebutkan:

  1. Mencintai pujian dan Sanjungan
  2. Menghindari celaan
  3. Menginginkan dengan rakus apa yang dimiliki oleh manusia.

Macam-macam riya’

  1. Riya’ murni: Ia memurnikan tujuan hanya untuk dilihat oleh makhluk, sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ  يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ.

Artinya: “dan apabila Mereka berdiri untuk salat Mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan salat di hadapan manusia…. (QS. An-Nisa: 142)

Ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnul qayyim, “ ini Ria murni hampir tidak akan muncul dari seorang mukmin, dan Tidak diragukan lagi bahwasanya ini menggugurkan Amal.

  1. Tersebut dilakukan karena Allah, akan tetapi disertai riya di awal dan akhirnya, dan Tidak diragukan lagi bahwa hanya ini juga menggugurkan Amal.
  2. Amal tersebut dasarnya dilakukan karena Allah lalu Riya muncul secara tiba-tiba padanya, hal ini memiliki beberapa kondisi:

a). Jika dia menyingkirkan bahaya riya ini dan tidak merasa tenang dengan keberadaannya, maka tidak dipertentangkan lagi bahwasanya ia tidak membahayakannya.

  1. b) Jika dia membiarkannya dan merasa tenang dengan keberadaannya, maka ada dua kemungkinan:
  • jika ibadah tersebut saling berkaitan satu sama lain seperti salat mama maka ibadahnya batal.

  • ibadah tersebut tidak saling berkaitan satu sama lain seperti sedekah, maka ia tidak batal, kecuali ketika berbarengan dengan keberadaan perasaan riya tersebut.

Bahaya Riya

Islam mencela riya dan orang-orang yang berbuat riya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ. الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ. وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ.

Artinya: Maka kecelakaanlah bagi orang yang salat, Iya itu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat Ria dan enggan menolong dengan barang berguna.“ (QS. Al-Ma’un: 4-7)

Dan dia memberitahukan bahwa Ria termasuk di antara sifat orang munafik, seraya Allah Ta’ala berfirman:

وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ  يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ

Artinya: “Apabila mereka orang-orang munafik berdiri untuk salat Mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya”. (QS. An-Nisa: 142)

Allah ta’ala berfirman,

يا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ  كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَه رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ  فَمَثَلُه كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَه وَابِلٌ فَتَرَكَه صَلْدًا ۗ  لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menghilangkan pahala sedekah kalian dengan menyebut nyebutnya dengan menyakiti perasaan si penerima seperti orang yang menafkahkan hartanya karena dia kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah ia bersih tidak bertanah. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. “ (QS. ِِAl-Baqarah: 264)

Demikianlah, amal orang yang berbuat Riya hilang dan keberkahannya juga musnah darinya. Allah memperingatkan kita dari riya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ  لَئِنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Artinya: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), Niscaya akan hapuslah amalmu.“ (QS. Az-Zumar: 65)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda ketika beliau bertalbiyah untuk haji,

اللهم حجة لا رياء فيها ولا سمعة.

Artinya: “ya Allah ini adalah haji yang tidak ada riak didalamnya dan tidak ada pula Sum’a. “ )diriwayatkan oleh ad-dhiya dengan sanad yang shahih(

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

قال الله تعالي انا أغني الشركاء عن الشرك من عمل عملا أشرك معي فيه غيري, تركته وشركه.

Artinya: “Allah ta’ala berfirman Aku ini adalah zat yang paling tidak membutuhkan sekutu maka barangsiapa yang beramal dengan suatu amal yang tidak menyekutukan dengan yang lain denganku padanya mama niscaya aku tinggalkan dia dan sayapnya. (HR. Muslim)

An Nasa’i meriwayatkan dari umamah Radhiyallahu Anhu Dia berkata, dari abu umamah Dia berkata:

جاء رجل الي النبي صلي الله عليه وسلم فقال:أريت رجلا غزا يلتمس الأجر واذكر ما له? فقال رسول الله صلي الله عليه وسلم لا شيء له ثم قال:ان الله لا يقبل العمل الا ما كان له خالصا وابتغي به وجهه.

Artinya: “seorang laki-laki datang kepada nabi dan Seraya berkata Bagaimana pendapatmu tentang seorang yang berperang karena menginginkan balasan pahala dan popularitas?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “ dia tidak mendapatkan apa-apa.” Lalu orang tersebut mengulangi pertanyaannya ( hingga) 3 kali, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa-apa. “ Kemudian beliau bersabda,” sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal apa pun kecuali amal yang dilakukan dengan ikhlas untuknya dan dengan amal tersebut wajah Allah diharapkan. “ (HR. An-Nasa’i dalam sunannya)

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

من كانت الدنيا همه فرق الله عليه أمره, وجل فقره بين عينه ولم يأته من الدنيا الا ما كتب له,  ومن كانت الأخرة نيه جمع الله له الله له أمره, وجعل غناء في قلبه وأتته الدنياوهي راغبة,

Artinya: “barang siapa yang tujuan utamanya adalah dunia, maka Allah akan mencerai beraikan urusannya menjadikan kefakiran di hadapan kedua matanya dan dia tidak akan diberi kenikmatan dunia kecuali yang telah ditetapkan untuknya. Dan barangsiapa yang niatnya untuk mendapatkan akhirat, maka Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikannya merasa cukup di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh al-Albani).

 

REFERENSI:

Nama :  Riduwan

Judul : Hakikat Riya’

Sumber : Dahsyat ikhlas dan bahaya Riya’ cet. Darul Haq

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.