Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa – Segala puji bagi Allah kami memuji, memohon pertolongan dan memintak ampun kepadaNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa di beri petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukiNya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang di sembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Dan bersaksi bahwa muhammad itu adalah hambah dan RasulNya. Amma ba’du:
Sesunngguhnya Allah mewajibkan beberapa kewajiban yang tidak boleh diabaikan, memberikan beberapa ketentukan yang tidak boleh dilampaui dan mengharapkan beberapa hal tidak boleh di langgar
“Apa yang dilakukan oleh dalam kitabNya, maka itulah yang halal dan apa yang diharamkanNya, maka itulah yang haram, sedangkan apa yang dimaafkan,maka terimalah pemafan dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lupa .” kemudian beliau membaca ayat,’Dan tidaklah tuhanmu
Adapun hal-hal yang diharapkan adalah:
1.SYIRIK
Syirik atau menyekutukan Allah adalah sesuatu yang amat diharamkan dan secara mutlak merupakan dosa yang paling besar.Hal ini berdasarkan hadist yang di riwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ألا أنبّؤكم بأكبر الكبائر؟ {ثلاثا}, قالوا: قلنا: بلى يارسول الله, قال: الإشراك بالله…
Artinya: “Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?”(3 kali). Mereka berkata,”Menyekutuka Allah….”[1]
Setiap dosa berkemungkinan diampuni oleh Allah kecuali syirik, ia memelurkan taubat khusus, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
{إنّ الله لايغفر أن يشرك به, ويغفر مادون ذلك لمن يشآء}
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang di kehendakiNya.”(QS. An-Nisa: 48).
Di antara macam syirik adalah syirik besar. Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama islam dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan yang demikian,akan kekal didalam neraka.
Di antara kenyataan syirik yang umum di sebagian besar negara-negara islam adalah:
Menyembah kuburan
kepercayaan bahwa para wali yang telah meninggal dunia bisa memenuhi hajat dan bisa membebaskan manusia dari berbagai kesulitan. karena kepercayaan ini,mereka lau memintak pertolongan kepada para wali yang telah meninggal duni padahal Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
{وقضى ربّك ألاّ تعبدوا إلّآ إيّاه}
Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia”. (QS. Al-Isra: 23)
Termasuk katagori menyembah kuburan adalah memohon kepada orang-orang yang telah meninggal ,baik para nabi,orang-orang sholih atau lainyauntuk mendapatkan syafaat atau melepaskan diri dari kesukaran hidup . Padahal Allah berfirman yang artinya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?.” (QS. An-naml: 62)
Sebagian mereka, bahkan membiasasakan dan membudayakan bahwa menyebut nama syaikh atau wali tertentu, baik dalam keadaan berdiri,duduk,ketika melakukan suatu kekasahan, dalam setiap situwasi sulit, ketika ketimpa petaka, musibah kesukaran hidup.
DiantaraNya ada lagi yang menyeru,”Wahai muhammad.” Ada lagi yang menyebut ,”wahai Ali”
Yang lain lagi menyebut ,”Wahai syadzalih.” Dan yang lain menyebut al-Idrus syyidah zainab, ada pula yang menyeruh ibnu ulwan dan masih banyak lagi.
Termasuk syirik adalah bernazar dengan selain Allah, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang dengan bernazar memberi lilin dan lampu untuk para ahli kubur.
{أمّن يحيب آلمضطرّ إذا دعاه ويكشف آلسّوء ويجعلكم خلفآء الأرض أءله مّع آلله}
Artinya: “Maka dirikanlah sholat karena tuhanmudan berkurbanlah.”(QS. Al-Kausar: 2)
Maksudnya berkurbanlah hanya untuk Allah dan atas namaNya. Rasulullah bersabda,
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”[2]
Pada binatang sembelihan ada dua hal yang di haramkan oleh Allah .pertama,penyembelihannya untuk selain Allah dan kedua,penyembelihanya atas nama selain Allah keduanya menjadikan daging binatang sembelihan itu tidak boleh dimakan. dan termasuk penyembelihan jahiliyah -yang terkenal di zaman kita saat ini -adalah menyembeli untuk jin. yaitu mana kala membeli rumah atau membangunnya atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya, sebagai sembelihan sesajen karena takut gangguan jin.
Di antara contoh syirik besar- dan hal ini umum dilakukan- adalah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah atau sebaliknya. Atau kepercayaan bahwa seseorang memiliki hak dalam masalah tersebut, padahal Allah yang berhak. Atau berhukum kepada perundang-undangan jahiliyah secara sukarela dan atas kemauannya, seraya menghalalkannya dan menyakini bahwa hal itu dibolehkan. Allah menyebutkan kufur besar ini dalam firmanNya,
{آتّخذوا أحبارهم ورهبنهم أربابا مّن دون الله}
Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.” (QS. At-Taubah: 31)
Ketika Adi bin Hatim Radhiyallahu Anhu mendengar ayat tersebut dibaca oleh Rasulullah, ia berkata, “Orang-orang itu tidak menyembah mereka.” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan tegas bersabda, yang artinya “Benar, tetapi mereka (orang-orang alim dan para rahib itu) menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan oleh Allah, sehingga mereka menganggapnya halal. Dan mengharamkan atas mereka apa yang dihalalkan oleh Allah, sehingga mereka menganggapnya haram. Itulah bentuk ibadah mereka kepada orang-orang alim dan para rahib tersebut.”
Kepercayaan Adanya Pengaruh Bintang dan Planet Terhadap Berbagai Kejadian & Kehidupan Manusia
Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam shalat bersama kami, shalat Shubuh di Hudaibiyah -tampak masih ada bekas hujan yang turun di malam harinya-, setelah beranjak beliau menghadap kepada para sahabatnya, seraya berkata, yang artinya ” Apakah kalian mengetahui apa yang difirmankan oleh Tuhan kalian?” Mereka menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Allah berfirman, “Pagi ini di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, ‘Kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmatNya, ‘maka dia beriman kepadaku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, ‘Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu,’ maka dia telah kufur kepadaKu dan beriman kepada bintang.”
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet tersebut maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan, maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan berdosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal yang syirik tersebut. Maka membacanya termasuk hal-hal syirik tersebut. Maka membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
Termasuk syirik, mempercayai adanya manfaat pada sesuatu yang tidak dijadikan demikian oleh Allah. Seperti kepercayaan sebagian orang terhadap jimat, mantera-mantera berbau syirik, kalung dari tulang, gelang logam dan sebagainya, yang penggunaannya sesuai dengan perintah dukun, tukang sihir atau memang merupakan kepercayaan turun-temurun.
Mereka mengalungkan barang-barag tersebut di leher atau pada anak-anak mereka untuk menolak ‘ain. Demikian anggapan mereka. Terkadang mereka mengikatkan barang-barang tersebut pada badan, menggantungkannya di mobil atau di rumah. Atau mereka mengenakan cincin dengan berbagai macam batu permata, disertai kepercayaan tertentu, seperti untuk tolak bala’ atau untuk menghilangkannya.
Hal semacam ini tak diragukan lagi sangat bertentangan dengan (perintah) tawakkal kepada Allah. Dan tidaklah hal itu menambah kepada manusia, selain kelemahan. Kemudian pula, hal tersebut termasuk berobat dengan sesuatu yang diharamkan.
Berbagai jimat yang digantungkan, sebagian besar termasuk syirik jali (yang nyata). Demikian pula dengan meminta pertolongan kepada sebagian jin atau setan, gambar-gambar ruwet, tulisan-tulisan semrawut yang tidak dapat dipahami dan sebagainya. Sebagian tukang tenung menulis ayat-ayat al-Qur’an dan mencampur-adukkannya dengan hal lain yang termasuk syirik. Bahkan sebagian mereka menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan barang yang najis atau dengan darah haid. Menggantungkan atau mengikatkan segala yang disebutkan di atas adalah haram. Ini berdasarkan sabda Rasulullah, yang artinya “Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik.”
Orang yang melakukan perbuatan tersebut, jika ia mempercayai bahwa berbagai hal itu bisa mendatangkan manfaat atau mudarat (dengan sendirinya) selain Allah, maka dia telah masuk ke dalam golongan pelaku syirik besar. Dan jika ia mempercayai bahwa berbagai hal itu merupakan sebab datangnya manfaat atau mudharat, padahal Allah tidak menjadikannya sebagai sebab, maka dia telah terjerumus pada perbuatan syirik kecil dan ini masuk ke dalam kategori syirkul asbab.
2. RIYA’ Dalam Ibadah
Di antara syarat diterimanya amal shalih adalah bersih dari riya’ dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain, maka dia telah terjerumus ke dalam perbuatan syirik kecil dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya, shalat agar dilihat oleh orang lain. Allah berfirman, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-NIsa: 142).
Demikian juga, jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh orang lain, maka ia termasuk syirik kecil. Rasulullah memberi peringatan kepada mereka dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, yang artinya “Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah, niscaya Allah akan memperdengarkan (aib)nya dan barangsiapa melakukan perbuatan riya’, niscaya Allah akan memperlihatkan (aib) nya,”
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di samping ridha Allah, maka amalannya menjadi sia-sia belaka. Seperti disebutkan dalam hadits qudisi, yang artinya “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal syiriknya.”
3. THIYARAH
Thiyarah adalah merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya atau apa saja. Allah berfirman, yang artinya “Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, ‘Ini adalah karena (usaha) kami. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.” (Al-A’raf : 131)
Dahulu, di antara tradisi orang Arab adalah jika salah seorang mereka hendak melakukan suatu pekerjaan, berpergian misalnya, maka mereka meramal peruntungannya dengan burung.
REFERENSI:
judul: Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa
penulis: Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid
penerbit: Darul watan, riyadh (cet. th. 1414)
penerbit: Darul Haq
diringgkas oleh: Helmilia putri( Staf Pengajar Ponpes DQH)
[1]Muttafaq Alaih,al-bukhori,no.2511,cet.al-bugha
[2] Diriwayatkan oleh muslim,kitab shalih Muslim no.1978,cet Abdul Baqi.
BACA JUGA:
Leave a Reply