Cara Selamat Dari Sihir Dan Kedengkian Orang

selamat dari sihir dan kedengkian

 Cara Selamat Dari Sihir Dan Kedengkian Orang – Di antara penyakit yang sangat membahayakan, penyakit yang muncul gara-gara pengaruh sihir, pandangan jahat dan kedengkian orang. Pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkannya bisa mengakibatkan kematian. Alhamdulillah, dengan nikmat Allah ﷻ bagi hamba-hambaNya, Allahﷻ mengadakan bagiNya cara penuh keberkahan dan usaha-usaha yang bermanfaat untuk menolak keburukan-keburukan yang ditimbulkan hal-hal tersebut.

Imam Ibnul Qoyyim dalam Bada’i al-Fawaidh (2/238-246) telah menyebutkan sepuluh faktor penting secara global, bila dilakukan oleh seorang hamba dan praktekkannya, maka lenyaplah keburukan pendengki, pemilik pandangan jahat dan tukang sihir.

Pertama: Memohon perlindungan dan penjagaan kepada Allah dari keburukan-keburukan sihir, kedengkian manusia dan pandangan buruk orang lain.

Allah  ﷻ berfirman,

{ قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ }{ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ }{ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ }{ وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّـٰثَـٰتِ فِی ٱلۡعُقَدِ }{ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ }

Artinya: Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhlukNya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. (QS. Al-Falaq/113: 1-5)

Allah  ﷻ Maha Mendengar suara orang yang memohon perlindungan kepada-Nya, Mengetahui keburukan ia mohon perlindungan kepadaNya, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Allah satu-satunya tempat memohon perlindungan. Allah lah yang dapat memberikan perlindungan bagi orang-orang yang mohon perlindungan, menjaga dan memelihara dari keburukan yang mereka khawatirkan.

Kedua: Takwa kepada Allah  dan menjagaNya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengurus penjagaannya, tidak mengalihkan itu kepada pihak lain. Allah  ﷻ berfirman:

{إوَإِن تَصۡبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ لَا یَضُرُّكُمۡ كَیۡدُهُمۡ شَیۡـًٔاۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا یَعۡمَلُونَ مُحِیطࣱ}

Artinya: “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali-Imran/3: 120)

Nabi ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. (HR. At-Tirmidzi)

Maka, barangsiapa menjaga Allah dari sihir dan selainnya, niscaya Allah  ﷻ menjaganya, mendapatiNya di hadapannya di manapun ia berada. Siapa yang penjaganya adalah Allah  ﷻ, dan Dia di hadapannya, maka terhadap siapa ia akan ditakuti?

Ketiga: Bersabar dalam menghadapi musuhnya, tidak perlu melawannya, atau mengeluhkannya, juga tidak perlu bicara tentang gangguannya sama sekali.

Tidak ada sesuatu yang lebih membungkam orang pendengki melebihi sikap sabar dalam menghadapinya. Setiap kali permusuhan pendengki bertambah, maka kedzalimannya itu akan menjadi kekuatan bagi yang didengki, yang dengan itu ia sedang melawan dirinya sendiri tanpa ia sadari. Kedengkian dan permusuhannya justru berubah menjadi panah yang ia lontarkan kepada dirinya sendiri. Allah  ﷻ berfirman: “Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri”. (QS. Fathir/35: 43)

Apabila orang sabar terhadap pendengkinya, tidak mengambil pusing tentang perbuatannya, niscaya akan memperoleh kesudahan yang baik dengan izin Allah  ﷻ.

Keempat: Bertawakkal kepada Allah 

Barangsiapa bertawakkal kepada Allah ﷻ, niscaya Dia akan mencukupinya. Tawakkal sebagian dari faktor paling kuat bagi seorang hamba untuk menghadang gangguan, kedzaliman dan permusuhan manusia yang tidak mampu ia hadapi. Orang yang telah Allah  ﷻ lindungi dan cukupi, maka musuh tidak akan punya keinginan untuk melancarkan keburukannya. Sekiranya seorang hamba bertawakkal kepada Allah  ﷻ dengan sebenar-benar takwa, sementara langit seisinya akan menjatuhinya, niscaya Allah  ﷻ akan jadikan baginya jalan keluar dari bahaya itu, dan menolongnya.

Kelima: Mengosongkan hati dari sibuk memikirkan hal tersebut

Ia ingin menghapus apa yang terbetik dibenaknya tentang itu, tidak menoleh dan juga tidak takut kepadanya, serta tidak memenuhi hatinya dengan pikiran tentang itu. Ini termasuk cara penanganan paling bermanfaat dan kuat supaya keburukan pendengki sirna. Sikap ini seperti seseorang yang tengah dicari-cari musuhnya untuk ditangkap dan disakiti, namun ia menjauh darinya sehingga si pendengki tidak bisa berbuat apa-apa.

Keenam: Fokus kepada Allah  dan ikhlas kepadaNya, serta menjadikan tergapainya ridha dan mahabbah Allah pada setiap pikiran, hati dan keinginannya.

Keinginan dan bisikan hati ini akan mengisi benak pikiran sedikit demi sedikit dan akhirnya dapat menguasai jiwa, meliputinya, sehingga semua yang dipikirkan dan diinginkan hanyalah meraih cinta Allah dan dekat denganNya, memuji dan mengingatNya.

Allah  ﷻ berfirman tentang musuhnya, iblis:

{ قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِیَنَّهُمۡ أَجۡمَعِینَ }{ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِینَ }

Artinya; “Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shad/38: 82-83)

Orang yang ikhlas layaknya orang yang berlindung di benteng yang amat kokoh, sehingga tidak ada rasa takut pada diri orang yang berada di sana, dan tidak ada kekhawatiran hilang pada orang yang bertempat di sana. Musuh pun tidak berani mendekatinya.

Ketujuh: Memurnikan taubat kepada Allah dari semua dosa membuatnya disalahi oleh musuh-musuhnya.

Sesungguhnya Allah  ﷻ berfirman:

{ وَمَاۤ أَصَـٰبَكُم مِّن مُّصِیبَةࣲ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَیۡدِیكُمۡ وَیَعۡفُوا۟ عَن كَثِیرࣲ }

Artinya; “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”. (QS. Asy-Syura/42: 30)

Tidaklah seorang hamba dikuasai oleh orang lain yang menyakitinya melainkan karena dosa, baik ia ketahui. Dosa yang tidak disadari oleh seorang hamba yang berlipat-lipat daripada yang ia sadari. Dosa yang ia lupakan berlipat-lipat dari dosa-dosa yang ia ingat.

Disebutkan dalam doa yang masyhur:

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari menyukutukan Engkau sementara aku tidak tahu. Dan aku memohon ampunan kepadaMu dari apa (dosa) yang tidak aku ketahui”. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 719)

Alangkah besar kebutuhan seorang hamba terhadap istighfar kepada Allah dari dosa-dosa yang tidak ia ketahui yang jauh berlipat-lipat daripada dosa yang ia ketahui. Maka, saat ia harus menghadapi orang yang mengganggunya, tiada lain disebabkan oleh dosa-dosanya. Di dalam ini tidak ada keburukan kecuali dosa-dosa dan pengaruh-pengaruh buruknya. Apabila seseorang telah selamat dari dosa-dosa, niscaya akan selamat dari pengaruh-pengaruh buruknya.

Maka, saat seorang hamba didzalimi, disakiti atau dikuasai oleh orang-orang yang memusuhinya, tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat baginya daripada taubat nasuha dari semua dosa yang menjadi sebab orang yang tidak suka mendzaliminya. 

Sifat manusia saat hasad

Hasad itu sifatnya manusiawi. Setiap orang pasti punya rasa tidak suka jika ada orang yang setipe dengannya melebihi dirinya dari sisi keutamaan. Manusia dalam hal hasad ada 4 keadaan yaitu:

Pertama: Ada yang berusaha menghilangkan nikmat pada orang yang ia hasad. Ia berbuat melampaui batas dengan perkataan atau perbuatan. Inilah hasad yang tercela.

Kedua: Ada yang hasad pada orang lain. Namun, ia tidak menjalankan konsekuensi dari hasad tersebut di mana ia tidak bersikap melampaui batas dengan ucapan dan perbuatan. Al-Hasan Al-Bashri berpandangan bahwa hal ini tidak berdosa.

Ketiga: Ada yang hasad dan tidak menginginkan nikmat orang lain hilang. Bahkan ia berusaha agar memperoleh kemuliaan semisal. Ia berharap bisa sama dengan yanng punya nikmat tersebut. Hal ini dirinci menjadi dua, yaitu dalam urusan dunia dan urusan agama. Jika kemuliaan yang dimaksud hanyalah urusan dunia, tidak ada kebaikan di dalamnya. Contohnya adalah keadaan seseorang yang ingin seperti Qarun.

{ یَـٰلَیۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَاۤ أُوتِیَ قَـٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِیمࣲ }

[Surat Al-Qashash: 79]

“Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun.” (QS. Al-Qasas: 79)

jika kemuliaan yang dimaksud adalah urusan agama, inilah yang terbaik. Inilah yang disebut ghib-thah.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

لا حسد إلاّ على اثنتي: رجل آته الله مالا، فهو ينفق منه آناء الليل وآناء النهار، ورجل آتاه الله القرآن، فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار

“Tidak boleh ada hasad kecuali pada dua perkara: ada seseorang yang dianugerahi harta lalu ia gunakan untuk berinfaq pada malam dan siang, juga ada orang yang dianugerahi Al-Quran, lantas ia berdiri dengan membacanya malam dan siang.” (HR. Bukhari, no.5025, 7529 dan Muslim, no. 815)

keempat: Jika dapati diri hasad, ia berusaha untuk menghapusnya. Bahkan ia ingn berbuat baik pada orang yang ia hasad. Ia mendoakan kebaikan untukny. Ia pun menyebarkan kebaikan-kebaikannya. Ia ganti sifat hasad itu dengan rasa cinta. Ia katakan bahwa saudaranya itu lebih baik dan lebih mulia. Bentuk keempat inilah tingkatan yang paling tinggi dalam iman. Yang memilikinya itulah yang memiliki iman yang sempurna, di mana ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (Lihat Jaami’ Al-’Ulum wa Al-Hikam,2:260-263)

Tingkatan Hasad

  1. Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang meski tidak berpindah padanya. Orang yang hasad lebih punya keinginan besar nikmat orang lain itu hilang, bukan bermaksud nikmat tersebut berpindah padanya. Seharusnya setiap orang memperhatikan bahwa setiap nikmat sudah pas diberikan oleh Allah pada setiap makhluknya sehingga tak perlu iri dan hasad.

Allah Ta’ala berfirman,

{ وَلَا تَتَمَنَّوۡا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضࣲۚ لِّلرِّجَالِ نَصِیبࣱ مِّمَّا ٱكۡتَسَبُوا۟ۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِیبࣱ مِّمَّا ٱكۡتَسَبۡنَۚ وَسۡـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضۡلِهِۦۤ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣰا }

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’: 32)

2. Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang, lalu berkeinginan nikmat tersebut berpindah padanya. Misalnya, ada wanita cantik yang sudah menjadi istri orang lain, ia punya hasad seandainya suaminya mati atau ia ditalak, lalu ingin menikahinya. Atau bisa jadi pula ada yang punya kekuasaan atau pemerintah yang besar, ia sangat berharap seandainya raja atau pengusaha tersebut mati saja biar kekuasaan tersebut pindah kepadanya.

3. Tidak punya maksud pada nikmat orang lain, tetapi ia ingin orang lain tetap dalam keadaannya yang miskin dan bodoh. Hasad seperti ini membuat seseorang akan mudah merendahkan dan meremehkan orang lain.

4. Tidak menginginkan nikmat orang lain hilang, tetap ia ingin orang lain tetap sama dengannya. Jika keadaan orang lain lebih dari dirinya, barulah ia hasad dengan menginginkan nikmat orang lain hilang sehingga tetap sama dengannya. Yang tercela adalah keadaan kedua ketika menginginkan nikmat saudaranya hilang.

5. Menginginkan sama dengan orang lain tanpa menginginkan nikmat orang lain hilang. Inilah yang disebut dengan ghib-thah sebagaimana terdapat dalam hadits berikut.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

لا حسد إلاّ في اثنتين رجل آتاه الله مالا فسلّط على هلكته في الحق، ورجل آتاه الله الحكمة، فهو يقضى بها ويعلّمها

Artinya: “Tidak boleh hasad (ghibthah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infaqkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al-Quran dan As-Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, no.73 dan Muslim, no.816)

REFERENSI:

Diringkas oleh: Yasmin Yuni Azrah (Pegawai Ponpes DQH)

Sumber: Majalah Sunnah dan Website Rumaysho.com

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.