BAHAYA BERDUSTA ATAS NAMA ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA

BAHAYA

 

BAHAYA BERDUSTA ATAS NAMA ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA

 

Alhamdulillahirabbil ‘alamin puji syukur hanya milik Allah dan kembali kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Diantara ilmu yang paling mulia adalah mengenal Allah. Mengimaninya dengan sebenarnya bahwa Allah ada, mengimani bahwa seluruh makhluk di jagat raya ini milik Allah, Allah lah yang mengatur mereka dan seluruh makhluk tunduk dan patuh kepada-Nya, mengimani bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah dan sifatnya yang sempurna tidak ada padaNya kelemahan dan kekurangan. Dan mengimani bahwa setiap ketundukan manusia, permohonan manusia serta rasa cinta dan takut hanya untuk Allah Ta’ala. Dan kita mengetahui akan keagungan dzat-Nya serta kesempurnaan ilmu-Nya, tidak sama dengan makhluk-Nya. Karena Allah Maha Pencipta sedangkan manusia makhluk lemah yang bergantung kepada-Nya disetiap keadaan.

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah. Jika kita berdusta atas nama presiden, atau atas nama gubernur misalkan, atau lebih rendah dari gubernur walikota atau yang semisalnya, maka sungguh berat ancaman dan hukuman  yang akan  diterima. Maka bagaimana jika seorang berdusta ata nama penciptanya? Sungguh betapa kejinya kedustaan tersebut padahal Dia telah menciptakanya memberinya hidup dan kesenangan dunia tetapi kemudia dia berdusta atas nama Penciptanya. Jika dia berdusta atas nama seorang bisa saja dia lolos dari hukuman dan penderitaan, tetapi ketahuilah kedustaan atas nama Allah tidak akan luput dari hukuman dan siksanya di dunia ataupun di akherat. Begitupula kedustaan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sama buruk dan kejinya dusta atas nama Allah Ta’ala. Takutlah kepada Allah dan kembalilah kepadaNya dengan ketaantan dan ketundukan jiwa.

Imam Annawawi Rahimahullah mengaakan: “menurut pendapat ahlus sunnah, dusta adalah mengabarkan sesuatu yang berlainan dengan kenyataan yang sebenarnya, baik dengan sengaja  maupun tidkak. Apabila dilakukan dengan tidak sengaja maka pelakunya tidak mendapatkan dosa, namun apabila dilakukan dengan sengaja maka pelakunya mendapatkan dosa. Jadi arti dusta adalah mengabarkan sesuatu yang berbeda dengan kenyataan baik sengaja ataupun tidak.

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah, berikut ancaman-ancaman bagi siapa saja yang berani berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya.

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَّبَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا سَنَجْزِى ٱلَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ ءَايَٰتِنَا سُوٓءَ

ٱلْعَذَابِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْدِفُونَ

Artinya:

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling (QS. Al-An’am 157)

 

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ  إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ

ٱلظَّٰلِمِينَ

 

Artinya:

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS. Al’An’am. 144) .

 

 

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِـَٔايَٰتِهِۦٓ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Artinya:

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (QS. Al-An’am 41)

 

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

إِنَّمَا يَفْتَرِى ٱلْكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ  وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ

Artinya:

Sesungguhnya yang membuat-buat kedustaan hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah para pendusta.” (QS. An-nahl: 105)

 

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ ٱلْكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ إِنَّ

ٱلَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

Artinya:

Janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut secara dusta yaitu: ini halal dan ini haram untuk membuat-buat kedustaan atas nama Allah. Sesungguhnya orang-orang yang membuat kedustaan atas nama Allah tidak akan beruntung.” (QS. An-Nahl: 116)

 

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِىَ إِلَىَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَىْءٌ وَمَن قَالَ

سَأُنزِلُ مِثْلَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ  وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا

۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ  ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيْرَ ٱلْحَقِّ

وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَٰتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

Artinya: “Siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat kedustaan atas nama Allah, mengatakan telah diwahyukan kepadaku walaupun sebenarnya tidaklah diwahyukan kepadanya sesuatu pun atau bahwan mengatakan:aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat orang-orang yang aniaya dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, ketika para malaikat memukul dengan tangan mereka sambal mengatakan: keluarkanlah nyawamu! Pada hari itu kalian akan dibalas dengan siksaan yang menghnakan disebabkan oleh karena kalian mengatakan kedustaan atas nama Allah dan juga kalian sombong terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al an’am: 93)

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلْإِثْمَ وَٱلْبَغْىَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا۟

بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطَٰنًا وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُون

Artinya:

Katakanlah: sesungguhnya Rabbku telah mengharamkan perbuatan yang keci, baik yang Nampak maupun tersembunyi, perbuatan dosa, melanggar hak orang lain tanpa alasan yang benar, menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan juga mengharamkan membuat-buat kedustaan atas nama Allah dengan hal yang tidak kalian ketahui. (QS. Al A’raf: 33)

 

Dari beberapa ayat yang telah kami sebutkan di atas, bahwa orang-orang yang berdusta atas nama Allah mereka termasuk orang –orang paling dzalim, orang yang sangat buruk dan keji. Kemudian Allah ancam mereka dengan azab neraka, dan janji allah bahwa mereka tidak akan pernah beruntung Didunia dan akherat.

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan;

عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ

لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Artinya:

Dari al-Mughirah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka” (HR. Muslim)

 

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan;

 

لاتكذبوا علي فإنه من كذب علي فليلج النار

Artinya:

Janganlah kalian berdusta atas namaku, barang siapa berdusta atas namaku maka hendaklah dia masuk neraka. (HR. bukhari)

 

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan;

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya:

Barang siapa yang berdusta atas namaku maka hendaknya dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari)

 

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan;

مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ

Artinya:

Barang siapa yang meriwayatkan hadits dariku sedangkan dia mengetahui kedustaan hadits tersebut maka ia termasuk para pendusta.” (HR. Muslim)

 

Hadits-hadits di atas menggambarkan bahwa kedustaan atas nama Nabi SHallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah sama seperti berdusta sesama muslim atau manusia lainya. Ancaman yang berat dan siksa yang pedih bagi siapa yang berdusta atas nama Nabi. Siapa yang berdusta atas nama Nabi seakan dia menyiapkan tempat duduknya di neraka dan sudah selayaknya para pendusta tempat mereka di neraka.

Karenanya kita  lebih berhati-hati agar tidak terjatuh dalam kedustaan atas nama Allah dan rasulNya dengan cara Manahan lisan kita untuk berbicara dan Manahan setiap berita yang kita terima. Dan sebelum kita sampaikan berita tersebut, kita mengcek kebenaran berita dan khabar tersebut.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berabda:

بِحَسْبِ المَرْءِ مِنَ الْكَذِبِ اَنْ يَحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Artinya:

Cukuplah seorang dikatakan pendusta jika dia menyampaikan setiap ucapan yang dia dengar.” (HR.Muslim)

 

Ibnu Wahab Rahimahullah menyatakan, Imam Malik telah berkata kepadaku: “Ketahuilah, buhkhanhla termasuk seorang muslim jika dia menceritakan setiap pertkataan yang dia dengar. Orang yang menceritakan setiap perkataan yang dia dengar tidak pernah sama sekali menjadi seorang imam (pemimpin dalam agama).

Abdurrahman Bin Mahdi Rahimahullah berkata: “seorang idaklah akan menjadi imam yang diikuti sampai ia mampu untuk tidak menceritakan sebagian kabar yang dia dengar.

Beberapa ancaman bagi orang yang berdusta atas nama Allah dan Rasulnya.

  1. Bahwa pelakunya bisa terjerumus dalam kekafiran jika pelakunya menghalal perbuatan tersebut. Sebagaimana pendapat Imam Nawawi Dan Ibnu Hajar
  2. Mendapatkan azab yang lama dineraka.
  3. Orang yang berdusta atas nama Nabi secara sengaja, maka orang tersebut dinilai sebagai orang fasik, dan seluruh riwayatnya ditolak serta dilarang ber-hujjah dengan menggunakan priwayatannya.
  4. Kedustaan atas nama Nabi sama halnya kedustaan atas nama Allah.

Firman Allah Suhanahu Wata’ala:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُوْحَى

Artinya:

Dan Tidaklah Muhammad berbicara dari hawa nafsunya saja. Ucapanya tidak lain adalah wahyu yang diturunkan. (QS.An-najm: 3-4)

 

Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah kepada kita agar senantiasa berada di jalan yang lurus yang Allah ridhai sampai akhir hayat kita.

Referensi:

Diringkas oleh:

BIRRU NINDA HAMIDI (PENGAJAR DI RUMAH TAHFIDZ UBK PRABUMULIH)

Dr. Al-Qahthani, Said Bin Ali Bin Wahf. 2003. Aafaatul lisan., terjemahan. Bahaya lidah. Yogyakarta. Media Hidayah.

Baca Juga Artikel:

Persiapan Sebelum Bermajelis dan Menuntut Ilmu

Syaikh Bin Baz dan Sepasang Sendal

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.