ASSAMI’ yang berarti Maha Mendengar-Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan, Dzat yang tersifati dengan sifat-sifat keagungan dan kemuliaan. Yang Maha Esa, tempat bergantung, Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Bagi-Nya nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia, agung dan sempurna. Amma ba’du
Nama ini disebutkan berulang-ulang dalam Al-Qur’an kurang lebih pada 50 tempat, diantaranya firman Allah Subhanahu Wata’ala,
قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتقي إلى الله والله يسمع تحاوركما إن الله سميع بصير
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Mujadilah: 1) dan firman-Nya,
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
Artinya: “Tidak ada suatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuura: 11) dan firman-Nya,
وإذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت وإسماعيل ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم
Artinya: “Dan (ingatlah) Ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Ismail (seraya berdo’a): “Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 127)
As-Samii’ adalah Dzat yang mendengar semua suara dengan berbagai permintaan, tidak ada bedanya bagi-Nya suara yang lirih maupun suara yang keras,
سواء منكم من أسر القول ومن جهر به ومن هو مستخف باليل وسارب بالنهار
Artinya: Sama saja (bagi Rabb), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang terus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi dimalam hari dan berjalan (menampakkan diri) disiang hari.” (QS. Ar-Ra’du: 10).
Pendengaran-Nya meliputi semua suara, tidak bercampur baur bagi-Nya suara dan tidak tersamarkan sama sekali. Suatu suara tidak menyibukkan-Nya dari suara yang lain dan tidak pula terabaikan segala bentuk permintaan dan juga tidak melelahkan-Nya banyaknya orang yang memohon.
Imam Ahmad dan selainnya meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwasanya beliau berkata, “Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya meliputi segala suara. Seorang Wanita yang mengeluhkan (masalahnya) dating kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan dia bicara kepada beliau, sedangkan aku berada disalah satu sudut rumah dan aku tidak bisa mendengarkan suaranya. Kemudian Allah menurunkan ayat,
قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتقي إلى الله والله يسمع تحاوركما إن الله سميع بصير
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Mujadilah:1) didalam Riwayat lain dikatakan, “Maha Tinggi Allah yang pendengaran-Nya meliputi segala sesuatu.”
Bahkan seandainya semua jin dan manusia dari yang peryama hingga terakhir, mereka berada diatas satu bukit kemudian mereka memohon kepada Allah pada waktu yang bersamaan, dan setiap orang meminta kebutuhan masing-masing, semua bicara dengan logat masing-masing, sesungguhnya Allah akan mendengar semua ucapan mereka, tanpa ada tumpeng tindih dalam hal suara, Bahasa, dan kebutuhan. Diantara dalil akan hal ini adalah firman Allahdalam hadits qudsi,
ياعبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم قاموا في صعيد واحد فسألوني فأعطيت كل واحد مسالته ما نقص ذلك من ملكي شيئا إلا كما ينقص المخيط إذا غمس في البحر
Artinya: “Wahai hamba-hamba-Ku seandainya orang pertama diantara kalian hingga yang terakhir, manusia maupunjinnya mereka berada diatas satu bukit lalu mereka memohon kepada-Ku, dan aku memberi kepada setiap mereka permohonannya, hal tersebut tidak mengurangi sedikit pun dari kekuasaan-Ku, melainkan seperti jarum yang dicelupkan kedalam air laut.” Didalam Ash-Shahihain dari Abu Musa Radhiyallahu Anhu dia berkata, “Dahulu kami pernah melakukan safar Bersama Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan jika kami melewati tempat tinggi, kami bertakbir (dengan keras). Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
اربعوا على أنفسكم فإنكم لا تدعون أصم ولا غائبا ولكن تدعون سميعا بصيرا قرييا
Artinya: “Kasihanilah diri kalian, karena kalian tidak menyeru Dzat yang tuli maupun yang ghaib (jauh), tetapi kalian menyeru kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat serta Mahadekat.”
Ucapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (اربعوا على أنفسكم ) maksudnya kasihanilah diri kalian dan janganlah kalian berlebih-lebihan dalam mengeraskan suara kalian, karena hal tersebut tidak dibutuhkan. Karena Dzat yang kalian mengeraskan suaravkalian dalam menyeru-Nya adalah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat, Dia mendengar semua suara yang lirih sebagaimana Dia mendengar suara yang keras. Allah telah mengingkari prasangka orang yang menyangka bahwa Allah tidak bisa mendengar suara lirih maupun keras. Allah Ta’ala berfirman,
أم يحسبون أنا لا نسمع سرهم ونجواهم بلى ورسلنا لديهم يكتبون
Artinya: “Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 80).
Selain itu didalam As-Shahihain dari Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu Anhu dia berkata, “Berkumpul disamping Ka’bah , dua orang dari Quraisy dan satu atau dua orang dari Taif dan satu orang dari Quraisy. Perut mereka kebanyakn lemak dan sedikit pengetahuan dalam hati mereka. Salah seorang dari mereka mengatakan, “Apakah kalian mengira Allah mendengarapa yang kita ucapkan?” Yang lain berkata, lirihkan. “Yang lain berkata, “Jika Dia bisa mendengar suara keras kita, maka Dia juga mendengar suara lirih kita. “Maka Allah pun menurunkan firman-Nya,
وما كنتم تستترون أن يشهد عليكم سمعكم ولا أبصركم ولا جلودكم ولكن ظننتم أن الله لا يعلم كثيرا مما تعملون
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, pengelihatan, dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak menegtahui kebanyakan dari apa yang kamu kerajakan.” (Shahih, Muttafaq Alaih)
Didalam konteks ayat dan hadits diatas terdapat penjelasan bahwa kerusakan akidah yang berkaitan dengan sifat Allah dan nama-nama-Nya mengakibatkan kerusakan dalam amal dan agamanya serta menjerumuskan dalam kebinasaan, kehancuran, dan kerugian. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman,
وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ ٱلَّذِى ظَنَنتُم بِرَبِّكُمْ أَرْدَىٰكُمْ فَأَصْبَحْتُم مِّنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ. فَإِن يَصْبِرُوا۟ فَٱلنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ ۖ وَإِن يَسْتَعْتِبُوا۟ فَمَا هُم مِّنَ ٱلْمُعْتَبِينَ
Artinya: “Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi. Meskipun mereka bersabar (atas azab neraka) maka nerakalah tempat tinggal mereka dan jika mereka minta belas kasihan, maka mereka itu tidak termasuk orang yang pantas dikasihani.” (QS. Fushilat: 23-24)
Kemudian pendengaran yang disandarkan kepadaAllah terbagi menjadi dua:
- Pendengaran yang berkaitan denga napa yang didengar, maka maknanya adalah meliputi suara.
- Pendengaran yang bermakna mengabulkan, maksudnya Allah mengabulkan orang yang berdo’a kepada-Nya. Diantara firman Allah
إن ربي لسميع الدعاء
Artinya: “Sesungguhnya Rabbku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan do’a).” (QS. Ibrahim: 39)
Mendengar dalam arti meliputi suara terbagi menjadi 3:
- Mendengar untuk mengancam, sebagaimana firman-Nya,
أم يحسبون أنا لا نسمع سرهم ونجواهم
Artinya: “Apakah mereka mengira bahwa kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan meraka.” (QS. Az-Zukhruf: 80)
Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ
Artinya: “Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” (QS. Ali Imran: 181)
- Mendengar untuk menolong, sebagaimana firman Allah kepada Musa dan Harun,
إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
Artinya: “sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” ( QS Thaha: 46).
Allah menginginkan untuk menolong Musa dan Harun dengan menyebutkan bahwa diri-Nya berrsama keduanya, Dia mendengar dan melihat.
Mendengar untuk menjelaskan bahwasannya dia meliputi segalanya. Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖ وَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ
Artinya: “Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”. (QS. Al-mujadalah: 1)
Keimanan seorang hamba bahwa Rabbnya maha mendengar akan mewariskan pada dirinya untuk mejaga lisannya dan untuk dia tekun berdzikir kepada Allah, Bersyukur, dan banyak bermunajat, meminta serta bertawassul kepada-Nya dengan nama Allah tersebut agar Allah dapat memenuhi harapan dan permintaannya. Banyak disebutkan didalam Al-qur’ann, tawassulnya para nabi kepada Allah dalam do’a mereka dengan nama Allah ini. Diantanya ucaman Ibrahim ‘Alaihissam,
إِنَّ رَبِّى لَسَمِيْعُ الدُّعَاء
Artinya: “sesungguhnya Rabbku, bener-bener maha mendengar (memperkenankan) do’a.” (QS. Ibrahim : 39) dan ucapan Ismail Alaihissalam,
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Artinya: “Ya Rabb kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui. ( QS. Al-Baqarah : 127)
Semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Allahu ‘Alam bi Shawab…
REFERENSI:
Diringkas oleh: Ayesa Artika Aprilia dari kitab FIKIH ASMA’UL HUSNA karangan Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr.
Baca juga artikel:
Leave a Reply