APAKAH BAYI BISA MELIHAT JIN?
SOAL
اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Apa benar seorang Balita itu bisa melihat mahkluk gaib? Kdg saya bingung menyikapinya terus apabila ada Balita yg menangis sampek lihat2 ke atas itu apakah Balita tersebut diganggu oleh syaiton?
Yani, Belitang
JAWABAN
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillah. Alhamdulillah washshalatu wassalam ‘ala Rasulillah.
Seorang bayi atau seorang manusia pada dasarnya tidak bisa melihat jin dengan wujud aslinya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ}
“Wahai anak keturunan Adam! Janganlah kalian ditipu oleh setan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua orang tua kalian dari surga. Dia menanggalkan dari mereka pakaian mereka berdua untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dimana kalian tidak melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan sebagai wali-wali untuk orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’raf: 27)
Adapun ketika mereka menampakkan diri kepada sebagian manusia dan tidak menampakkan kepada manusia yang lain atau berubah wujud menjadi bentuk yang bisa dilihat oleh manusia, baik berubah bentuk menjadi manusia, hewan atau yang lainnya, maka itu bisa dilakukan oleh jin sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْجِنُّ عَلَى ثَلاَثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ كِلاَبٌ وَحَيَّاتٌ، وَصِنْفٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ يَحُلُّونَ وَيَظْعَنُونَ.
“Jin itu ada tiga jenis, (yaitu): jenis berupa anjing-anjing dan ular-ular, jenis yang mereka terbang di udara dan jenis yang mereka menetap dan berjalan.”[1]
Di dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ketika beliau menjaga baitul-mal, beliau menanggap pencuri yang berwujud manusia. Setelah tiga malam dan dilepaskan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: لاَ قَالَ ذَاكَ شَيْطَانٌ.
“Sesungguhnya dia itu sudah jujur kepadamu, padahal dia adalah pendusta. Apakah kamu tahu dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam ini, wahai Abu Hurairah?” Dia berkata, “Tidak tahu.” Beliau mengatakan, “Dia adalah setan.”[2]
Jadi, selama tiga malam Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu tidak tahu jika yang datang itu adalah seorang jin.
Dan berdasarkan pengalaman dan kabar-kabar yang terpercaya kita bisa mengetahui bahwa jin juga bisa berubah wujud menjadi sosok yang sering disebut dengan hantu, monster dan lainnya. Dia juga bisa menampakkan diri kepada sebagian orang dan tidak menampakkan kepada yang lain dan jin juga bisa membuat ilusi pada mata seseorang.
Mengenai pertanyaan Saudari, “Apabila ada Balita yg menangis sampek lihat2 ke atas itu apakah Balita tersebut diganggu oleh syaiton?” maka kami katakan bahwa kita tidak bisa memastikan hal tersebut, karena yang dialami oleh seorang bayi bisa jadi hanya sekedar halusinasi atau sugesti, atau bahkan mimpi yang terbawa ke dunia nyatanya. Meskipun kita katakan bahwa bisa saja Balita tersebut melihat jin dan kita yakin bahwa jin tersebut tidak akan bisa membahayakannya kecuali dengan izin Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ }
“Dan tidaklah mereka bisa membahayakan dengannya kepada seseorang kecuali dengan izin Allah.” (QS Al-Baqarah: 103)
Dan jin juga makhluk yang lemah di hadapan Allah, sehingga kita tidak perlu takut kepadanya dan kita haruslah takut hanya kepada Allah.
{ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا }
“Sesungguhnya tipu daya setan itu sangatlah lemah.” (QS An-Nisa: 76)
Apa yang seharusnya Saudari lakukan?
- Jauhkan pembicaraan tentang hantu dan hal-hal yang menakutkan dari anak Balita tersebut dan ajarkan ketakutan yang benar hanyalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala
- Bacalah Al-Qur’an di rumah Balita tersebut dengan rutin, dan juga rumah tersebut harus sering dipakai untuk beribadah, seperti: shalat dan membaca zikir-zikir serta zikir pagi petang. Dan yang paling baik adalah membacakan rumah tersebut surat Al-Baqarah, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لا يَدْخُلُ بَيْتًا يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ.
“Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah di rumah-rumah kalian! Sesungguhnya setan tidak masuk ke dalam rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.”[3]
- Ruqyah-lah anak tersebut dengan membaca doa:
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ أَوْ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ.
“Dengan nama Allah saya me-ruqyah-mu dari segala sesuatu yang mengganggumu, dari segala jiwa atau ‘ain atau yang hasad. Mudah-mudahan Allah menyembuhkanmu. Dengan nama Allah saya me-ruqyah-mu.”[4]
Begitu pula me-ruqyah dengan membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Nas.
- Diktekan dan ajarkan kepada anak Balita tersebut surat Al-Fatihah, dan surat-surat pendek lainnya, meskipun dia belum bisa membacanya. Ini sangat membantu dengan izin Allah untuk memudahkannya menghafal Al-Qur’an di kemudian hari.
Demikian. Mudah-mudahan kita semua bisa meningkatkan keimanan dan ketakutan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bergantung serta berlindung hanya kepada-Nya. Amin.
Wallahu a’lam bishhawab. Billahittaufiq.
Dijawab oleh:
Ust. Said Yai Ardiansyah, M.A.
- Direktur Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur
- Ketua Yayasan Kunci Kebaikan OKU Timur
- S1 Alumnus Universitas Islam Madinah, KSA
- Ustadz Pembina Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia Korwil Palembang dan OKU
[1] HR Ibnu Hibban no. 6156 (urutan Ibnu Balaban). Syaikh Syu’aib menyatakan, “Isnad-nya kuat.”
[2] HR Al-Bukhari no. 2311.
[3] HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 2062. Syaikh Al-Albani menyatakan, “Hadits ini isnad-nya hasan.”
[4] HR At-Tirmidzi no. 972 dan Ibnu Majah no. 3523, ini adalah lafaz Ibnu Majah.
Baca juga artikel:
Leave a Reply