ANJURAN MEMBERI KABAR GEMBIRA
DAN UCAPAN SELAMAT KEPADA ORANG YANG DIKARUNIAI ANAK
Diantara kenikmatan yang Allah berikan kepada kita yaitu adalah kenikmatan dikarunia seorang anak oleh sepasang suami istri, dimana kita hidup Bersama keluarga yang didalam kehidupan itu tumbuhlah cinta dan perasaan kasih sayang anak terhadap orang tuanya begitu juga sebaliknya orang tua yang sayang terhadap anaknya. Tanda syukur kita kepada Allah tatkala kita diberikan seorang anak ataupun kepada teman saudara kita tatkala mereka dikaruniai seorang anak maka kita dianjurkan untuk memberikan ucapan selamat kepada orang yang dikarunia anak tersebut.
Allah berfirman mengenai kisah Nabi Ibrahim عليه السلام
وَلَقَدۡ جَآءَتۡ رُسُلُنَآ إِبۡرَٰهِيمَ بِٱلۡبُشۡرَىٰ قَالُواْ سَلَٰماۖ قَالَ سَلَٰمۖ فَمَا لَبِثَ أَن جَآءَ بِعِجۡلٍ حَنِيذ (٦٩) فَلَمَّا رَءَآ أَيۡدِيَهُمۡ لَا تَصِلُ إِلَيۡهِ نَكِرَهُمۡ وَأَوۡجَسَ مِنۡهُمۡ خِيفَةۚ قَالُواْ لَا تَخَفۡ إِنَّآ أُرۡسِلۡنَآ إِلَىٰ قَوۡمِ لُوط (٧٠) وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَة فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ (٧١) قَالَتۡ يَٰوَيۡلَتَىٰٓ ءَأَلِدُ وَأَنَا۠ عَجُوز وَهَٰذَا بَعۡلِي شَيۡخًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عَجِيب (٧٢) قَالُوٓاْ أَتَعۡجَبِينَ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۖ رَحۡمَتُ ٱللَّهِ وَبَرَكَٰتُهُۥ عَلَيۡكُمۡ أَهۡلَ ٱلۡبَيۡتِۚ إِنَّهُۥ حَمِيد مَّجِيد (٧٣) فَلَمَّا ذَهَبَ عَنۡ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلرَّوۡعُ وَجَآءَتۡهُ ٱلۡبُشۡرَىٰ يُجَٰدِلُنَا فِي قَوۡمِ لُوطٍ (٧٤)
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat”. Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth “.Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh“.Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”. Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.” (QS. Hud: 69-74)
Allah سبحانه وتعالى berfirman dalam surat Ash-Shaaffaat:
فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيم (١٠١)
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”(QS. Ash-Shaaffaat: 101)
Dalam surat adz-Dzaariyaat, Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيم (٢٨)
“….Dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq).”(QS. Adz-Dzaariyaat: 28)
Dalam surat al-Hijr, Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَنَبِّئۡهُمۡ عَن ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ (٥١) إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰما قَالَ إِنَّا مِنكُمۡ وَجِلُونَ (٥٢) قَالُواْ لَا تَوۡجَلۡ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ عَلِيم (٥٣) قَالَ أَبَشَّرۡتُمُونِي عَلَىٰٓ أَن مَّسَّنِيَ ٱلۡكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ (٥٤) قَالُواْ بَشَّرۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ فَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡقَٰنِطِينَ (٥٥) قَالَ وَمَن يَقۡنَطُ مِن رَّحۡمَةِ رَبِّهِۦٓ إِلَّا ٱلضَّآلُّونَ (٥٦)
“Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: “Salaam”. Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu”. Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim”. Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?” Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa”. Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Hijr:51-56)
Allah سبحانه وتعالى berfirman :
يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسۡمُهُۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجعَل لَّهُۥ مِن قَبلُ سَمِيّا (٧)
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.”(QS. Maryam:7)
فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِم يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَة مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدا وَحَصُورا وَنَبِيّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ (٣٩)
“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh“.(QS. Ali ‘Imran:39)
Dikarenakan kabar gembira itu membuat seseorang merasa senang dan Bahagia, maka dianjurkan bagi seorang muslim untuk bersegera menggembirakan saudaranya dengan memberitahukan sesuatu yang membahagikannya.
Pada saat Nabi صلى الله عليه وسلم dilahirkan, Tsuwaibah seorang hamba sahaya abu lahab mengabarkan berita gembira tersebut kepada paman beliau, Abu lahab. Tsuwaibah berkata: “Sungguh pada malam ini, Abdullah telah dikaruniai seorang anak laki-laki.” Mendengar berita tersebut, Abu Lahab pun merasa gembira hingga dimerdekakannya Tsuwaibah. Allah سبحانه وتعالى pun tidak menyia-nyikan perbuatan Abu Lahab tersebut. Setelah ia mati, Allah memberikannya minum melalui celah lubang yang terdapat pada pangkal ibu jarinya.[1]
Apabila seseorang tidak sempat memberitahukan kabar gembira dalam hal ini, maka hendaknya ia menyampaikan ucapan selamat kepadanya. Perbedaan, kabar gembira merupakan pemberitahuan kepada seseorang terhadap sesuatu yang menggembirakannya. Sementara ucapan selamat merupakan doa kebaikan yang terdapat pada sang buah hati setelah ia mengetahui kabar tersebut.
Oleh karena itu, ketika Allah سبحانه وتعالى menurunkan sebuah ayat tentang diterimanya taubat Ka’ab bin Malik dan dua orang sahabatnya, seorang pemberi kabar gembira bergegas menyampaikan berita tersebut kepada Ka’ab. Ketika Ka’ab memasuki masjid, para jamaah pun berdatangan menghampiri untuk mengucapkan selamat.[2]
Tradisi masyarakat Jahiliyah ketika menyampaikan ucapan selamat pernikahan, mereka berkata: “Bir rafaa’ wal baniin (semoga rukun dan cepat dikaruniai anak).”[3]
Lafazh rafaa’ berarti rukun dan harmonis. Jadi,maksud ucapan selamat itu: semoga pernikahan kamu berdua rukun dan harmonis. Sementara lafazh bannun (yaitu: wal baniin) berarti mereka mengucapkan selamat agar diberi karunia anak, baik cepat maupun lambat.
Tidak selayaknya seseorang menyampaikan ucapan selamat atas kelahiran anak laki-laki, sedangkan atas kelahiran anak perempuan, ia tidak mengucapkannya, tetapi, hendaknya ia mengucapkan selamat atas kelahiran keduanya, atau tidak mengucapkannya sama sekali agar terhindar dari tradisi kaum jahiliyah. Pasalnya sebagian besar masyarakat Jahiliyah terbiasa memberikan ucapan selamat atas kelahiran anak laki-laki, dan ucapan selamat atas kematian anak perempuan, tidak atas kelahirannya.
Abu bakar bin al-Mundzir dalam al-Ausath menyebutkan: “Kami meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri bahwa ada seseorang laki-laki mendatanginya. Ketika itu, ia sedang Bersama seseorang yang dikaruniai anak laki-laki. Laki-laki itu berkata kepadanya: ‘Selamat, kamu telah dikaruniai seorang penunggang kuda (anak laki-laki)! Maka al-Hasan menegurnya: ‘Apa yang membuatmu tahu bahwa ia nantinya akan menjadi penunggang kuda atau penunggang keledai?’ laki-laki itu berkata: ‘Lalu apa yang harus kami ucapkan?’ Beliau menjawab: ‘Katakanlah! Semoga kamu berkelahi dalam karunia (yaitu anak) yang diberikan dan bersyukur kepada Rabb yang memberikannya, semoga ia lekas besar dan kamu memperoleh bakti darinya.” Wallaahu a’lam.
Referensi:
Sumber : Judul Asli (Tuhfatul Mauduud bi Ahkaamil Mauluud) Penulis Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Judul dalam Bahasa Indonesia (Hanya Untukmu Anakku) panduan lengkap pendidkan anak sejak dalam kandungan hingga dewasa
Nur Hafshoh (Pegawai Ponpes Darul Qur’an wal-Hadits, Martapura 23 JANUARI 2020)
[1] Al-Bukhori berkata (IX/140/5101); Urwah berkata: “Tsuwaibah adalah hamba sahaya milik Abu Lahab, lalu Abu Lahab membebaskannya agar ia menyusui Nabi صلى الله عليه وسلم pada saat Abu Lahab meninggal dunia, sebagian keluarganya bermimpi melihat Abu Lahab. Lalu ditanyakan kepadanya: ‘Apa yang kamu jumpai?’ Abu Lahab menjawab: ‘Aku tidak menjumpai apa pun setelah meninggalkan kalian, hanya saja aku mendapatkan minum dari ini karena aku telah membebaskan Tsuwaibah.”
[2] Kisah tentang orang-orang yang tidak turut berperang itu, diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 4418) dan Muslim (no.2769).
[3] Hasan. Diriwayatkan oleh an-Nasa-I dalam al-Mujtaba’ (VI/128) dan al-Kubraa (III/331/5561).
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply