ANDAI AKU TIDAK MENIKAH DENGANNYA – BAGIAN 7

andai aku tidak menikah dengannya

ANDAI AKU TIDAK MENIKAH DENGANNYA – Berikut merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya yang bisa dibaca disini:

Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 6).  Untuk membaca artikel bagian sebelumnya, tautannya kami sematkan di bagian akhir artikel ini.

UNGKAPKAN CINTAMU

Sebagian orang merasa risih untuk mengungkapkan cintanya kepada istrinya, entah karena sebab apa, padahal cinta yang tumbuh di dalam hati tidak dapat diketahui kecuali dengan adanya bukti baik dari lisan atau dari raganya.

Lisan adalah cermin hati, dan dia adalah gayung untuk lautan isis hati, seorang dianjurkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengungkapkan kecintaanya keada saudaranya sesama muslim, apalagi kepada teman searanjangnya yang selalu hadir dalam suka dukanya, yang berkorban dengan jiwa raganya mendidik dan membesarkan anak-anaknya, apa dia tidak pantas mendapatkan ungkapan cinta dari suaminya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ

Artinya: “Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya.” (HR. At-Tirmidzi no 2392 dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam sh-Shahiihah no.418)

Dan tengoklah tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari ditanya oleh Amru bin ‘Ash:

“Siapakah yang paling engkau cintai?”, beliau berkata, “Aisyah”, kemudian aku berkata, “Dari kalangan lelaki?”, beliau berkata, “Ayahnya”, kemudian aku berkata, “Kemudian siapa?” ia berkata, “Umar bin Al-Khotthob”, kemudian beliau menyebut beberapa orang.” (HR. Bukhari no 3462, dan Muslim no 2384)

Subhanallah, itulah suri tauladan kita, maka bila dirimu mengaku sebagai umatnya jangan segan untuk mengungkapkan cintamu keapda istrimu, sesungguhnya ungkapan itu akan mengukir namamu di dalam hatinya menumbuhkan keakraban dan keharmonisan di dalam rumah tanggamu, namun bila lisanmu kaku untuk melakukannya maka ada pena yang dapat menorehkan cintamu di atas secarik kertas.

PERSEMBAHKAN UNTUKNYA HADIAH

Banyak diantara kita yang tidak memahami faedah-faedah yang tersembunyi di balik pemberian hadiah. Secara umum hadiah dapat menumbuhkan benih cinta di dalam hati, ia adalah kunci bagi pintu cinta khususnya diantara pasutri. Ia menghangatkan cuaca rumah yagn dingin, mencarikan suasana yang beku, menyegarkan cinta yang telah layu, mengembalikan hati yang telah berpaling, mematikan api pertikaian, menghilangkan celah-celah diantara keduanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَهَادُوا تَحَابُوا

Artinya: “Berbagi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 594, dishahihkan olel Al-Albani dalam Al Irwa’ no. 1601)

Pengaruh hadiah tidak berkaitan dengan mahalnya harga hadiah, tapi pengaruhnya lebih berkaitan dengan kepiawaian memilihnya dan keindahan dalam mempersembahkannya.

Pilihlah hadiah yang tepat, penuh kejutan, lalu sisipkan di dalamnya kata-kata cinta dan sayang berbalut rasa terima kasih yang mendalam. Niscaya rutinitas di rumah yang membosankan setelah bertahun-tahun menikah akan menjadikan seakan rumah tangga yang baru dibina.

Tulislah untuknya:

Untuk insan yang senantiasa menyambutku dengan pandangan yang baru

Dengan senyum berhias di bibir dan wajah ceria

Dengan cinta dan kasih sayang

Dengan kelembutan yang penuh iman

Dengan perasaan yang penuh kehangatan dan kerinduan

Untuk insan yang aku memerlukan dukungannya dalam menggapai cita-citaku dalam perjalanan panjang ini

Untuk istriku yang menjadikan keridhaan Allah targetnya

Membina keluarga tujuannya

Untuk sahabat perjalananku yang kucintai

Aku menghadiahkan ini untukmu

Dan bersama hadiah ini aku sisipkan cinta dan sayangku..

Atau Tulislah untuknya:

Inginnya aku menulis dengan tinta emas di atas lembaran dari mawar putih

Inginnya aku anugerahkan kepadamu umurku dan seribu detakan jantung yang berbisik cinta

Ingginnya aku berada disisimu tuk membuktikan apa yang kurasakan

Kekasihku hari-hari terus berlalu dan berganti namun cintaku terus bertambah di dalam hati

Cinta yang memancarkan cahaya kasih

Hanya sedikit yang dapat aku berikan kepadamu

Namun, karena engkau bersamaku dan memilihku, aku akan senantiasa memberikan kepadamu setiap hari

Bisikan perasaan hati yang berbungkus cinta dan kesetiaan, dan sedikit yang berada di tanganmu..

SAYANG..

 

UCAPKAN TERIMA KASIH

Ada sebagian suami yang merasa dialah yang bekerja, dialah yang berbuat, dialah yang melakukan, semuanya dia. Sehingga kadang dia melupakan peran istri yang selama ini menemaninya dalam semua perjalanan yang ditempuh.

Betapa beratnya tugas yang diemban seorang istri, andai dia terbuat dari baja mungkin dia telah leleh. Namun yang disayangkan sebagian suami tidak pernah memberikan apresiasi atas apa yang telah diperbuat oleh istrinya. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

“Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud no. 4811, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 416)

Maka bila kau tidak pandai berterimakasih kepada istrimu pada hakikatnya engkau telah masuk dalam perangkat iblis. Banyak suami yang menebar ucapan terima kasih diluar rumahnya untuk bantuan-bantuan yang diberikan orang lain kepadanya, yang bila dibandingkan dengan bantuan yang dukungan yang diberikan oleh istrinya tidaklah sebanding.

Bila istrinya menyuguhkan makanan, mengambilkan sesuatu yang kau pinta, memijatmu, atau melakukan apa saja meski itu hal yang sepele sekalipun, katakanlah untuknya:

Syukran Sayang..

Jazakillahu khairan istriku..

Semoga Allah membalas kebaikanmu cinta..

Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan hal itu kepada kita, beliau bersabda:

“barangsiapa yang datang kepada kalian dengan kebaikan maka balaslah ia. Jika kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah kebaikan baginya hingga kalian merasa telah membalas kebaikannya.” (HR. Ahmad no. 5365, Abu Dawud no. 5109, dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah no. 254)

 

ISTRI BUKAN PEMBANTU

Ada sebagian suami yang diberikan keluasan rizki, sehingga ia mengucurkannya kepada istri dan keluarga istri berbagai macam kenikmatan dunia. Namun ketahuilah bahwa para istri itu tidak hanya butuh materi, ada yang sebenarnya lebih dia butuhkan: perhatian.

Akhi, sudah saatmu bagimu untuk mengkoreksi dirimu, apakah kau telah memberikan perhatian yang cukup kepada teman seranjangmu yang senantiasa bersabar menanti kehadiranmu. Turutlah dalam kegembiraannya, tenggelamlah dalam dukanya.

 

MENEBAR DUSTA MERAIH BAHAGIA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“tidak dibenarkan berdusta kecuali dalam tiga hal, seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya demi menyenangkan hatinya, dusta dalam peperangan, dan dusta untuk memeperbaiki hubungan manusia (yang sedang berseteru). (HR. Tirmidzi no. 1939, dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahihul jami’ no. 2834)

Tapi perlu digarisbawahi, bahwa kebolehan ini bukan secara mutlak. Yang diperbolehkan adalah dusta yang tujuannya memperbaiki hubungan dan menyenangkan hatinya, seperti seorang suami yang mengatakan kepada istrinya:

kau adalah perempuan terindah untukku

rona wajamu selalu membayangi jalan-jalanku

aku tak kuasa bila tak melihat wajahmu

aku akan selalu ada untuk, sayang

masakanmu tiada yang menandinginya

begitu pula dusta sang istri dengan suaminya dengan tujuan untuk menyenangkan hatinya.

Inilah dusta yang seharusnya dipelajari oleh para pasutri, karena di dalamnya mengandung banyak hikmah. Dan inilah gombal yang kadangkala sebagian suami sulit untuk mengungkapkannya. Oleh karena itu harus ada latihan

ISTRIMU BUKAN BIDADARI

Bidadari adalah sebutan untuk perempuan-perempuan yang berada di surga, mereka diciptakan oleh Allah secara langsung, mereka gadis-gadis perawan yang terus perawan, penuh cinta dan sebaya umurnya, mereka tidak menjadi muda dan tidak pula keriput wajahnya

Subhanallah, Perempuan yang disurga telah disucikan, begitu pula ketika istri-istri kita masuk ke dalam surga. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala :

وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌۭ مُّطَهَّرَةٌۭ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ

Artinya: “dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang telah disucikan dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)

Mereka suci secara lahir dan batin, karena perempuan surga telah disucikan dari segala gangguan dan kotoran: tidak ada kencing, tidak haidh, tidak nifas, tidak istihadhah, dan dari segala gangguan;

Fisik mereka suci, begitu pula batin mereka suci dari segala penyakit hati seperti iri, dengki, benci dan sebagainya. (lihat tafsir ibnu Utsaimin 1/92)

Dan kelak istrimu pun bila masuk surga ia akan seperti bidadari bahkan ia lebih indah dan mempesona dari mereka. Namun selama di dunia, ia belum menjadi bidadari. Kau akan mendapati banyak kesalahan yang diperbuat olehnya, baik dalam urusan agama ataupun dalam urusan dunia. Semua itu adalah hal yang wajar sebagaimana dirimu juga bukan malaikat yang tidak pernah berbuat salah dan dosa. Maka dalam menyikapi kesalahan istri yang masih dapat di toleransi Allah memerintahkan agar kau senantiasa memaafkannya, terus dan terus.

Dalam menghadapi mereka, para suami diperintahkan untuk berhati-hati, akan tetapi mereka diarahkan untuk yang lebih baik, yaitu:

memaafkan, tidak memberikan sanksi kepada mereka

tidak memarahi mereka, tidak mencaci mereka

mengampuni dengan menutupi apa yang pernah mereka lakukan dan melupakannya.

Dan inilah yang seharusnya dilakukan oleh suami dan ayah, dengan selalu berusaha memaafkan, namun tetap memberikan arahan-arahan agar mereka bisa lebih baik. Kalau itu dalam urusan agama, maka akan lebih mudah memaafkan ketika kesalahan yang diperbuat dalam urusan dunia.

BERAPA KALI ENGKAU MEMAAFKAN ISTRI?

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma ia berkata:

“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu ia berkata wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berapa kali kita memaafkan pembantu? Lalu beliau pun diam. Kemudian orang itu mengulang perkataannya dan Nabi pun masih terdiam. Lalu yang ketiga kalinya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: maafkanlah dia pembantu setiap hari tujuh puluh kali. (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 488)

Hidup itu indah dengan hati yang bersih dari duri, yang selalu memaafkan kesalahan istri, namun bila ada istri yang telah 70 kali dimaafkan dalam setiap harinya dengan dibalut arahan yang penuh kelembutan, tetap berbuat kesalahan yang kadangkala tidak bisa di toleransi lagi maka Allah pun telah memberikan arahan tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam memberikan terapi bagi istri yang seperti ini.

Tahapan pertama: nasihat yang santun penuh hikmah, tanpa harus mengangkat suara sehingga membuat tetangga mendengarnya dan tidak pula dilakukan di depan orang lain. Tapi carilah waktu dan tempat yang tepat. Namun jika nasihat yang berbalut kasih sayang yang belum membuahkan hasil, maka langkah berikutnya..

Tahapan kedua: Hajr, yakni tidak mengajaknya berbicara dan tidak berhubungan intim dengannya. Dan bila ternyata langkah ini tidak juga mujarab bahkan istri semakin menjadi-jadi, maka..

Tahapan ketiga: diperbolehkan bagi para suami untuk memukulnya dengan pukulan yang berdasarkan kebaikan, bukan memukul untuk melampiaskan emosi kepadanya. Pukulan yang diperbolehkan adalah yang tidak meninggalkan bekas, dan tidak pula memukul wajah. Ini dilakukan kalau kiranya akan memberikan manfaat, tapi kalau tidak maka tidak perlu.

Pada hakikatnya suami yang mencintai istrinya, yang telah memberikan hak-haknya niscaya tatkala pada suatu hari ia mendiamkan istrinya, sang istri akan segera merasakan adanya perubahan signifikan pada diri suaminya. Namun bila ternyata suami memang jarang bercakap-cakap dengan istri maka istri tidak akan tanggap dan sadar bahwa ia sedang dalam fase hajr.

Dan suami memang jarang menggauli istrinya, tatakala ia memberikan pelajaran kepadanya dengan tidak menjimaknya maka tatkala itu istri akan biasa-biasa saja.

Segabaimana suami yang baik ketika dia memukul istrinya di telapak tangannya dengan pena yang tidak menyakitkan maka hakikatnya yang terasa sakit buat istrinya bukanlah tangannya tapi dalam hatinya. Dan ketika itu biasanya ia akan segera tanggap dan sadar bahwa ada yang tidak disukai oleh suami darinya.

Namun bila memang sudah biasa terjadi percekcokan dalam rumah tangga bahkan kerap kali piring berterbangan plus baku hantam di rumah, maka memukul istri pada waktu itu tidak akan memberikan perubahan pada dirinya.

Jadi yang harus dirubah dari awal adalah dirimu wahai suami: jadilah kau orang yang baik dan bijak terhadap istrimu, niscaya ketika kau membimbing istrimu ia pun akan tanggap kepadamu.

Sebagian berkata sesungguhnya hati itu seperti kertas, yang bila diremas tentu tidak akan kembali rata seperti semula. Memang perkataan ini benar, maka buanglah kertas yang telah diremas itu dan ambillah lembaran baru untuk memulai kehidupan yang baru. Dan bila nanti di kemudian hari kertas itu diremas kembali, buanglah dan ambillah yang baru lagi. Again, again, and again. Insyaallah kau akan bahagia..

 

Bersambung ke bagian selanjutnya (Andai Aku Tidak Menikah Dengannya – Bagian 8), insyaAllah.

 

Referensi:

Diringkas dari buku: Andai Aku Tidak Menikah Dengannya

Penulis: Ustadz Dr. Syafiq bin Riza Basalamah

Diringkas Oleh: Fauzan Alexander (Staf Ponpes Darul-Quran Wal-Hadits OKU Timur)

 

Baca juga:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.