Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 4) – Silakan klik link (tautan) tersebut untuk membaca pembahasan sebelumnya. dan untuk pembahasan yang lebih awal silakan lihat pada link yang kami sematkan di bagian bawah artikel ini. sebelum memulai pembahasan ini, disini saya (peringkas) ingin menyampaikan lagi bahwa pembahasan ini sangat penting dan bermanfaat sekali bagi kita para lelaki, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah.
untuk itulah sudah sepantasnya untuk kita mengambil pelajaran darinya, sehingga bisa kita mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang mudah-mudahan keluarga kita benar-benar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, insyaAllah.
KHUSUSKAN WAKTU UNTUK BERBINCANG DENGANNYA
Kalau kau lelah, istrimu juga lelah. Mungkin kau di tempat kerjamu atau di luar rumah telah berjumpa dengan banyak orang dan berbincang dengan mereka, sedangkan istrimu yang seharian penuh berkhidmat untuk rumahmu kadang tidak berjumpa dengan siapa-siapa. Dia bukan robot yang disetel hanya untuk bekerja, dan dia bukan pula boneka yang tidak bernyawa.
Dia memiliki perasaan, dia membutuhkan teman untuk curhat, untuk sekedar berbincang melampiaskan perasaan hati, dia ingin meletakkan segala kepenatan jiwanya dengan berbincang denganmu. Maka jadilah pendengar yang baik untuknya, berceritalah tentang berbagai hal yang indah padanya.
Dan bila istrimu tidak dapat mencurahkan kepenatannya kepadamu, maka sekarang banyak fasilitas curhat online sebagai penggantinya, yang memiliki ribuan personel dengan hati syaitan berwajah manusia. Maka tutuplah celah itu dengan menyempatkan waktu untuk berbincang dengannya.
Lihatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di sela-sela kesibukannya yang begitu padat sebagai seorang presiden, Panglima perang, Imam, dll beliau mengkhususkan waktu untuk berbincang dengan istrinya. Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan, “biasanya bila beliau selesai shalat malam, beliau melihat bila aku terjaga maka ia akan berbincang denganku dan bila aku tidur dia akan rebahan.” (HR. Bukhari & Tirmidzi)
Adapun di rumah istrinya yang lain, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbincang dengan istrinya sebelum tidur. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata:
بِتُّ عِنْدَ خَالَتِيْ مَيْمُوْنَةَ فَتَحَدَّثَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سِاعَةً ثُمَّ رَقَدَ
Artinya: “Suatu malam aku bermalam di rumah bibimu Maimunah, aku mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbincang-bincang dengan istrinya sesaat kemudian beliau tidur.” (HR. Bukhari no:4569)
Berbincang dengan istri adalah sarana yang sangat penting untuk menyelesaikan banyak masalah rumah tangga, selain sebagai sarana untuk mengungkapkan isi hati. Banyak masalah dalam rumah tangga yang akhirnya menjadi bom waktu karena tidak pernah ada komunikasi yang baik antara suami dan istri.
Akhi, jadilah pendengar yang setia dan janganlah memotong perkataannya, khususnya ketika ia mengungkapkan isi hatinya dengan perasaan dan emosi yang mendalam. Biarkan ia terbang dan ‘tenggelam’. Dan bila isi tekonya sudah habis, jadilah penasehat yang bijaksana, bersabarlah terhadap tuntutan-tuntutannya.
Perbincangan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama istrinya tidak senantiasa masalah agama dengan dalil-dalil syar’i, namun kadang kala beliau berbincang dengan istrinya tentang masalah cinta dan kasih sayang.
HARGAI PENDAPATNYA
Kaum lelaki memiliki ego yang lebih besar dibanding perempuan, oleh karenanya pria seringkali menuntut minta dihormati oleh perempuan. Dan ia merasa pendapatnyalah yang harus diikuti, merasa paling benar, bahkan ada yang berpandangan bahwa perempuan tidak pantas diterima pendapatnya.
Ingatlah bahwa sifat egois dan kepemimpinan yang otoriter tidaklah disukai oleh perempuan, sebagaimana rakyat tidak suka dengan pemimpin yang memiliki sifat tersebut. Ajaklah istri untuk bermusyawarah, agar ia merasakan kehangatan dirimu dan keberadaan dirinya. Sesungguhnya menghargai ide istri mengangkat derajat suami di mata istrinya.
Dalam rumah tangga, musyawarah akan mengantarkan keapda hasil yang optimal dan mengurangi terjadinya sakit hati di dalam keluarga. Namun perlu kiranya menghindari perdebatan dalam bermusyawarah, ingatlah sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
“Aku akan menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar.” (HR. Abu Daud no.4800 dan dihasankan oleh Al-Albani dlam Shahihul Jami’ no. 1464)
Akhi, bangunlah rumahmu di surga dengan mengalah bila terjadi perdebatan di dalam keluargamu. Badai yang dahsyat dapat menghancurkan sebuah kota dan meratakannya dengan tanah, namun ia tidak dapat melepas simpul tali. Begitulah yang namanya marah-marah, ia dapat menghancurkan rumah tangga namun tidak dapat menyelesaian masalah.
JANGAN SUKA MEMBANDING-BANDINGKAN – Andai Aku Tidak Menikah Dengannya
Istrimu adalah rizkimu, istrimu adalah pilihanmu, istrimu adalah takdirmu, maka jangan memandang kepada selain milikmu. Dan jangan membanding-bandingkannya dengan wanita yang bukan milikmu. Begitu pula untuk para istri, tidak layak baginya untuk membandingkan suaminya dengan lelaki lainnya. Sebagian suami tatkala membandingkan istrinya dengan wanita lain yang dalam pandangannya lebih sempurna dari para istri, ia berdalih bahwa hal itu dilakukannya demi memotivasi istrinya, namun terkadang tujuan dibalik itu adalah untuk melampiaskan emosi dan memojokkan istrinya.
Cobalah berdiam sejenak untuk merenungkan akibat atau dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari perbuatannya ini, apakah tujuannya untuk memotivasi istri akan tercapai? Atau malahan membuat luka hati istrinya, merusak perasaannya, mengotori kesuciannya, menghancurkan harapannya.
Wanita manakah yang sudi dibanding-bandingkan? Kau bukan wanita, tapi pada dasarnya dirimu juga tidak suka bila dibanding-bandingkan dengan lelaki lainnya, walaupun luka akibat perbandingan itu tidak separah luka di hati seorang wanita yang diciptakan lebih perasa dari pada lelaki.
Kebanyakan manusia tatkala melakukan perbandingan, dia tidak obyektif, dia hanya melihat kepada satu atau dua sisi dari orang dijadikan tandingan, dan ini adalah perbandingan yang tidak adil. Karena bisa jadi istri kita memiliki banyak kelebihan dari sisis yang berbeda, dan kebanyakan orang hanya melihat kulitnya saja, sedangkan suami mengenal istrinya kulit dan isinya. Sebagaimana istilah yang masyhur rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri.
Yang kau perlukan bila melihat sesuatu yang tidak kau sukai dari dirinya, berikanlah nasehat dan bimbingan untuknya, dan sebelum itu katakan kepadanya bahwa kaupun ingin menjadi lebih baik untuknya, sebutkanlah kelebihan-kelebihannya, sanjunglah ia dengan kata-kata yang menyejukkan jiwa, lalu hantarkan keinginanmu darinya tanpa membandingkannya dengan wanita lain, maka dengan itu kau telah memotivasinya untuk lebih baik tanpa menyayat hatinya.
BERIKAN PADANYA KEWENANGAN MENGATUR RUMAH
Secara alami, perempuan mementingkan penampilan sebagaimana telah dibahas di atas. Dan diantara penampilan yang dia perhatikan adalah tata ruang rumah, perabotan dan yang semisalnya. Dia suka memindah-mindahkan perabotan yang menururt dia kurang indah atau bila sudah bosan dan jenuh dengan penataan yang ada. Kadang ida memutar kursi dan lemari bisa lebih sekali dalam sehari demi mendapatkan penataan yang dia sukai, namun belum tentu cocok untuk suami.
Tapi suami yang bijak, selama yang diperbuat oleh istri tidak bertentangan dengan agama mereka jangan terlalu dicampurtangani, bahkan berikan kepadanya apresiasi atas apa yang telah diperbuatnya, karena pada hakikatnya istri menginginkan yang terbaik, dialah yang setiap saat berada di rumah yang mungkin merasa jenuh dengan situasi rumah dan mencari suasana baru.
Lihatlah nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak terlalu turut campur dalam penataan rumah, kecuali bila ada yang menyelisihi syariat barulah beliau turun tangan memberikan arahan kepada istrinya.
Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan bahwa beliau membeli bantal duduk yang terdapat gambar-gambar (makhluk bernyawa). Ketika rasulullah melihatnya, beliau berdiri di depan pintu saja, tidak masuk. ‘Aisyah pun melihat ketidaksukaan pada wajah Rasulullah.
‘Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya, dosa apakah yang telah aku lakukan?” beliau bersabda, “Untuk apa bantal-bantal ini?” ‘Aisyah menjawab, “Aku membelinya agar engkau bisa duduk dan menggunakannya sebagai bantal.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya para pembuat gambar ini akan disiksa pada hari kiamat. Dan akan dikatakan kepada mereka: “Hidupkan apa yang telah diciptakan”. Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya rumah yang didalamnya terdapat gambar-gambar (patung-patung) tidak akan dimasuki oleh para malaikat.” (HR. Bukhari, no:5957)
ISTRIKU MEMERLUKAN HIBURAN
Andai Aku Tidak Menikah Dengannya – Berbagai permainan dibuat oleh manusia, dengan inovasi baru dan berbagai improvisasi demi memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan mengusir kejenuhan dari dirinya, untuk menghiburnya dari rutinitas yang membosankan. Dan memang hiburan sangat diperlukan oleh setiap individu. Dengan adanya hiburan manusia bisa kembali berpikiran jernih dan kembali fresh dalam menjalani semua aktifitasnya, dengan catata bahwa jenis hiburan tetap harus mengikuti aturan Ilahi.
Bila hal itu diari dan diburu oleh kaum lelaki yang kebanyakan mereka bekerja di luar rumah, maka untuk kaum perempuan yang diperintahkan untuk menetap di dalam rumah lebih diperlukan lagi. Apalagi dengan rutinitas yang tiada habisnya seperti perkerjaan rumah dan mengurus anak-anak.
Biasanya seseorang yang sedang jenuh atau bosan akan tampak dari kualitas pekerjaannya yang menurun dikarenakan kondisi jiwa yang sedang tidak mood. Maka dalam hal ini tiada solusi yang indah kecuali memberikan hiburan dan permainan untuknya agar dapat mengembalikan kualitas dan dedikasinya dalam mengemban amanatnya.
Jika seorang yang bekerja 8 jam dalam sehari saja memerlukan liburan sehari dalam sepekan, bagaimana bagi seorang yang bekerja nonstop selama 24 jam x 30 hari dalam sebulan?
Bermain dan bercengkrama dengan istri tidak termasuk membuang-buang waktu atau perbuatan sia-sia yang melalaikan sebagaimana diyakini oleh sebagian orang. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasukkannya dalam kategori tindakan yang berpahala, tentunya karena banyaknya manfaat yang didapat darinya, tidak seperti kebanyakan permainan yang membuat orang terhibur namun menjadikannya lalai dan semakin menjauh dari rel kehidupan yang harus ia jalani.
Maka demi menyirami bunga yang layu, menyegarkan cinta yang loyo, menghancurkan dinding-dinding yang menyekat cinta dan kasih sayang antara suami istri, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyempatkan waktu untuk bersenda gurau dan bermain dengan istrinya. Tengoklah kisah Aisyah,
“Aku pernah ikut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu perjalanannya, dan ketika itu aku masih gadis yang belum gemuk. Maka beliau berkata kepada orang-orang, “bergeraklah maju, bergeraklah maju.” Kemudian tatkala orang-orang sudah di depan, beliau berkata kepadaku, “Kemarilah wahai Aisyah, kita lomba lari.” Akupun berlari dan menang, maka beliaupun diam.
Sehingga tatkala aku mulai gemuk aku kembali ikut bersama nabi di salah satu perjalanannya, dan beliau berkata kepada orang-orang, “bergeraklah maju, bergeraklah maju.” Kemudian tatkala orang-orang sudah di depan, beliau berkata kepadaku, “kemarilah wahai Aisyah, kita lomba lari.” Aku pun berlari dan beliau mengalahkanku. Maka beliau tertawa dan berkata: “ini balasan untuk kekalahanku dahulu (satu satu).” (HR. Abu Daud no.2578 dan Ahmad no:26277, dishahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah 131).
Begitu romantisnya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap istrinya. Dan renungkanlah bagaimana beliau mengetahui bahwa perempuan pun memerlukan hiburan, beliau juga sangat pandai memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menghibur istrinya.
REKREASI BERSAMA KELUARGA
Banyak dari kaum lelaki yang kesibukannya membuatnya lupa dengan hak-hak istrinya, ia tidak pernah memberikan kesempatan bagi mereka untuk refreshing atau bertamasya.
Maka selayaknya para suami mengkhususkan waktu untuk rekreasi dan bertamasya bersama istrinya, demi menghilangkan kejenuhan dari istri dan memberikan haknya yang juga memiliki ruh yang harus diistirahatkan.
MEMBANTU PEKERJAAN RUMAH
Sejatinya, mau tidak mau, rela tidak rela telah terjadi pembagian tugas antara suami istri (setelah mereka menikah), masing-masing memiliki kapasitas untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Dan bila suatu saat terjadi barter tugas niscaya dunia ini akan hancur, bila para suami diharuskan dalam sehari menjalankan semua tugas istri dan para istri keluar rumah menggantikan pekerjaan para suami. Allah Al-Hakim telah meletakkan segala sesuatu di muka bumi ini dengan sesuai dan seimbang, tidak ada tumpang tindih dan tidak pula ada pilih kasih.
Namun perlu diingat bahwa seorang lelaki, apapun pekerjaannya, setinggi apapun pangkatnya, sebanyak apapun bintangnya, bila ia masuk ke dalam rumah, pangkatnya ketika itu adalah suami untuk istrinya, ayah untuk anak-anaknya, putra untuk kedua orang tuanya. Seorang suami yang baik adalah yang mengetahui dengan tepat di mana dia memposisikan dirinya.
Jadilah suami yang penyayang untuk istrimu, yang tidak canggung untuk membantu pekerjaan rumah tanpa harus diminta, sekali-kali bantulah ia memasak -walaupun hanya telor dadar-, menyapu rumah dan bersih-bersih, atau apa saja yang mmasih dalam koridor wajar, apalgi ketika istri dalam kondisi sibuk mengurus anak-anak kita atau sedang kurang sehat. Semua itu akan menumbuhkan cinta dan kasih sayang, bahkan istri akan semakin hormat dan menghargai suaminya yang telah rela turun dari singgasananya untuk membantu permaisurinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang utusan Allah, beliau telah sampai ke Sidrotul Muntaha, kedudukannya di atas semua para Nabi ‘alaihimussalam, beliau adalah Imam dan Presiden umat Islam, beliau adalah panglima besar di medan perang, beliau adalah hakim di pengadilan kaum muslimin, namun ketika beliau masuk rumahnya, semuanya beliau tanggalkan. Beliau menjadi suami untuk istri-istrinya, bahkan beliau tidka canggung untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah.
Al Aswad bertanya kepada Aisyah, “Apakah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila di dalam rumahnya?” Jawab Radhiyallahu Anha Aisyah:
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
Artinya: “Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, bila datang waktu shalat maka beliau pergi untuk shalat.” (HR. Bukhari no.676)
Subhanallah, itulah akhlak Nabimu, seorang manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Kalau engkau enggan mencontohnya, maka siapakah gerangan yang menjadi idolamu? Bukankah Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Bila engkau menginginkan istri yang seperti Khadijah, maka jadilah engkau seperti suami Khadijah radhiallahu ‘anha. Bila engkau tidak bisa, maka bersabarlah menghadapinya.
Bersambung ke bagian selanjutnya, insyaallah.
Diringkas dari buku: Andai Aku Tidak Menikah Dengannya
Penulis: Ustadz Dr. Syafiq bin Riza Basalamah
Diringkas Oleh: Fauzan Alexander (Staf Ponpes Darul-Quran Wal-Hadits OKU Timur)
Baca juga:
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 6)
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 1)
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 2)
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 3)
- kumpulan berbagai ceramah singkat dan kajian Islam
Leave a Reply