Sesungguhnya orang-orang jahilyyah juga berpecah belah dalam agama mereka, sebagaimana difirmankan oleh Allah:
كل حزب بما لديهم فرحون
…tiap tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka…(ar rum :32)
Demikian juga dalam urusan dunia. Mereka beranggapan bahwa kondisi demikianlah yang benar. Oleh sebab itu Rasulallah mengajarkan persatuan atas dasar islam, seperti tersebut dalam firman Allah:
شرع لكم من الدين ما وصى به نوحاوالذي اوحينا اليك وما وصينا به ابراهيم وموسى وعيسى ان اقيمواالدين ولاتتفرقوا فيه
“dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wasiatkan kepada ibrahim, musa dan isa yaitu :tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agama-Nya orang yang kembali kepada-Nya.’ (asy syuura:13)
Allah melarang kita untuk menyerupai mereka, melalui firman Nya
ولا تكونوا كالذين تفروا واختلفوا من بعدما جاءهم البينات
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.. (ali imraan :103)
Inilah salah satu fenomena yang di tentang oleh rasulallah dari masyarakat jahiliyyah. Yakni bahwa masyarakat jahiliyyah bisa berpecah-belah dalam persoalan agama dan dunia mereka. Karena memang ciri khas mereka memang berselisih dan berpecah-belah, sebagaimana firman Allah yang artinya
”dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tipa golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka…(ar ruum :31-32)
Itulah karakter masyarakat jahiliyyah dari kalangan yahudi, nashrani. Semuanya memilki karakter tersebut, berpecah-belah di dalam agama mereka.masing-masing diantara mereka memiliki agama dan dipropagandakan dan dijadikan sebagai orientasi. Kaum nashrani mengajak untuk memeluk agama nashrani. kaum yahudi mengajak untuk memeluk agama yahudi. Masing-masing pemeluk agama memvonis kafir pemeluk agama lain, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:
وقالت اليهود ليست النصرى على شيء وقالت النصرى ليست اليهود على شيء وهم يتلون الكتاب كذالك الذين لايعلمون
Dan orang-orang yahudi berkata:”orang-orang nasrani itu tidak punya suatu pegangan”,dan orang-orang nasrani berkata:”orang-orang yahudi tidak mempunyai suatu pegangan”,padahal mereka (sama-sam) membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui..”(Al-baqarah : 113)
“orang-orang yang tidak mengetahui” pada ayat di atas adalah kaum musyikin. Karena mereka tidak memiliki Kitab Suci dan juga tidak memiliki agama samawi. Mereka juga saling memvonis kafir dan saling bertentangan antara satu dan yang lain.”…. maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa apa yang mereka berselisih padanya.”(Al-Baqarah : 113)
Yakni bahwa Allah akan menjelaskan siapa yang berada dalam kebenaran dan siapa yang berada dalam kebatilan. Agama Allah hanya satulah satu, sebagai mana dalam firman-Nya:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
“tidaklah Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku..”(Adz-Dzariyyat : 56)
Agama Allah hanyalah satu untuk seluruh makhluk-Nya dari kaum yahudi, Nashrani, Arab maupun non Arab. Agama Allah hanya satu, yakni beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi orang-orang itu justru berpecah-belah dalam agama mereka sehingga masing-masing kelompok memiliki agama sendiri yang berbedah dengan agama kelompok lain. Orang-orang yahudi sendiri berpecah-belah dalam agama mereka. Demikian juga kalangan nashrani, mereka juga berpecah-belah dalam agama mereka. Mereka berkelompok dalam jumlah yang banyak, dan sampai saat inipun mereka masih tetap berpecah-belah.
Demikian pula halnya dengan orang-orang Arab yang menyembah berhala, mereka pun berpecah-belah dalam ibadah mereka. Ada yang menyembah matahari, ada yang menyembah bulan, ada yang menyembah patung, ada yang menyembah para malaikat, para wali atau orang-orang shalih, dan ada juga diantara mereka yang menyembah pepohonan dan bebatuan.
Itulah kondisi masyarakat jahiliyyah dari kalangan Ahlul Kitab dan orang-orang ummi atau non Ahlul Kitab. Mereka tidak diikat oleh satu agama, namun mereka justru memilih sifat suka berpecah-belah.
Itulah siksa dan bencana yang paling berat, yakni ketika seseorang merasa bangga dengan kebatilannya. Padahal yang wajib adalah sebaliknya. Seseorang seharusnya merasa takut terhadap kesesatan dan penyimpangan, merasa ngeri menghadapi kebinasaan. Namun mereka justru sebaliknya. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. Tampa menghiraukan apakah yang di anutnya hak atau batil. Yang penting itulah agama nenek moyang mereka, agama bangsa dan keluarga besar mereka.
Bagi mereka, benar apa salah itu tidak penting. Inilah balak dan ujian. Maka ketika seseorang justru merasa senanang dengan kebatilannya, itu adalah hukuman baginya.karena jika seorang berbangga dengan kebatilannya, iya tidak akan berusaha keluar dari kebatilan tersebut.
Seluruh mahluk dari kalangan jin dan manusia wajib memilki agama yang satu, yakni agama tauhid, mengesahkan Allah dalam ibadah. Ibadah itu sendiri telah dijelaskan oleh para rasul,tidak diserakan kepada umat manusia. Allah menurunkan kitab kepada mereka dan mengutus para rasul kepada mereka.
Bisa dikatakan, bahwa itulah agama dan itulah ibadah, agama dan ibadah bersifat baku. Agama harus bersifat baku,karena tidak ada hak manusia untuk menetapkan syari’at sebagai agama mereka. Itu adalah hak Allah. Allah yang menetapkan sebuah agama, sebagai mana firman-Nya
“apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah..”(Asy-Syura : 21).
Ini merupakan pengingkaran dari Allah. Karna agama itu hanyalah yang ditetapkan oleh Allah semata dan diturunkan dalam kitab-Nya melalui lisan para rasul-Nya. Agama bersifat paket,para rasul hanya bertugas menyampaikan dari Allah ajaran yang di tetapkan oleh Allah kepada para hamba-Nya. Itulah tugas para rasul, mereka juga beribadah dengan agama itu sebagaimana para hamba yang lain. Mereka adalah para hamba Allah yang beribadah kepeda-Nya dengan agama yang ditetapkan oleh Allah untuk diri mereka dan untuk umat-umat mereka.
Allah berfirman:
ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعدما جاءهم البينات واولئك لهم عذاب عظيم
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai=berai dan berselisi sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat…”(Al Imraan : 105)
Di sisi Allah melarang kita menyerupai masyarakat jahiliyyah yang berpecah-belah dalam agama mereka dan bercerai-berai. Itu bukan terjadi karna ketidak tahuan mereka, namun karena menuruti hawa nafsu mereka”..sesudah datang keterangan yang jelas kepada meraka..” mereka meninggalkan keterangan yang jelas itu dan mengikuti hawa nafsu mereka.
Begitu pula yang menggiring mereka kepada perpecahan itu adalah hawa nafsu juga. Mereka menjadikan hawa nafsu sebagai sembahan-sembahan selain Allah. Padahal Allah tidak membiyarkan seseorang pun untuk memiliki hujjah, karena Allah telah mengutus para rasul dan telah menurunkan Kitab-Kitab-Nya
فاما ياتينكم منى هدى فمن تبع هداى فلا خوف غليهم ولا هم يحزنون والذين كفروا وكذبوا باياتنا اولئك اصحاب النار هم فيها خالدونز
“kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kehawatiran atas mereka, dan tidak pula meraka bersedih hati”. Ada pun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalam nya”(Al-baqarah :38-39).
Allah tidak pernah melantarkan umat manusia semenjak Allah menurunkan Adam ke muka bumi. Tidak pernah membiyarkan umat manusia hidup tampa agama dan tampa nabi. Bahkan Allah secara terus menerus mengutus para rasul secara silih berganti, menetapkan dan menjelaskan agama bagi meraka sampai kepada penutup para Nabi, Muhammad صلى الله عليه وسلم , yang ajarannya tidak akan terhapus hingga hari kiamat nanti. Semberjarannya adalah Kitabullah dan As-sunnah. Sehingga tidak pernah waktu berlalu tampa ada agama Allah yang diajarkan oleh para rasul.
Allah berfirman:
وان من امة الا خلا فيها نذير
“dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan ”(Faatir : 24)
Sehingga tidak seorangpun yang memiliki hujjah untuk membantahnya. Akan tetapi masyarakat jahiliyyah menentang ajaran yang dibawa oleh para rasul tersebut. Bukan karena meraka tidak mengetahuinya, namun karna sikap membangkang dan memperturutkan hawa nafsu, terutama kaum yahudi dan Nashrani. Kerena mereka memang telah mengetahui agama tersebut.
Oleh sebab itu Allah menyebut mereka sebagai Ahlul Kitab, untuk mengecak mereka, bahwa mereka adalah ahlul kitab dan orang-orang yang mengenal kebenaran, namun mereka menentang ajaran Allah dan memperturutkan hawa nafsu. Allah melarang umat ini ngeikuti jalan hidup jahiliyyah tersebut dan memerintahkan meraka berpegang teguh pada agama yang di turunkan kepada Rasul-Nya, agama yang dijalankan oleh para sahabat dan Al-khulafa Arasyidun. Itulah agama yang harus di pegang teguh oleh umat ini hingga hari kiamat. Dan jika mereka berbeda pendapat dalam satu persoalan, hendaknya mereka mengembalikan kepada kitabullah dan sunnah Rasul.
Allah berfirman:
فان تنازعتم في شيء فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنون بالله واليوم الاخر
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatau, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (Sunnahnya ), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. ” (an-nisa :59).
Diringkas dari : Syarah 128 tabi’at jahilliyah
Karya : Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Diringkas Oleh : Anggara Pratodi (Pengajar Ponpes Darul Qur’an Wal Hadist OKU Timur)
Baca juga artikel berikut:
Leave a Reply