Nak! Ini Hadiah Dari Ayah
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas segala karunia dan nikmat yang diberikan, atas usia yang masih dipanjangkan dan nafas yang masih diizinkan untuk berhembus. Terutama nikmat berada di atas iman dan Islam.
Sholawat dan salam kepada nabi kita, yang membawa risalah dan menasehati Ummah teladan terbaik dalam menjalani kehidupan seorang pemimpin negara namun juga pemimpin hebat di keluarganya. Dia adalah seorang anak ayah yang bersahaja dan menjadi contoh untuk mereka yang menjadi Ayah setelahnya. Iyalah Sayyidina Al Musthofa Muhammad.
Memiliki anak merupakan sebuah impian yang dimiliki oleh semua orang pada umumnya, baik laki-laki ataupun perempuan. Itu jugalah Salah satu tujuan utama seseorang menikah mendapatkan keturunan. Kehidupan dan pernikahan akan terasa kurang lengkap tanpa adanya keturunan yang menghiasi hari-hari yang dilewati.
Seorang lelaki sangat Mendamba dambakan masa saat perut istrinya mulai membesar mengandung pewarisnya. Seorang ibu sangat menanti masa-masa merasakan tendangan dari dalam perutnya. Mereka sangat Mendamba dambakan saat mereka mendengar suara tangisan bayi yang baru lahir, menggendongnya, melihat perkembangannya, melihatnya bisa berjalan, berbicara dan seterusnya. Inilah yang selalu dinantikan oleh dua sejoli yang menjalin pernikahan.
Hingga tak jarang mereka yang baru menikah berusaha agar segera memiliki momongan, jika belum kunjung datang mereka akan berobat dan menghabiskan biaya yang kadang tidak sedikit demi segera bisa mendapatkan keturunan. Inilah salah satu Fitrah yang Allah tanamkan pada setiap Insan yakni mencintai anak sebagaimana FirmanNya dalam surat Ali Imran ayat 14.
Namun yang perlu diperhatikan bahwa memiliki anak bukanlah sekedar menambah keturunan dan menyenangkan hati Semata. Memiliki anak berarti menambah tanggung jawab di hadapan Allah kelak, menambah Hisab, bisa mengantarkan ke surga dan mencampakkan seseorang ke neraka. Hal ini yang terkadang dilupakan oleh orang tua. Padahal inti memiliki keturunan bukanlah sekedar adanya keturunan itu, namun bagaimana agar anak-anak yang dilahirkan bisa dididik menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.
Maka kewajiban orang tua selain memberikannya nafkah lahir juga memberikan nafkah batin. Yakni mendidiknya menjadi anak yang berbakti, menjadi generasi yang baik, menempah karakternya agar menjadi sosok yang Taqwa dan mengajarkannya Bagaimana menghadapi kehidupan sesuai yang Allah cintai serta menanamkannya tujuan hidup yang utama,
Yaitu ridho Allah dan kebahagiaan di akhirat. Itulah kewajiban sekaligus tujuan memiliki keturunan.
Namun terkadang karena kesibukan orang tua dengan pekerjaannya, sibuk dengan urusan demi menafkahi keluarganya dan sebab lainnya. Orang tua, terkhusus ayah, tidak bisa selalu berada di rumah 24 jam sehari, 7 hari seminggu untuk mengawasi perkembangan anak-anaknya. Dan ketika anak sudah beranjak dewasa Ayah semakin tidak seintens dulu dalam mengawasi mereka.
Hadiah terindah untuk ayah
“Week…..week…week…” pekikan itu adalah di antara suara terindah yang pernah Ayah dengar, nak saat engkau lahir dan pertama kali mendengar tangisanmu, sebuah perasaan menyelimuti hati dan jiwa ayah. Perasaan yang ayah sendiri tak bisa gambarkan dengan kata-kata titik perasaan bahagia yang mendalam menyentuh setiap sudut, mengusik setiap rasa pada sendi titik perasaan yang membuat bahasa menjadi miskin kata dan perasa untuk sekedar mengungkapkannya. Engkau adalah diantara hadiah terbaik yang ayah terima dalam hidup ini, nak.
Kehadiranmu di dunia ini sungguh mengubah arah bahagia ayah, dulu ayah dan ibumu mungkin hanya tersenyum karena mendapatkan kebahagiaan pada diri kami sendiri. Setelah kau lahir, nak! senyuman ayah akan merekah saat kau bahagia, saat melihat kau dalam kebaikan akhirat dan dunia. Dan kesedihan ayah akan menyelimuti hati saat engkau sedang tidak baik-baik saja. Begitu pula ibumu.
Kebahagiaan kami terasa begitu sempurna saat hari-hari kami lewati dengan melihat setiap perkembanganmu, melihat kau tumbuh perlahan, mulai bisa tertawa, tersenyum, tengkurap lalu saat bisa duduk dan Kemudian berjalan. Betapa indah rasanya saat “Abi… Ummi…”, “Papa…vMama…” atau “Ayah… Ibu…” bisa kau ucapkan, dengan lidahmu yang masih telat kau panggil kami. Panggilan itu terasa begitu Syahdu dan menenangkan. Satu kata itu menghilangkan segala penat seharian, mendamaikan segala gundah dan meluluhkan segala rasa.
Hari-hari berlalu dengan indahnya bersama hadirmu nak! Ayah rasanya tidak betah lama-lama berada di luar rumah. Ingin sekali segera kembali dari kerja lalu melihat senyummu yang ceria dan memberi warna bagi pekat yang Ayah bawa dari dunia luar sana. Dan betapa sakitnya rasa yang ayah pendam saat harus pergi jauh darimu sementara karena suatu urusan yang harus Ayah tunaikan sebagai bentuk amanah. Setiap hari Kerinduan menyelimuti hati ayah, nak! Satu hari saja tidak melihatmu rasanya sedih luar biasa. Dan begitu Ayah pulang dari jauh kembali ke rumah, betapa bahagia hati ini saat sebuah senyuman merekah dari wajahmu, engkau berlari berhamburan mendatangi ayah. Sungguh segala kegersangan hati yang ayah dapatkan dari luar sana langsung disirami embun sejuk dan menenangkan jiwa.
Kepintaranmu mulai bertambah, hari demi hari. Pelan-pelan Kau pelajari kehidupan ini. Dulu kau tertatih-tatih, perlahan kau Akhirnya bisa berlari ke sana ke sini. Dulu kau berucap setiap kata dengan tidak fasih, kini kau bisa dengan lancar menyebutkan mainan kesukaan yang ingin kau beli.
Nak! Dulu, kau pernah merengek minta dibelikan sebuah mainan yang sangat kau inginkan. Kau menangis memintanya kepada ayah dan ibumu. Namun tidak semuanya mampu dan mau Ayah atau ibumu turuti. Mungkin semasa engkau masih kecil pun tak jarang Ayah dan ibumu marah kepadamu karena suatu perbuatan yang tidak baik kau lakukan. Atau bahkan kadang kau berkelahi dengan temanmu, namun Ayah atau ibumu tidak membelamu. Mungkin kami memintamu dan menyuruhmu yang meminta maaf kepada temanmu itu, padahal bisa jadi kesalahan bukan pada dirimu.
Dan saat engkau menangis karena berkelahi dengan temanmu lalu kami menyuruhmu yang meminta maaf, tak berarti kami menganggapmu salah dan tak berarti pula kau itu kalah apalagi lemah. Kami ingin ajarkan kepadamu bahwa terkadang menang itu tidaklah harus dengan kekuatan menang itu tidak pula dengan keangkuhan. Nak! Kadang dengan mengalah kau bisa mencairkan suasana, mendamaikan sengketa dan bahkan memenangkan jiwa mereka. Itu bukan lemah, nak! Itu gagah namanya dan kebesaran jiwa.
Ayah tidak pernah membencimu dalam hidup ini. Marah Ayah tidaklah berarti bahwa rasa sayang padamu terkikis dari hati. Tidak sedikitpun. Marah dan sikap tegas terkadang Ayah butuhkan untuk mengajarkanmu sebuah makna yang tak kau dapatkan dari sebuah kelemahlembutan dan dari kemanjaan. Ayah tidak membelamu bukan berarti Ayah membencimu. Ayah ingin ajarkan bahwa berjiwa besar itu tidak dimiliki kecuali oleh pahlawan yang gagah dan tidak manja. Jika tidak karena demi kebaikanmu, Ayah tidak akan lakukan semua itu.
Mungkin semasa kau kecil, saat Ayah tidak membelikan mainan atau bersikap tegas dan bahkan kadang marah padamu. Kau melihat ayah Tegar dan seperti tidak tergoyahkan. Namun ketahuilah, Nak! Dari dalam ayahmu ini Remuk Saat tangismu tak kunjung berhenti, lalu kau lelah dan tertidur di tempat tidurmu sedangkan mainan itu tak jua kau miliki. Ayah juga hancur saat kau harus minta maaf padahal dirimu tidak melakukan kesalahan yang berarti kau tidak melakukan kesalahan sama sekali.
Melihat itu Ayah sungguh tak kuat dan tak mampu. Bahkan tak jarang Ayah kalah dengan kepedihan hati. Tapi saat Ayah berhasil mengalahkan sakit saat melihat wajah polosmu bersedih dan air matamu berlinang perlahan jatuh ke pipi. Itu berarti Ayah sedang berjuang keras untuk kebaikanmu. Karena dalam kehidupan ini tidak semua yang kau mau itu pasti baik dan tidak semua yang kau benci itu pasti buruk kau harus berjuang untuk mengerti hal itu, karena Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Ingat pesan Tuhanmu nak.
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
” Dan bisa jadi engkau membenci sesuatu sedangkan Ia baik bagimu. Dan bisa jadi kau mencintai sesuatu sedangkan ia buruk bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui”[1]
Nak! Dari kau lahir sampai kapanpun. Kau adalah di antara hadiah terbaik yang ayah miliki dan sebab terbesar kebahagiaan diantara kami. Kau tetap spesial dan ayah cintai. Sebagaimana saat pertama mendengarmu menangis dari balik ruang persalinan lalu mengumandangkan adzan atau iqomah di telingamu. Rasa sayang dan cinta itu tak akan berubah sampai kapanpun.
Ayahmu ini mungkin jarang mengungkapkan kalimat cinta, sayang atau rindu kepadamu. Tapi sungguh itu semua ada dalam hati terdalam untukmu dan akan selalu begitu.
Nak, Kini kau telah beranjak dewasa. Saatnya kau bisa menentukan arah dan tujuan dalam hidupmu dengan pilihanmu yang tentu tidak melenceng dari Jalan agama. Kau harus sudah bisa mengatur jalur dan alur yang akan kau tempuh. Segala perbuatanmu akan kau pertanggungjawabkan baik di dunia maupun di akhirat. Ayahmu ini tidak bisa lagi mengawasi setiap langkahmu sepanjang waktu seperti dulu dan tidak lagi selalu ada dibelakangmu menyambut saat jika kau terjatuh.
Namun kau tetaplah hadiah terbaik kami, ayah dan ibumu. Hadiah yang tidak akan pernah berubah dan tidak akan usang keindahannya. Kau tetap berkilau sampai kapanpun, nak. Kau adalah hadiah yang harus dijaga hingga kapanpun agar tidak ternodai oleh hina dan fananya dunia ini, yang hanya sementara. Anakku! Tetaplah engkau menjadi penyejuk mata pembawa bahagia di dunia dan akhirat juga. Seperti yang selalu ayah pinta kepada pencipta kita,
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
” Dan orang-orang yang berkata: Ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan kami penyejuk hati, dan jadikanlah kami Imam bagi orang-orang yang bertakwa.”[2]
Itulah doa yang selalu ayah panjatkan agar diberikan keturunan dan keluarga yang menyejukkan mata, menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Hal itu hanya bisa didapati dari anak-anak dan keluarga yang saleh dan bertakwa, Nak. Begitulah Ibnu jarir ath-thabari ketika menafsirkan ayat ini membawakan Tafsir Ibnu Abbas, ” yang dimaksud dengan “Qurrah A’yun” adalah yang beramal dengan ketaatan kepada Allah hingga sejuklah mata mereka.”[3]
Maka Terimalah hadiah-hadiah ini dari ayah untukmu, nak. Hadiah sederhana yang dirangkai dengan kata-kata saja Terimalah hadiah ini bacalah nasehat-nasehat Ayah ini untukmu.
Hadiah pertama
Tauhid; Kalau Begitu Apakah Aku Boleh Mencuri!
” Gimana sakit telinganya,pak? Udah baikan?”Tanya seorang anak muda yang sedang bertamu dirumah paman istrinya. Hari itu 2 Syawal 1440 H. Suasana lebaran masih sangat terasa dan hingga seminggu pun biasanya masih bertahan titik layaknya kaum muslimin lainnya pasangan suami istri ini juga berkunjung ke rumah-rumah sanak family. Menyambung silaturahmi dan mempererat persaudaraan.
“Apa…!??” Tanya balik oleh pria separuh baya itu dengan suara yang agak meninggi.
Empat buah gelas yang berisi air berwarna merah tersusun rapi dihadapan mereka dan ditemani toples-toples yang penuh dengan kue khas Nusantara titik mereka duduk di atas tikar selerang yang dianyam dari daun mengkuang oleh tangan-tangan seni Desa itu.
“Gimana telinganya,pak? Udah sehat” Tanya anak muda itu lagi, dia mendekatkan mulutnya ke telinga pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu.
“Belum! Tapi semalam sudah berobat ke dukun. Mudah-mudahan sembuh.” Jawabnya.
“Astagfirullah! Kenapa ke dukun, pak?! Ga boleh, pak. Nabi kita larang itu.” Sambut si anak muda dengan penuh keheranan.
“Ya ga apa-apa! Kan dia cuma sebagai sebab aja. Saya yakin kalau sembuj Allah lah yang menyembuhkan. Bukan dukun itu.” Jelasnya.
Anak muda itu mengambil gelas yang berisi air merah tadi, air sirup yang sama-sama kita ketahui tentunya. “Tapi pak! Caranya salah. Pergi ke dukun itu saja sudah dilarang. Nabi bilang tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Apalagi kalau kita mempercayai dan melakukan yang dia suruh, itu bisa syirik, pak.” Jelasnya setelah menyeruput sirup dingin yang ada di genggamannya. Rasa nyilu di giginya membuat dia tidak kuat minum sirup dingin itu terlalu banyak.
“Apa yang disuruh dukun itu, pak?” Lanjut sang anak muda bertanya.
“Disuruh beli kemenyan,bunga beberapa warna, terus sirih dan lain-lain. Kemudian dia bacakan di bunga itu bacaan dan juga disuruh. Terus sirihnya disuruh saya makan .” Paman itu mengambil kue rengginang lalu menggigitnya. Serpihan rengginang itu berjatuhan dan langsung disambut oleh tangannya menampung agar tidak jatuh ketika.
“Tapi saya tidak meyakini dia yang menguatkan, dia cuma sebab.” Paman itu melanjutkan. Sementara istri sang anak muda sedang asyik berbincang dengan bibinya.
“Masalahnya pak dia itu dukun, datang datang ke dukun itu tidak boleh. Dan meyakini sesuatu yang bukan sebab kesembuhan adalah syirik kecil, Pak. Dan dosa besar. Tidak ada hubungan antara bunga sekian warna dengan sakit telinga, itu bukan sebab kesembuhan secara syar’i tidak pula dalam dunia medis. Jangan lagi ya pak. Ke dokter atau ruqyah aja.” Jelas sang pemuda panjang.
“Ya tidak apa-apalah. Apa masalahnya. Yang penting tidak meyakini dia yang mengobati, dia cuman sebab saja. Pungkas sang paman.
“Oh, kalau begitu tidak apa-apa ya Pak, kalau saya mencuri, terus saya bilang saya tidak meyakini kalau rezeki ini dari harta orang itu. Tapi saya meyakini Allah lah yang memberikan rezeki, ini hanya sebab saja, tanyanya.
Lalu mereka Hening sejenak dan tiba-tiba, “ha-ha-ha!” Tawa mereka berdua pecah, antara lucu dan canggung kemudian Hening kembali.
Mudah mengambil air minumnya lalu menyerupai lagi. Dalam hati dia bergumam, “Anak-anakku nanti, harus ku ajarkan dengan mendalam tentang Tauhid dan iman dan menjauhi kesyirikan walaupun sekecil apapun.” Dia meletakkan air minumnya lalu tiba-tiba Azan zuhur berkumandang titik Setelah salam-salaman dan maaf-maafan Mereka pun pamit.
“Ayo, pak! Kita ke masjid, udah azan zuhur.” Ucap sang pemuda yang sudah di depan pintu bersama istrinya kepada pamannya yang ikut mengantar mereka ke pintu.
“Oh, iya! Ayo. Bapak Duduk dulu, iya. Kamu duluan aja.” Jawabnya. Lelaki itu tersenyum dan mengangguk lalu pergi ke masjid. Sedangkan istrinya pulang ke rumah orang tuanya yang tidak jauh dari sana.
Nak! Seorang ayah tidaklah ingin tubuh anaknya sedikitpun disentuh api neraka, apalagi sampai kau tersiksa di dalamnya. Naudzubillah! Begitu pulalah ayahmu, nak. Jadi, jaga aqidahmu. Jaga akidahmu baik-baik di manapun kau berada dan kapanpun waktunya serta apapun keadaannya. Karena itulah kunci utama jika kau ingin selamat di akhirat juga di dunia. Ini jugalah yang dipesankan para nabi Allah kepada anak-anak mereka, sebagaimana robmu bercerita dalam FirmanNya tentang wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Yakub kepada anak-anak mereka,
اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْۙ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ١٣١ وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ ١٣٢ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ ١٣٣
” ketika Tuhannya berfirman kepadanya “tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawa: “Aku aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. Ibrahim berkata:” hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan tanda-tanda maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya”Apa yang kamu sembah sepeninggalku mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, ibrahim, ismail dan ishaq yaitu tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”[4]
Itu pulalah nasihat Ayah kepadamu, nak! Janganlah sekelip mata pun kau nodai iman dan aqidahmu. Jangan pernah kau goyahkan pondasi tauhidmu. Sembahlah Allah yang telah menciptakan motif sembahlah dia semata dan jangan pernah kau bersekutu.
Dalam hidup ini hal yang paling utama harus Kau jaga adalah aqidah dan tauhid mu. Apalagi zaman yang semakin menyedihkan dan penuh fitnah ini,Nak! Kau harus punya benteng akidah yang kokoh dan iman yang kuat. Jika kau ingin selamat dunia akhirat dan kita sekeluarga nanti bersama-sama berkumpul kembali di surganya Allah, maka jagalah tauhid dan aqidah-mu sebagaimana hal itu pula nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ajarkan kepada anak-anaknya. Tunduk bin Abdillah berkata, ” ketika kami masih anak-anak hampir Bali nabi mengajarkan kami tentang iman sebelum Alquran.”[5]
Karena ketahuilah nak! Siapa saja yang mati dalam kesyirikan maka neraka jahanam lah tempatnya kembali, ia kekal di dalamnya dan juga Abadi tidak akan keluar lagi. Allah berfirman
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا ٤٨
” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari Syirik itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”[6]
Diringkas oleh : Asandri (pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits Ogan Komering Ulu timur sumsel)
Judul : Nak! Ini Hadiah Dari Ayah
Judul Buku : Nak! Ini Hadiah Dari Ayah
Penulis : Syaiful Muhammad Khadafi
Penerbit : Alma Pustaka
[1] QS. Al-Baqarah :216
[2] QS. Furqan: 74
[3] Muhammad bin jarir At-Thabari (310), jami’ Al-Bayan fi Tawil Al-Qur’an (Muassasah Ar-Risalah, 1420 H), jilid 19 hlm. 318.
[4] QS. Al-Baqarah: 131-133
[5] Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqi (458), syu’ab Al-iman, (Riyadh Maktabah Ar-Rusyd wa At-Tauzi, 1423 H) jilid 1 hlm 152.
[6] QS. An-Nisa: 48
Baca juga artikel:
Leave a Reply