Terkait Dengan Doa Sapu Jagat

terkait dengan doa sapu jagat

Terkait Dengan Doa Sapu Jagat – Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya; semoga selawat dan salam Allah senantiasa tercurahkan atas beliau, keluarga, serta para sahabatnya seluruhnya. Amma ba`du: Ini adalah bundel bermanfaat, yang berisikan doa-doa pilihan lagi sarat makna yang pernah dipanjatkan oleh Nabi Muhammad.

Anas bin Malik menuturkan [1]: “Doa yang paling sering diucapkan oleh Nabi adalah:

اللَّهُمَّ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَا النَّارِ

Artinya: “Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat, serta lindungilah kami dari siksa Neraka.”

 

PENJELASAN:

Doa ini termasuk doa yang paling agung dan mulia. Ia juga termasuk doa jawami yang telah menghimpun kebaikan dunia dan Akhirat. Doa ini adalah doa dari Al-Quran, yang Allah sebutkan ketika memuji orang- orang beriman dalam konteks ayat-ayat seputar haji. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Artinya: “Diantara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”[2]

dengan doa tersebut, yang mengandung permintaan kebaikan di dunia dan Akhirat.

Al-Hafizh Ibnu Katsir menjelaskan[3]: “Doa ini menghimpun segala kebaikan dunia dan memalingkan segala keburukan. Kebaikan dunia mencakup segala hal duniawi yang diinginkan, seperti kesehatan, tempat tinggal yang nyaman, istri yang cantik, rezeki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kendaraan yang nyaman, kedudukan yang terhormat, dan berbagai makna lainnya yang disebutkan oleh para ahli tafsir. Semua itu tidaklah kontradiktif, karena sama-sama tergolong sebagai kebaikan di dunia.

Adapun kebaikan Akhirat, yang paling tingginya adalah masuk Surga serta hal-hal yang menyertainya, seperti rasa aman pada hari yang amat menakutkan di Padang Mahsyar, kemudahan hisab amalan, dan hal-hal baik lainnya di Hari Kiamat. Adapun keselamatan dari Neraka, ia berarti kemudahan untuk meraihnya semenjak di dunia, dengan dijauhkannya diri dari hal-hal yang diharamkan, doa, dan syahwat yang haram.”

Dapat dikatakan bahwa doa ini adalah salah satu doa yang paling luas cakupannya terhadap segala kebaikan dunia dan Akhirat. Tidak heran jika banyak sekali hadits yang menerangkan keutamaannya, agungnya kedudukannya, serta statusnya sebagai salah satu doa yang paling sering diucapkan oleh Nabi Muhammad. Anas bin Malik menuturkan: “Doa yang paling sering diucapkan oleh Nabi adalah:

اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةٌ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat, serta lindungilah kami dari siksa Neraka).”

Dalam sebuah riwayat Imam Muslim ditambahkan: “Apabila menginginkan suatu permohonan, Anas biasa mengucapkan doa ini. Apabila Anas mengucapkan doa lainnya, ia pasti menyertakan doa ini di dalamnya.”

Abdullah bin As-Sa’ib pernah mendengar[4] Nabi Muhammad mengucapkan di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةٌ وَقِنَا عَذَابَ النار

“Artinya:  Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di Akhirat, serta lindungilah kami dari siksa Neraka.”

Habib bin Shahban Al-Kahili mengisahkan: “Pernah suatu kali aku tawaf bersama Umar bin Al-Khaththab , dan aku tidak mendengarnya mengucapkan hal lain selain:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”[5]

Umar tidaklah mengucapkan apapun selain hal itu.”[6]

Muhammad bin Al-Hasan Al-Ajurry menjelaskan: “Barang siapa yang ingin menjadi seperti mereka, hendaklah hatinya tunduk khusyuk kepada Allah Yang Mahamulia ketika tawaf. Hendaklah aktivitas hati dan lisannya selalu terkoneksi dengan Allah Yang Mahaagung, dan sebaliknya, terputus dari selainNya. Hendaklah ia berjalan (dalam tawafnya) dengan penuh ketenangan dan kesyahduan, selalu berzikir dan bertafakur, sesekali ia berharap kepadaNya, dan terkadang rasa takut kepadaNya memenuhi dirinya. Ketika tiba saatnya ia mengucapkan Rabbanaa aatina fid dunyaa Hasanah wa fil aakhirati Hasanah wa qinaa ‘adzaaban naar di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, hendaklah ia mengucapkannya dengan penuh kesadaran hati, pemahaman akal, penghinaan diri,dan rasa butuh yang sangat amat kepada Allah.

Barang siapa yang demikian kriteria tawafnya, aku berharap Allah Yang Maha Dermawan akan mengabulkan pinianya, mengasihani deraian air matanya, membanggakannya di hadapan para malaikat-Nya, dan aku harap malaikat pun ikut mengamini doa-doanya, in syaa Allah.”[7]

Anas meriwayatkan bahwa seorang lelaki pernah berdoa di sisi Nabi: “Ya Allah! Engkau tidak memberiku harta yang cukup untuk disedekahkan; timpakanlah kepadaku cobaan yang dapat berbuah pahala untukku.”

Mendengar itu, Nabi pun bersabda: “Subhaanallah! Engkau tidak akan sanggup menanggungnya! Tidakkah engkau mengatakan:

اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Ya Allah! Anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di Akhirat, dan lindungilah kami dari siksa Neraka.”

Anas bin Malik mengisahkan bahwa suatu Ketika Rasulullah  menjenguk salah seorang sahabatnya yang sudah sangat lemah tubuhnya, layaknya anak burung yang baru menetas dari telur. Rasulullah lantas bertanya kepadanya: “Adakah doa atau permintaan yang pernah engkau panjatkan sebelum ini?”

Ia pun menjawab: “Ada. Aku pernah berdoa:

اللهم ما كنت معاقي في الآخرة فعجّله لي في الدنيا

Artinya: “Ya Allah! Segerakanlah untukku di dunia segala siksa yang akan engkau timpakan kepadaku di akhirat.”

Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun bersabda: “Subhanallah! Engkau tidak akan sanggup menanggungnya! Tidakkah engkau mengatakan:

اللَّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةٌ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Ya Allah! Anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di Akhirat, dan lindungilah kami dari siksa Neraka.”

la pun berdoa kepada Allah dengan hal itu, kemudian Allah pun menyembuhkannya.

Ibnu Taimiyyah menjelaskan [8]: “Orang tersebut termotivasi oleh rasa takut akan siksa Neraka serta kerinduan akan kesudahan yang baik; sehingga ia memohon agar semua siksa yang menantinya kelak disegerakan di dunia. la telah berbuat suatu kesalahan dan kekeliruan. Seringkali kesalahan dan kekeliruan terjadi, meskipun dari seseorang yang saleh, mulia, baik agamanya, zuhud, wara, memiliki karamah, dan tulus niatnya.”

Lantas bagaimana lagi dari seseorang yang lemah dan banyak kekurangannya?!

Dikisahkan bahwa suatu ketika sekelompok orang mengunjungi Anas bin Malik. Lalu disampaikan kepada beliau: “Saudara-saudaramu telah tiba. Mereka datang untuk memintamu agar mendoakan mereka.”

Beliau pun berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِحَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Ya Allah, Ampunilah kami, kasihanilah kami,  Anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di Akhirat, dan lindungilah kami dari siksa Neraka.”

Mereka pun belum puas dan meminta tambahan doa lainnya. Namun ternyata Anas mengucapkan doa yang sama, lalu berkata: “Bila doa ini dikabulkan untuk kalian, sungguh kalian telah dikaruniai kebaikan dunia dan Akhirat.”

Ath-Thibi menjelaskan[9] : “Nabi sering memanjatkan doa ini; lantaran ia termasuk doa jawami’ yang menargetkan seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi. Lebih jelasnya, perhatikan bagaimana doa ini mengülang penyebutan hasanah dalam bentuk nakirah demi mendatangkan makna yang berbeda. Telah dimaklumi dalam pembahasan ilmu Ma`ani, bahwa pengulangan nomina nakirah berarti perbedaan makna yang diinginkan dari masing-masingnya. Yang diinginkan dari hasanah yang pertama adalah kebaikan-kebaikan duniawi, seperti bantuan, taufik, serta sarana yang dapat mendatangkan ketaatan dan hal-hal baik yang diterima di sisi Allah. Adapun yang diinginkan dari hasanah yang kedua, adalah hasil dari semua itu berupa pahala dan rida-Nya di Hari Akhir kelak.

Ucapan wa qinaa ‘adzaaba-n naar adalah bagian penyempurna dari doa ini. Yakni, apabila muncul dari kami sesuatu yang berkonsekuensi siksa Neraka seperti kemaksiatan dan kesalahan, maka ampunilah dan lindungilah kami dari siksa Neraka.

Sungguh doa ini benar-benar pantas untuk sering-sering diucapkan.”

[Lafaz ‘Rabbanaa’]

la adalah seruan yang mengandung pengakuan akan rububiyyah Allah yang berkonskuensi pengakuan akan uluhiyyah-Nya.

Ibnul Qayyim mengatakan[10] : “Renungkanlah mengapa doa yang mengandung pujian dan permintaan kepada Allah dengan lafaz allaahumma, sebagaimana dalam doa sayyidu-l istighfar:

اللَّهُمَّ أَنتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ

Adapun doa yang hanya mengandung permintaan, diawali dengan lafaz rabb, seperti doanya kaum mukminin:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا

“Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami.”[11]

Doa Nabi Adam:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا

Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri….

Doa Nabi Musa:

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku…”[12]

Doa Nabi Nuh:

رَبِّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَسْتَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya)…”[13]

Juga doa yang Nabi Muhammad ucapkan ketika duduk di antara dua sujud:

رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي

“Wahai Tuhanku ampunilah aku! Wahai Tuhanku ampunilah aku!”

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah bahwa Allah diminta dengan rububiyyah-Nya yang termasuk di antaranya adalah kuasa-Nya,dengan rububiyyah-Nya yang termasuk di antaranya adalah kuasa-Nya, kebaikan-Nya, dan perawatan serta bimbingan dariNya terhadap para hamba dan segala urusan mereka. Dan Allah dipuji dengan uluhiyyah- Nya yang berarti penetapan segala yang menjadi hak bagiNya berupa sifat-sifat yang mahatinggi dan nama-nama yang mahabaik.

Perhatikanlah metode yang digunakan Al-Quran, engkau akan dapati ia sesuai dengan penjelasan yang aku sebutkan di atas. Beberapa contoh dari doa di Al-Quran telah saya sebutkan di atas, hampir seluruhnya diawali dengan nama Allah: Ar-Rabb. Adapun pujian-pujian kepadaNya dalam Al-Quran, maka seluruhnya diawali dengan asmaul husna.”

[Lafaz ‘Aatinaa fi-d dunyaa hasanah’]

Ia merupakan permintaan akan seluruh kebaikan di dunia yang mencakup segala hal duniawi yang diinginkan, seperti kelapangan rezeki, tempat tinggal yang nyaman, pasangan hidup dan keturunan yang saleh/ ah, ilmu yang bermanfaat, amal saleh, rasa aman, dan kedudukan yang terhormat.

Semua contoh di atas disebutkan bukanlah sebagai bentuk pembatasan. Jadi bila ada yang mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah pasangan hidup yang saleh, maka itu benar. Bila ada yang mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah keturunan yang saleh, maka itu benar. Bila ada yang mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah rezeki yang halal, maka itu benar. Mengapa demikian? Karena menafsirkan suatu lafaz yang cakupan maknanya sangat luas dengan menyebutkan salah satu dari makna-makna tersebut, dianggap sebagai metode penafsiran dengan penyebutan contoh, bukan dalam rangka membatasi lingkup maknanya.

[Lafaz wa fi-l aakhirati hasanah’]

Yang dimaksud adalah ampunan, rahmat, syafaat, kemenangan, keselamatan, dan Surga yang tinggi. Telah berlalu sebelumnya penukilan ucapan Ibnu Katsir[14]: “Adapun kebaikan Akhirat, yang paling tingginya adalah masuk Surga serta hal-hal yang menyertainya, seperti rasa aman pada hari yang amat migakutkan di Padang Mahsyar, kemudahan hisab amalan, dan hal-hal baik lainnya di Hari Kiamat.”

Ibnul Qayyim menjelaskan[15]: “Al-Hasan menafsirkan fi-d dunyaa hasanah dengan ilmu dan ibadah, dan wa fi-l aakhirati hasanah adalah Surga. Penafsiran ini salah satu dari yang terbaik; karena memang kebaikan paling mulia di dunia adalah ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.”

REFERENSI:

Diringkas oleh : Asandri (pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits Ogan Komering Ulu timur sumsel)

Judul : Doa Sapu Jagat

Judul Buku :  Syarah Doa-Doa Pilihan Terbaik

Karya : Syaikh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin al-Badr

Penerbit :  UFA Office

Cetakan : Pertama, Februari 2023

[1] HR. Bukhari (6389) dan Muslim (2690)

[2] QS. Al-Baqarah: 201

[3] Tafsir Ibnu Katsir

[4] HR. Abu Daud (1892). Ia dinyatakan hasan oleh AL-Albani.

[5] QS. Al-Baqarah :201

[6] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az-Zuhd

[7] Mas’alah ath-Tha’ifin (28)

[8] Majmu’al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah (10/693)

[9] Syarah al-Misykaah karya Ath-Thibi (6/1925)

[10] Majmu’ al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah (10/693)

[11] QS. Ali-Imran: 147

[12] QS. Al-Qashash: 16

[13] QS. Hud:47

[14] Tafsir Ibnu Katsir

[15] Miftah Daar as-Sa’adah karya Ibnul Qayyim (1/121)

 

BACA JUGA :

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.