Pertanyaan Malaikat Munkar Dan Nakir

malaikat munkar dan nakir

Pertanyaan Malaikat Munkar Dan Nakir – Bismillah, Alhamdulillah, wa bihi nasta’inu. Asshalatu wassalamu ‘ala Muhammad wa ali Muhammad. Amma ba’bu:

Para pembaca kuncikebaikan.com yang budiman. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering mewanti para sahabatnya senantiasa mengingat kematian. Hal ini dimaksudkan agar mereka (para sahabat) dan umat-umat beliau setelahnya (termasuk kita) tidak tertipu dengan hakikat kehidupan dunia. Seringkali kebanyakan manusia tertipu dengan tipu data syaithan ketika menghiasi kenikmatan duniawi. Padahal yang sebenarnya adalah kita dituntut untuk menjadi seorang hamba Allah yang senantiasa mengabdikan diri untuk menyembah beliau dan senantiasa bertakwa dalam setiap kondisi. Semangat belajar dan beramal serta barusaha istiqamah di jalan para-Nabi dan Rasul beserta orang-orang shalih yang bersama mereka. Maka harapan kami dengan ditulisnya artikel ini, semoga menjadi pengingat kembali akan pesan Allah dan Rasul-Nya bahwasanya kita semua akan mati dan pasti akan mengalami fase-fase kehidupan setelah mati. Mari kita mulai!

Setelah mengalami sakaratul maut, seorang hamba akan menghadapi ujian lain yang sangat besar dan menentukan dari sebuah perjalanan setelahnya. Ujian ini dikenal dengan istilah fitnatul qabr, atau fitnah kubur. Yaitu malaikat Munkar dan Nakir uang mengajukan beberapa pertanyaan “Siapa Rabbmu? Apa agamamu? dan Apa pendapatmu tentang diri Muhammad shalallahu alaihi wasallam?

Berat dan sukarnya ujian ini tidak kalah berat dan sukarnya menghadapi fitnah Dajjal. Seorang mukmin yang semasa hidupnya di dunia menegakkan tauhid dan menaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya akan mampu menjawab letiga pertanyaan ini dengan benar. Hal itu menjadi awal kebahagiaan dan keselamatan di alam kubur, sebelum dia merasakan keselamatan dan kebahagiaan yang sempurna di akhirat kelak.

Sebaliknya, orang kafir, musyrik, murtad, munafik, dan pelaku dosa-dosa besar akan gugup dan tidak mampu menjawab dengan benar. Akibatnya mereka akan disiksa di alam kubur, sebelum mereka menikmati siksaan yang sempurna di nereka kelak. Jika dia seorang mukmin sejati, semua pertanyaan itu akan dijawab dengan penuh kemantapan, yakin dan percaya diri, bahwa itulah jawaban yang diinginkan. Allah pun akan meneguhkan hatinya untuk tetap memegang teguh kalimat itu hingga di alam kuburnya.  Malaikat tersenyum dengan jawaban yang diberikan, maka diperlihatkan kepadanya tempat kembalinya kelak. Dia pun riang penuh kebahagiaan. Dia memohon agar hari kebangkitan dipercepat , karena dia tidak kuat lagi menahan rindu untuk segera berjumpa dengan wajah pencipta-Nya yang mulia, berjumpa dengan kekasihnya tercinta, masuk ke dalam surga-Nya.

Adapun mereka yang kufur dan ingkar, jawaban yang keluar dari mulutnya selalu sama, “Aku tidak tahu, aku tidak pernah mendengar.” Setidaknya malaikat Munkar dan Nakir mengulangi pertanyaan yang serupa hingga dua kali, namun jawaban yang diperoleh selalu sama. Semakin geram keduanya, maka dihantamlah tubuhnya dengan palu besi, yang jika palu tersebut diarahkan ke gunung batu, niscaya dia akan hancur lebur menjadi abu. Lalu bagaimana jika palu yang panas membara itu mengenai tubuhnya yang penuh dosa? Padahal setiap kali badannya hancur, akan dikembalikan lagi seperi sedia kala, kemudian siksa tersebut diulang seperti yang pertama. Saat palu besi membara itu menyentuh tubuhnya, mulutnya melengking dan mengerang dengan erangan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk selain manusia dan jin. Sampai kapan berhenti? Tentunya hingga datang hari kebangkitan.

Padahal kepada manusia yang ingkar itu juga akan diperlihatkan tempat kembalinya di akhirat, yang jauh lebih menakutkan dan lebih menyeramkanm hingga alam kondisi siksaan yang sedemikian dahsyatnya dia tetap merengek agat kiamat dipercepat, dia lebih takut dengan siksa akhirat, siksa Jahannam yang lebih dahsyat dan menakutkan.

Sebagaimana dijelaskan dalam ayat:

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلقَولِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا وَفِي ٱلأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ

Artinya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”[1]

 Yang dimaksud dengan ‘Allah akan meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh dalam kehidupan akhirat’ adalah Allah akan meneguhkan iman dan hatinya saat menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di alam barzakh. Sebagaimana dijelaskan oleh beberapa hadits yang shahih, di antaranya:

عن البراء بن عازب -رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله: المسلم إذا سُئل في القبر: يشهد ألا إله إلا الله، وأن محمدًا رسول الله، فذلك قوله تعالى: يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

Artinya: Dari Al-Bara’ bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Jika seorang muslim ditanya oleh malaikat di alam kubur, dia akan bersaksi bahwa tiada yang diibadahi dengan hak selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah yang dimaksud dengan Firman Allah, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’ (QS. Ibrahim: 27)”[2]

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu dijelaskan,

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنَّ الميِّتَ يصيرُ إلى القبرِ، فيَجلسُ الرَّجلُ الصَّالحُ في قبرِهِ، غيرَ فزِعٍ، ولا مَشعوفٍ، ثمَّ يقالُ لَهُ: فيمَ كنتَ ؟ فيقولُ: كنتُ في الإسلامِ، فيقالُ لَهُ: ما هذا الرَّجلُ ؟ فيقولُ: محمَّدٌ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ، جاءَنا بالبيِّناتِ من عندِ اللَّهِ فصدَّقناهُ، فيقالُ لَهُ: هل رأيتَ اللَّهَ ؟ فيقولُ: ما ينبغي لأحدٍ أن يرى اللَّهَ، فيُفرَجُ لَهُ فرجةٌ قبلَ النَّارِ، فينظُرُ إليها يحطمُ بعضُها بعضًا، فيقالُ لَهُ: انظر إلى ما وقاكَ اللَّهُ، ثمَّ يُفرَجُ لَهُ فرجةٌ قبلَ الجنَّةِ، فينظرُ إلى زَهْرتِها، وما فيها، فيقالُ لَهُ: هذا مقعدُكَ، ويقالُ لَهُ: على اليقينِ كنتَ، وعليهِ مُتَّ، وعليهِ تبعثُ، إن شاءَ اللَّهُ، ويجلسُ الرَّجلُ السُّوءُ في قبرِهِ، فَزعًا مشعوفًا، فيقالُ لَهُ: فيمَ كُنتَ ؟ فيقولُ: لا أدري، فيقالُ لَهُ: ما هذا الرَّجلُ ؟ فيقولُ: سَمِعْتُ النَّاسَ يقولونَ قولًا، فقُلتُهُ، فيفرجُ لَهُ قبلَ الجنَّةِ، فينظرُ إلى زَهْرتِها وما فيها، فيقالُ لَهُ: انظُر إلى ما صرفَ اللَّهُ عنكَ، ثمَّ يُفرَجُ لَهُ فرجةٌ قِبَلَ النَّارِ، فينظرُ إليها، يحطمُ بعضُها بعضًا، فيقالُ لَهُ: هذا مَقعدُكَ، على الشَّكِّ كنتَ، وعليهِ متَّ، وعليهِ تبعثُ، إن شاءَ اللَّهُ تعالَى

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya orang yang meninggal akan memasuki kehidupan alam kubur. Dika dia adalah seorang hamba yang shalih, dia akan duduk tanpa rasa gentar dan takut. Kemudian dia ditanyai, “Dalam keadaan apa engaku dahulu saat di dunia?” Dia menjawab, “ Saya berada dalam agama Islam.” Dia ditanyai lagi, “Apa pendapatmu tentang orang ini?”, Dia menjawab, “Dia adalah Muhammad utusan Allah, dia datang dengan membawa bukti-bukti kebenaran dari sisi Allah, maka kami membenarkan dakwahnya.” Dia ditanyai lagi, “Apakah engkau telah melihat Allah?, Dia menjawab, “Tidak sepantasnya ada seorang hamba yang mampu melihat Allah,”

Maka dibukakan untuknya sebuah celah menuju neraka. Dia melihat sebagian api neraka melahap sebagian lainnya, lalu dikatakan kepadanya, “Lihatlah kepada neraka yang engkau telah dilindungi oleh Allah darinya.” Lalu dibukakan sebuah celah menuju surga. Dia melihat keindahan dan kenikmatan surga, lalu dikatakan kepadanya, “Inilah tempatmu kelak.” Kepadanya dikatakan, “Engaku dahulu hidup di atas keyakinan (iman), mati di atas keimanan, dan kelak insyaaAllah engkau akan dibangkitkan di atas keimanan.

Jika orang yang meninggal adalah orang yang perbuatannya buruk, dia akan duduk dalam keadaan gemetar ketakutan. Kepadanya ditanyakan, “Engkau dahulu dalam keadaan apa?” Dia menjawab, “Saya tidak tahu” Ditanyakan lagi kepadanya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?” Dia menjawab, “Saya mendengar Masyarakat berkomentar begini dan begitu, maka saya ikut memberikan komentar yang sama.”

Maka dibukakan kepadanya sebuah celah menuju surga. Dia bisa melihat keindahan dan kenikmatan surga, lalu dikatakan kepadanya, “Inilah tempat yang Allah telah memalingkan engkau darinya.” Lalu dibukakan untuknya sebuah celah menuju neraka. Dia melihat sebagian api neraka melahap sebagian yang lainnya, lalu dikatakan kepadanya, “Inilah tempatmu kelak. Engaku dahulu hidup di atas keraguan (tidak beriman), mati di atas keraguan, dan kelak insyaaAllah engkau juga kan dibangkitkan di atas keraguan.””[3]

Pada hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang lain, dinyatakan nama kedua malaikat itu adalah Munkar dan Nakir,

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا قُبِرَ الميتُ أتاه ملكانِ أسودانِ أزرقانِ، يُقالُ لأحدِهما المنكرُ والآخرُ النكيرُ فيقولانِ ما كنتَ تقولُ في هذا الرجلِ؟ فيقولُ هو عبدُ اللهِ ورسولُه أشهدُ أن لا إلهَ إلا اللهُ وأن محمدًا رسولُ اللهِ فيقولان قد كنا نعلمُ أنك تقولُ هذا ثم يُفسحُ له في قبرِه سبعون ذراعًا في سبعينِ ثم يُنوَّرُ له فيه ثم يُقالُ نَمْ فيقولُ أرجعُ إلى أهلِي فأخبرُهم فيقولان نمْ كنومةِ العروسِ الذي لا يُوقظُه إلا أحبُّ أهلِه إليه حتى يبعثَه اللهُ من مَضجعِه ذلك وإن كان منافقًا قال سمعت الناسَ يقولون فقلت مثلَهم لا أدرِي فيقولان قد كنا نعلمُ أنك تقولُ ذلك فيُقالُ للأرضِ التئِمِي عليه فتلتئمُ عليه فتختلفُ أضلاعُه فلا يزالُ فيها معذبًا حتى يبعثَه اللهُ من مضجَعِه ذلك

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang hamba telah dikuburkan, dia akan didatangi dua orang malaikat hitam legam bernama Munkar dan Nakir. Kedua malaikat itu kemudian bertanya kepadanya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?” Dia menjawab sebagaimana yang dia katakana saat masih di dunia, “Dia adalah hamba dan utusan Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.” Kedua malaikat itu menjawab, : Kami memang sudah tahu engaku akan menjawab begini.”

Lalu kuburnya diluaskan untuknya sejarak tujuh puluh hasta, dan dia diberi cahaya yang terang. Kedua malaikat itu berkata, “Sekarang tidurlah dengan tenang!” Dia menjawab, “Saya akan kembali untuk memberitahukan keadaan saya kepada keluarga saya.” Kedua malaikat itu menjawab, “Tidurlah sebagaimana seorang pengantin baru tidur dan tidak bangun kecuali setelah dibangunkan oleh istri yang paling dia cintai. Tidurlah dengan tenang sampai hari Allah membangkitkanmu.

Adapun seorang munafik, dia akan menjawab,“Saya hanya mendengar orang-orang mengatakanya begini dan begitu, lalu saya ikut mengatakan hal yang sama. Entahlah saya tidak tahu.” Keduanya berkata,“Kami sudah tahu mengatakan demikian.” Lalu dikatakan kepada bumi,“Himpitlah dia!” Lantas bumi menghimpitnya hingga persendiannya hancur. Dan dia terus diadzab di dalamnya hingga Allah membangkitkan dari tempat tidurnya.”[4]

Di antara pelajaran berharga yang dapat diambil dari beberapa hadits di atas adalah setelah manusia meninggal dan dikuburkan, maka ada beberapa yang akan menimpanya yaitu fitnah kubur setelah itu nikmat atau siksa kubur. Salah satu syarat beriman kepada hari akhir adalah beriman kepada semua kejadian setelah kematian sampai sebelum hari kiamat, atau yang bisa dikenal dengan alam barzakh. Kejadian di alam barzakh yang di maksud di sini adalah fitnah kubur, berikut nikmat kubur bagi yang lulus darinya dan siksa kubur bagi yang gagal darinya. Ketiga hal ini telah ditunjukkan dalam nash-nash Al-Quran dan dan hadits yang mencapai taraf mutawatir.

Fitnah kubur, maka yang dimaksud dengannya adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir kepada mayit setelah dia dikuburkan. Dia ditanya tentang Rabb-nya, agamanya, dan nabinya. Adapun orang yang beriman, maka Allah ta’ala akan mengokohkan dengan jawaban yang benar, sehingga dia akan berkata: “Rabb-ku adalah Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sedang orang kafir dan musyrik, maka Allah ta’ala akan menyesatkan mereka sehingga mereka hanya bisa berkata, “Saya tidak tahu.” Orang munafik serta yang ragu dengan agamanya akan berkata, “Saya tidak tahu, saya mendengar orang lain bilang demikian maka akupun mengikutinya.”

Sudah selayaknya bagi kaum mukmin untuk mengintrospeksi diri ketika mendengarkan kisah-kisah yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini. Jangan merasa aman karena bisa jadi syaithan telah menipu kita dan menjadikan kita santai dan berleha-leha untuk senantiasa belajar dan beramal. Sebab alam barzakh ini adalah muqaddimah dari perjalanan panjang yang akan dialami umat manusia. Barangsiapa selamat maka setelahnya akan lebih mudah, dan barangsiapa celaka maka setelahnya akan lebih sulit. Sebagaimana disebutkan oleh Hani’ ketika menceritakan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu,

كان عثمانُ إذا وقَف على القبرِ بكى حتى تُبَلَّ لحيتُه، فقيل له، تذكُرُ الجنةَ والنارَ فلا تبكي، وتبكي من هذا ؟ ! فقال إن النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال : إن القبرَ أول منازلَ الآخرةِ، فإن نجا منه، فما بعدَه أيسَرُ، وإن لم يَنجُ منه، فما بعدَه أشدُّ منه . قال : وقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : ما رأيتُ مَنظرًا قَطُّ إلا والقبرُ أفظَعُ منه

Artinya: ”Kebiasaan Utsman radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampaimembasahi janggutnya. Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya, Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)Beliau, Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.”[5]

Demikian, semoga bermanfaat. Shallallahu ‘alaa Muhammadin wa alahi ajma’in.Allahu a’lam bisshawab.

 

REFERENSI:

Ditulis oleh: Tamim Adi Joyo Prasetyo, S.T. (Staff Ponpes DQH, OKU Timur)

Referensi: Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah. 2020. Misteri Alam Barzakh. Granada Mediatama, IV:141-155. Surakarta, Jawa Tengah.

[1] QS. Ibrahim: 27.

[2] HR. Bukhari no. 1280 dan Muslim no. 5117.

[3] HR. Ibnu Majah no. 4258 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani.

[4] HR. Tirmidzi no. 1071 dan Ibnu Majah no. 3117.

[5] HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.