MUHASABAH DAN BERTAUBAT
Kita ini insan atau manusia yang sering khilaf dan lupa, sungguh banyak dosa dan kesalahan yang kita lakukan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, baik yang masih kita ingat maupun yang sudah kita lupakan. Oleh sebab itu, menjelang tidur adalah waktu yang tepat untuk muhasabah (menghisab diri) sebelum kita dihisab oleh Allah pada hari Kiamat.
Ada beberapa hal yang perlu kita camkan atau indahkan dalam proses muhasabah yang erat kaitannya dengan taubat:
- Ingat kembali malan-amalan yang kita kerjakan pada hari ini, baik yang berupa ucapan atau perbuatan, bagaimana muamalah kita kepada sesama manusia, serta bagaimana amalan kita terkait hak-hak Rabb semesta alam
Jika kita telah berbuat baik, maka ucapkan Alhamdulillah seraya kita meminta tambahan pahala kepada-Nya. Namun jika kita telah berbuat buruk, maka mintalah ampun kepada Allah denngan bertaubat. Bertekadlah untuk berbuat kebaikan guna menutupi keburukan tersebut. Petiklahhikmah serta faedah atau pelajaran hari ini untuk hari berikutnya.
- Kita berniat untuk bertaubat dari segala dosa
Selagi Allah masih memberikan kesempatan kepada kita, hendaknya kita terus memperbaiki taubat. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
(( من تاب قبل أن يغرغر نفسه قبل الله منه ))
Artinya:“Barangsiapa bertaubat kepada Allah sebelum nyawa sampai ke kerongkongan, niscaya Allah akan menerima taubatnya.”[1]
Dalam hadits lain beliau mengatakan,
(( من تاب قبل أن تطلع الشّمس من مغربها تاب الله عليه ))
Artinya: “Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, niscaya Allah akan menerima taubatnya.”[2]
Kita tidak tahu, sampai kapan kesempatan taubat ini diberikan kepada kita. Mungkin saja kita tidur malam itu dan tidak bangun lagi, kecuali pada hari Kiamat. Maka segeralah bertaubat dengan memenuhi syarat-syaratnya sebagai berikut:
– Menyesali perbuatan dosa yang kita lakukan
– Meninggalkan perbuatan dosa itu
– Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi
– Mengembalikan hak-hak orang lain jika dosa kita berkaitan dengan hak orang lain
- Hendaklah kita tidur tanpa ada sedikit pun dalam hati suatu kedengkian dan hasad terhadap salah seorang dari kaum muslimin
Ini sesungguhnya suatu perkara yang agung, yakni bahwa Allah menjanjikan atasnya pahala yang sangat besar. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman” (QS. Al-Hasyr [59]: 10)
Selayaknya kita mendatangi pembaringan dengan hati yang bersih dari sifat hasad terhadap kaum muslimin. Ini adalah amalan calon penghuni surga.
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata: “Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah, lalu beliau bersabda: ‘Sekarang akan muncul di hadapan kalian laki-laki penghuni Surga.’ Lantas muncullah seorang laki-laki Anshar yang janggutnya basah karena wudhu. Ia menenteng sandal di tangan kirinya.
Keesokan harinya, Nabi bersabda sama seperti kemarin. Lalu muncullah laki-laki itu seperti keadaan kemarin. Pada hari ketiga, Nabi bersabda seperti itu juga, lalu laki-laki itu muncul seperti keadaan kemarin.
Ketika beliau pergi, Abdullah bin Amru bin al-Ash radhiyallahu’anhu mengikuti laki-laki itu…. ia berkata kepadanya: ‘Aku ingin tinggal bersamamu untuk memperhatikan apa yang engkau amalkan hingga aku dapat meneladanimu. Namun aku tidak melihat engkau mengamalkan amalan begitu banyak, lalu apa sebenarnya yang menyebabkan engkau sampai kepada derajat yang disebutkan Nabi.’
Laki-laki itu menjawab: ‘Tidaklah aku beramal selain apa yang telah engkau lihat. Namun aku tidak pernah mendapati pada diriku suatu kecurangan sedikit pun terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Dan aku tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang telah Allah karuniakan.’
Abdullah pun berkata: ‘Itulah yang membuatmu sampai ke derajat itu.’”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa laki-laki itu berkata: “Ketika aku hendak tidur, dalam hatiku tidak ada kedengkian terhadap seorang pun.”
- Mengingat tidur panjang di alam kubur
Yaitu kita mengingat gelapnya kubur. Saat itu, setelah roh kita naik ke langit dan dikuburkan, tidak ada lagi yang mendampingi dan menemani kita kecuali amal shalih. Maka dengan demikian, hati kita pun menjadi khusyu’ dan tunduk kepada Allah. bahkan seyogyanya kita menjadikan segala yang berada di lingkungan sekitar kita sebagai sarana untuk mengingat alam kubur dan alam akhirat. Sebab, perkara tersebut sangat baik dan penting untuk memperbaiki ucapan dan perbuata.
ADAB KETIKA BERMIMPI
Mimpi adalah peristiwa yang dialami setiap insan, baik laki-laki maupun wanita, kaya maupun miskin, dan yang besar maupun yang kecil. Pada kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kisah atau cerita tentang orang yang bermimpi dalam tidurnya, lalu ia menanyakan ta’bir mimpi tersebut, lantas terjadilah apa yang dita’birkan. Karena itulah, seseorang kerap dibuat gundah oleh mimpi yang dialami. Ia merasa khawatir mimpi itu menjadi kenyataan, atau paling tidak itu menjadi pertanda buruk dalam kehidupannya.
Beberapa orang jahil, yang tidak mengerti syariat, sering tergesa-gesa mena’birkan sebuah mimpi buruk. Bahkan yang membuat heran, ta’bir mimpi buruk ini benar-benar terjadi. Salah satu bukti kesempurnaan Islam adalah pemberian tuntunan kepada seluruh umatnya berkaitan dengan mimpi. Setiap orang tentu pernah mengalaminya. Maka selayaknya kita mengetahui masalah ini sehingga kita tidak terperosok pada sikap yang salah dan membawa akibat buruk.
Rasulullah mengabarkan bahwa mimpi yang dialami umat manusia ada beberapa macam. Dalam hadits, beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersbda:
((الرؤيا ثلاثة: فالرؤيا الصالحة بشرى من الله, والرؤيا تحزينا من الشيطان, والرؤيا مما يحدّث المرء نفسه))
Artinya: “Mimpi itu ada tiga macam: mimpi yang baik adalah kabar gembira dari Allah, mimpi sedih berasal dari syaitan, dan mimpi biasa karena bisikan seseorang kepada jiwanya”[3]
Oleh sebab itu, setiap muslim harus tahu bagaimana menyikapi mimpi yang dialaminya.
-Menyikapi Mimpi Baik
- Memuji Allah atas mimpi yang dialami
Inilah yang dianjurkan oelh Nabi, karena mimpi itu berasal dari Allah, sebagaimana sabda beliau Shallallahu Alaihi Wasallam:
(( إذا رأى أحدكم رؤيا يحبّها, فإنّما هي من الله فليحمد الله عليها ))
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu yang ia sukai maka itu berasal dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah atas mimpi tersebut.”[4]
Selayaknya ia merasa gembira, sebagaimana sabda beliau Shallallahu Alaihi Wasallam:
(( فإن رأى رؤيا حسنة فليبشر ولا يخبر إلاّ من يحبّ ))
Artinya: “Jika ia melihat mimpi yang baik, hendaklah ia bergembira dan ia jangan menceritakannya kecuali kepada orang yang menyukainya.”[5]
- Tidak menceritakan mimpi terkecuali kepada orang yang menyukai kita
Ada sebuah hikmah yang agung dibalik bimbingan syarat ini. Karena orang yang mencintai kita pastilah mengharapkan kebaikan bagi kita dan tidak hasad dengan mimpi yang dialami itu.
- Menta’birkan mimpi dengan sebaik-baik penafsiran
Seorang muslim dituntut agar berharap dan berprasangka baik kepada Allah dalam setiap keadaan. Dan, penafsiran yang baik akan mendukung hal itu. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
(( إذا رأى أحدكم الرؤيا الحسنة فليفسّرها وليخبربها ))
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian mengalami mimpi yang baik, hendaklah ia menafsirkannya dan menceritakannya.”[6]
-Menyikapi Mimpi Buruk
- Meludah ke kiri tiga kali
Hal tersebt dilakukan guna mengusir syaitan. Karena mimpi yang buruk berasal dari syaitan. Setelah itu, hendaknya kita mengucapkan ta’awudz:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
- Mengubah posisi tidur dari posisi semula
Ini termasuk sunnah Nabi. Syaitan mendatangi manusia dan mengembuskan mimpi pada dirinya, sementara ia berada pada posisi tersebut. Maka sebaiknya ia mengubah posisi tidur kepada posisi lain, dan mudah-mudahan ini dapat mengusir syaitan. Setelah itu, hendaknya kita memohon kepada Allah ﷻ kebaikan mimpi tersebut berlindung kepada-Nya dari keburukannya. Sebab kadang mimpi itu terlihat buruk, tetapi pada hakikatnya baik.
Petunjuj-petunjuk di atas bisa kita petik dari lafazh sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:
(( إذا رأى أحدكم رؤيا يكرهما, فليتحوّل, وليتفل عن يساره ثلاثا, وليسأل الله من خيرها وليتعوّذ من شرّها ))
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian mengalami mimpi yang tidak ia sukai maka hendaknya ia mengubah posisi tidurnya, meludah ke kiri tiga kali, memohohn kepada Allah kebaikan mimpi itu dan berlindung kepada Allah dari keburukannya.”[7]
- Bangun dan mengerjakan shalat dua rakaat
Gunanya untuk mengusir syaitan dan memohon penjagaan Allah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut di dalam sabda beliau:
(( فإن رأى أحدكم ما يكره فليقم فليصلّ ولا يحدّث بها النّاس ))
Artinya:
“Maka jika salah seorang dari kalian mengalami mimpi yang tidak ia sukai, hendaklah ia bangun dan mengerjakan shalat, dan janganlah ia menceritakannya kepada orang lain.”[8]
- Tidak menafsirkan macam-macam
Rasulullah melarang menafsirkan mimpi yang buruk. Larangan ini sebagaimana disebutkan secara tegas dalam sabda beliau Shallallahu Alaihi Wasallam:
(( وإذا رأى الرؤيا القبيحة فلا يفسّرها ولا يخبرها ))
Artinya:
“Dan jika ia mengalami mimpi yang buruk, maka janganlah ia mena’birkan dan menceritakannya.”[9]
Namun sangat disayangkan, tidak sedikit manusia yang mempercayai begitu saja ta’bir mimpi buruk. Tidak sedikit pula dari mereka yang berusaha keras untuk mengetahuinya. Padahal, tidak selayaknya kita jatuh dalam perkara ini.
- Tidak menceritakan kepada siapapun
larangan ini bertujuan agar orang lain tidak terburu-buru mena’birkan mmpi buruk dengan penafsiran yang buruk. Di samping itu, menceritakan mimpi buruk bisa membuat seseorang yang benci kepada orang yang bermimpi senang karenanya. Demikian tuntunan Rasulullah. Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
(( فمن رأى رؤيا فكره منها شيئا فلينفث عن يساره وليتعوّذ بالله من الشّيطان, لا تضرّه, ولا يخبر بها أحدا ))
Artinya:
“Maka barangsiapa mengalami mimpi yang tidak ia suka, hendaklah ia meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan, niscaya mimpi itu tidak akan memudharatkannya. Dan janganlah ia menceritakannya kepada seorang pun. (HR. Bukhari)
Demikianlah, ditekankan bagi umat Islam supaya tidak menceritakan mimpi buruk itu kepada siapa pun. Sebaiknya ia bersegera meludah ke kiri tiga kali, mengubah posisi tidur, dan memohon kepada Allah ﷻ dari keburukanny, shalat dua rakaat dan meyakini mimpi itu tidak memudharatkannya dengan izin Allah.
Itulah perkara-perkara yang seharusnya diperbuat seorang muslim ketika mengalami mimpi buruk. Tentu saja, apabila ia melaksanakan semua tuntunan Sunnah Nabi ini, niscaya ia akan mendapat pahala dan mimpi buruk itu tidak akan memudharatkannya, Insyaa Allah.
REFERENSI:
Diringkas oleh: Yasmin Yuni Azrah (Pengabdian Ponpes Darul Quran wal Hadits)
Referensi: Panduan Amal Sehari Semalam di tulis oleh Abu Ihsan al-Atsari dan Ummu Ihsan (Pustaka Imam Syafi’i)
[1] HR. Ahmad (V/362) dan al-Hakim (IV/257). Lihat Shahih al-Jami’ (no.6132).
[2] HR. Muslim (no.2703).
[3] HR. Ahmad.
[4] HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id.
[5] HR. Muslim dari Abu Qatadah.
[6] Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihah (no.1340).
[7] HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-Shahihah (no.1311).
[8] HR. Muslim dari Abu Hurairah.
[9] Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihah (no.1340).
Leave a Reply