APAKAH BENAR KAUM MUSLIMIN TERDAHULU LEBIH BAIK DARI ZAMAN SETELAH MEREKA?
SOAL
Ustad izin bertanya tentang hadits nabi tentang sebaik baik generasi itu generasi para sahabat tabiin tabiut tabiin…, Nah apakah hadits ini merupakan juga kaidah manusia secara umum jika manusia yang terdahulu (diluar generasi terbaik) lebih baik dari pada manusia selanjutnya ? Apakah benar ustad. Syukron jazakallahu Khayran ustad.
Abu Fatimah, Tangga Buntung, Palembang
JAWABAN
Bismillah. Alhamdulillah washshalatu wassalam ‘ala Rasulillah.
Jika yang dimaksud adalah keadaan manusia secara global di dunia ini dari zaman ke zaman, maka kita mengatakan bahwa zaman kaum muslimin yang lebih dahulu adalah lebih baik dari zaman yang setelahnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ.
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi yang setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka. Kemudian akan datang kaum-kaum yang pernyataan seorang dari mereka mendahului sumpah mereka dan sumpah mereka mendahului pernyataan mereka.”[1]
Di dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Ja’dah bin Hubairah rahimahullah, dia berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الآخَرُونَ أَرْدَى.
“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi yang setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi lainnya lebih buruk.”[2]
Dalam hadits ini dengan jelas dinyatakan bahwa orang-orang setelah tiga generasi terbaik umat ini lebih buruk daripada ketiga generasi itu. Hanya saja hadits ini diperselisihkan ke-shahih-annya oleh para ulama, karena perselisihan mereka tentang Ja’dah bin Hubairah, apakah beliau adalah seorang sahabat ataukah seorang tabi’i. Adapun makna hadits tersebut benar.
Di dalam riwayat Az-Zubair bin ‘Adi rahimahullah beliau berkata:
أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنَ الْحَجَّاجِ فَقَالَ اصْبِرُوا ، فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلاَّ الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم
“Kami dulu mendatangi Anas bin Malik. Kami mengeluhkan kepadanya tentang apa yang kami rasakan dari (keburukan) Al-Hajjaj. Beliau pun berkata, ‘Sabarlah kalian! Sesungguhnya tidaklah datang suatu zaman kecuali zaman setelahnya lebih buruk daripada zaman itu sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian. Saya mendengar ini dari Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[3]
Akan tetapi, jika yang dimaksud adalah kondisi sebagian daerah dibanding daerah lain, atau kondisi sebagian manusia dibanding manusia yang lain dari zaman ke zaman, maka bisa jadi ada orang yang berada di zaman setelahnya memiliki keutamaan yang lebih baik dari orang sebelumnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ. وَزَادَنِى غَيْرُهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ؟ قَالَ: أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ.
“Sesungguhnya di belakang kalian (zaman setelah kalian) adalah hari-hari kesabaran. Kesabaran itu seperti memegang bara api. Orang yang beramal di antara mereka (mendapatkan pahala) seperti lima puluh kali lipat dari orang-orang yang mengamalkan seperti amalannya itu. –(Perawi berkata, ‘Dan selain perawi itu ada yang menambahkan kepadaku)- Dia berkata, ‘Ya Rasulullah! (Mendapatkan) 50 kali lipat pahala dari mereka?’ Beliau menjawab, ‘(Bahkan) 50 kali lipat pahala dari kalian.”[4]
Ini dikarenakan besarnya ujian yang mereka hadapi dan sulitnya beramal di daerah dan zaman tersebut, dimana banyak manusia tidak sanggup untuk mengamalkannya.
Oleh karena itu, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bisa bersabar menghadapi berbagai macam ujian dan bisa mengamalkan ajaran-ajaran Islam meskipun banyak orang yang meninggalkannya.
Wallahu a’lam bishhawab. Billahittaufiq.
Dijawab oleh:
Ust. Said Yai Ardiansyah, M.A.
- Direktur Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur
- Ketua Yayasan Kunci Kebaikan OKU Timur
- S1 Alumnus Universitas Islam Madinah, KSA
[1] HR Al-Bukhari no. 2652, 3651 dan 6429 dan Muslim no. 2533.
[2] HR Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, IV/193, no. 4923.
[3] HR Al-Bukhari no. 7068.
[4] HR Abu Dawud no. 4343 dan An-Nasai no. 3058. Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Ash-Shahihah no. 494.
Baca juga artikel:
Leave a Reply