Hakikat Cinta Kepada Rasulullah – Pada kali ini kita akan membahas bab kesembilan dari buku yang berjudul “memahami kalimat syahadat” karangan ustadz Yazid bin abdul qodir jawaz, berikut pembahsannya:
Hakikat cinta kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diutus oleh Allah untuk menjelaskan syariat Islam, dan syariat Islam yang terbesar adalah syahadatain, dua kalimat syahadat. Bahkan Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi dengan dua kalimat ini.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكاَةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَـهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالىَ
Artinya: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berkah untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, akan terjagalah darah-darah dan harta-harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. Muslim)
Begitu Agung dan mulia kedudukan Rasulullah sehingga Allah mewajibkan kepada para hambanya untuk memenuhi hak-hak beliau dan melaksanakan kewajiban atas beliau diantaranya adalah mengagungkan dan mencintai Rasulullah melebihi kecintaan kepada manusia selain beliau, bahkan melebihi kecintaan kepada diri hamba itu sendiri.
Wajib bagi setiap hamba mencintai Allah ta’ala, dan ini merupakan bentuk ibadah yang paling Agung.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). )QS. Al-Baqarah: 165)
Wajib juga bagi hak setiap hamba untuk mencintai Rasulullah, sebagaimana sabda rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya: “Tidak seorang pun di antara kalian beriman (dengan iman yang sempurna) sampai aku (Nabi Muhammad) lebih dicintainya daripada anaknya, orangtuanya, dan seluruh umat manusia”. (HR. Muslim no. 44)
Mencintai Rasulullah hukumnya adalah wajib, bahkan termasuk kewajiban terbesar dalam agama titik tidak sempurna iman seseorang hamba melainkan apabila ia telah mencintai Rasulullah dengan benar. Dan cinta kepada Rasulullah merupakan cabang iman dan termasuk kecintaan kepada Allah.
Cinta kepada Rasulullah mengharuskan kita mencontoh dan bersikap seperti Rasulullah dalam segala hal baik hal-hal yang dicintai maupun perkara yang dibenci oleh Beliau titik maksudnya, kita wajib mencintai segala hal yang dicintai oleh Rasulullah dan kita wajib di doa kepada segala hal yang diridhoi oleh Beliau, serta kita wajib membenci perkara-perkara yang dibenci oleh Rasulullah dan kita wajib marah kepada segala perkara yang dimurkai oleh Rasulullah. Inilah bentuk ittiba’ atau meneladani rasulullah yang wajib bagi seluruh jin dan manusia, sebagai wujud rasa cinta kepada beliau.
Mencintai Rasulullah adalah wajib hukumnya, bahkan termasuk kewajiban terbesar dalam Islam titik sebab, tidak sempurna keimanan seorang hamba hingga ia mencintai Rasulullah dengan sebenar-benarnya kecintaan. Oleh karena itu Allah memerintahkan umat ini untuk mencintai Rasulullah melebihi dirinya sendiri, keluarga, harta, bahkan seluruh manusia. Berikut ini beberapa dalil tentang wajibnya mencintai Rasulullah, baik dari ayat-ayat Alquran, hadis-hadis yang sahih dan atsar para sahabat.
-
Dalil-dalil dari ayat-ayat Alquran
Ayat pertama: Allah ta’ala berfirman:
قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ
Artinya: “Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At-Taubah: 24)
Al-Qadhi ‘iyadh Rahimahullah mengatakan, ” ayat ini cukup menjadi anjuran dan bimbingan serta hujjah untuk mewajibkan mencintai beliau dan beliau memang layak untuk mendapatkan kecintaan tersebut karena Allah menegur orang yang menjadikan harta, keluarga, dan anaknya lebih dicintai dari Allah dan rasulnya serta mengancam mereka dengan firman-Nya,
فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ
” maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”
Kemudian di akhir ayat, telah menanamkan mereka sebagai orang fasik dan mengabarkan bahwa orang tersebut termasuk orang yang sesat dan tidak mendapatkan petunjuk allah.
Ayat kedua: Allah ta’ala berfirman:
ٱلنَّبِىُّ أَوْلَىٰ بِٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَٰجُهُۥٓ أُمَّهَٰتُهُمْ ۗ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ إِلَّآ أَن تَفْعَلُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَوْلِيَآئِكُم مَّعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْكِتَٰبِ مَسْطُورًا
Artinya: “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” (QS. Al-Ahzab: 6)
Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah lebih utama bagi seorang mukmin dari dirinya sendiri dan ia wajib mencintai Rasulullah melebihi dirinya sendiri.
Ayat ketiga: Allah ta’la berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imron: 31)
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang mengaku mencintai Allah ta’ala wajib mengikuti jalan syariat dan agama yang dibawa oleh Rasulullah Dalam setiap keyakinan, ucapan, dan perbuatannya.
-
dalil-dalil dari hadits hadits yang shohih.
Hadits pertama:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
Artinya: “demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, Tidak seorang pun di antara kalian beriman (dengan iman yang sempurna) sampai aku (Nabi Muhammad) lebih dicintainya daripada anaknya, orangtuanya”. (HR. Muslim)
Hadits kedua:
Dari Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu Anhu, ia berkata:
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهْوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ” لاَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ ”. فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الآنَ وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ” الآنَ يَا عُمَرُ
Artinya: “Kami pernah bersama Rasulullah dan beliau memegang tangan Umar bin Khattab. Lalu Umar berkata, “Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Kemudian Rasulullah berkata, “Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, (imanmu belum sempurna) hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian Umar berkata, “Sekarang, demi Allah, engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Rasulullah berkata, “Saat ini pula wahai Umar (imanmu telah sempurna)” (HR. Bukhari no. 6632)
Hadits ketiga:
Orang yang beriman akan merasakan manisnya Iman apabila Allah dan rasulnya lebih ia cintai dari selainnya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya: “Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, ia akan meraih manisnya iman: (1) Allah l dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah l, (3) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran—setelah Allah l menyelamatkannya darinya—sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api.” (Muttafaqun Alaih)
Hadits Tiga perkara yang jika ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman
Hadits keempat:
Dari Anas bin Malik radhiallahu Anhu ia berkata:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ لَا شَيْءَ إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
Artinya: “Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Orang itu mengatakan, ‘Kapankah hari kiamat itu wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya kepada orang tersebut, ’Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?’ Orang itu menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja sesungguhnya saya mencintai Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Muslim. dll)
° Dalil-dalil dari atsar-atsar para sahabat:
Urwah Bin Masud Radhiyallahu Anhu berkata,” demi allah tidaklah rasulullah mengeluarkan dahak kecuali mengenai 1 telapak seorang dari mereka selalu menggosokkannya ke wajah dan kulitnya. Dan apabila beliau memerintahkan mereka Maka mereka segera melaksanakannya. Juga jika beliau berwudhu, maka mereka seakan-akan berkelahi memperebutkan sisa air wudhunya. Dan jika beliau Shallallahu Alaihi Wasallam berbicara Mereka pun merendahkan suara-suara mereka mereka tidak memandang langsung wajah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam karena mereka mengagungkannya. ”
Lalu urwah pulang menemui kaumnya dan berkata: ” Wahai kaum! Demi Allah sungguh aku pernah menemui raja-raja, menjumpai Kaisar, dan kisra dan najasyi. Demi Allah! Tidak pernah aku melihat seorang pun raja yang diagungkan oleh para sahabatnya seperti para sahabat Muhammad mengagungkan Muhammad. Demi allah tidaklah keluar dahak darinya kecuali mengenai telah salah seorang dari mereka lantas Ia menggosokkan di wajah dan kulitnya. Jika ia memerintahkan mereka Maka mereka segera melaksanakan nya titik jika ia berwudhu mereka seakan-akan berkelahi memperebutkan sisa air wudhunya. Dan jika ia berbicara, Mereka pun merendahkan suara suara mereka serta tidak memandang langsung kepadanya karena mengagungkannya. Sungguh, Nabi Muhammad telah menawarkan kepada kalian kebaikan, maka Terimalah! ”
Anas bin Malik radhiallahu Anhu berkata:
Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘Saya mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr dan Umar. Saya berharap bisa bersama mereka dengan sebab kecintaanku kepada mereka meskipun saya tidak mampu melakukan amalan yang mereka lakukan.
Mencintai Rasulullah mengharuskan adanya penghormatan, ketundukan dan keteladanan Kepada beliau serta mendahulukan Sabda beliau atas segala ucapan makhluk, serta mengagungkan sunnah-sunnah beliau.
Al-Allamah Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “setiap kecintaan dan pengagungan kepada manusia hanya dibolehkan dalam rangka mengikuti kecintaan dan pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla. Seperti mencintai dan mengagungkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sesungguhnya kecintaan dan pengagungan ini adalah penyempurnaan kecintaan dan pengagungan kepada Allah yang mengutus beliau titik umatnya mencintai beliau karena Allah telah mencintainya, dan mereka mengagungkan dan memuliakan Rasulullah karena Allah telah memuliakannya. Maka, kecintaan kepada Rasulullah ini merupakan cinta karena Allah dan ini merupakan sebab untuk mendatangkan kecintaan Allah kepada kita.”
Maksudnya, bahwa Allah Azza wa Jalla meletakkan kewibawaan dan kecintaan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam karena itu tidak ada seorang manusia pun yang lebih dicintai dan disegani dalam hati para sahabat kecuali Rasulullah.
Masih banyak dari dalil yang menjelaskan kewajiban mencintai Rasulullah titik sehingga pantaslah jika dikatakan bahwa cinta Allah dan rasulnya termasuk kewajiban keimanan terbesar dan pokok, serta kaidah yang paling Agung titik Bahkan ia merupakan landasan seluruh amalan iman dan Islam.
Demikian pembahasan dari artikel ini, masih banyak poin-poin yang akan kita bahas selanjutnya. Semoga kita bisa mendapatkan hikmah dari tulisan ini.
References from :
Buku ‘Memahami Kalimat Syahadat’
Hal 237-245
Created By:
Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawaz
Edited by:
Hatta Yandika Putra
Baca juga artikel:
Leave a Reply