Maha Mensyukuri, Maha Pembalas Jasa

Maha Mensyukuri, Maha Pembalas Jasa

 

Maha Mensyukuri, Maha Pembalas Jasa-Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan, Dzat yang tersifati dengan sifat-sifat keagungan dan kemuliaan. Yang Maha Esa, tempat bergantung, Yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Bagi-Nya nama-nama yang baik  dan sifat-sifat yang mulia, agung dan sempurna. Amma ba’du

Nama Asy-Syakur disebutkan didalam Al-Qur’an pada empat tempat:

Allah Ta’ala berfirman,

ليوفيهم أجورهم ويزيدهم من فضله إنه غفور شكور

Artinya: “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 30)

Firman-Nya,

وقالوا الحمد لله الذى أذهب عنا الحزن إن ربنا لغفور شكور

Artinya: “Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.  Sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir:34)

Juga firman-Nya,

ومن يقترف حسنة نزد له فيها حسنا إن الله غفور شكور

Artinya: “Dan siapa yang mengerjakan kebaikan dan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Asy-Syura:23)

Dan firman-Nya,

إن تقرضوا الله قرضا حسنا يضعفه لكم ويغفرلكم والله شكور حليم

Artinya: “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepada mu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha  Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (QS. At-Taghobun: 17)

Sedangkan nama As-Syakir terdapat pada dua tempat, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ومن تطوع خيرا فإن الله شاكر عليم

Artinya: “Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158)

Dan firman-Nya,

ما يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وءامنتم وكان الله شاكرا عليما

Artinya: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”  (QS. An-Nisa’: 147)

Keenam tempat yang disebutkan padanya duan ama tersebut adalah tempat-tempat pelimpahan karunia dari Allah Azza wa Jalla dengan diberikannya pahala kepada orang-orang yang taat, disempurnakannya ganjaran, dilimpahkannya karunia, dan dilipatgandakannya pahala, dan ini diantara hal yang menjelaskan kepada kita makna dua nama tersebut, dan bahwasanya Asy-Syakur Asy-Syakir adalah Rabb yang tidak menyia-nyiakan orang yang beramal yang ada disisi-Nya, bahkan Dia melipatgandakan pahala tanpa perhitungan, yang menerima sedikitpun dari amalan dari amalan lalu membalasnya dengan pahala dan pemberian yang banyak lagi lapang, yang melipatgandakan bagi orang-orang yang ikhlas amalan-amalan mereka tanpa batas, dan Dia mensyukuri orang-orang yang bersyukur dan mengingat orang-orang yang berdzikir. Barangsiapa yang mendekatkan kepada-Nya sejengkal, maka Dia akan mendekatkannya sehasta, maka Dia akan mendekat kepada orang orang itu sedepa. Barangsiapa yang dating kepada-Nya dengan membawa kebaikan, maka dia akan menambahkan pada kebaikan tersebut kebaikan pula dan Dia akan memberikan kepadanya pahala yang agung disisi-Nya. Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata disela-sela penjabaran seputar makna kata tersebut dan penjelasan makna-maknanya yang agung serta kandungan -kandungannya yang  mulia: Adapun bersyukurnya Rabb Ta’ala, maka itu adalah sesuatu yang lain. Dia paling berhak  dengan sifat syukur dari setiap hamba yang paling banyak bersyukur. Bahkan sebenarnya justru Dia-lah yang Maha banyak bersyukur. Sebab Dia melimpahkan pemberian kepada hamba dan memberikan taufik kepadanya agar dapat bersyukur kepada-Nya. Dia bersyukur dari amalan dan pemberian yang sedikit. Oleh karena itu rasa sifat syukur tersebut tidak bisa lepas dari-Nya. Dia mensyukuri satu kebaikandengan melipatgandakannya menjadi sepuluh kebaikan yang semisalnya hingga menjadi berkali-kali lipat lebih banyak lagi. Dai bersyukur kepada hamba-Nya dengan ucapan, yaitu menyanjungnya ditengah-tengah para malaikat  dan dihadapan makhluk lainnya dilangit, dan Dia menyampaikan rasa syukur kepadanya dihadapan para hamba-hamba-Nya. Dia juga bersyukur dengan perbuatan, yakni apabila hamba meninggalkan sesuatu karena-Nya, maka Dia akan menberikan kepadanya suatu yang lebih utama dari sebelumnya. Apabila ia mengerjakan sesuatu karena-Nya, maka Dia membelasnya berkali-kali lipat.  Dia-lah yang memberinya taufik untuk meninggalkan atau mengerjakan, serta untuk ia bersyukur atas ini atau itu. Ketika para sahabat meninggalkan rumah-rumah mereka dan keluar meninggalkannya demi mendapatkan keridhoan-Nya, maka Dia menggantikan semua itu dengan memberikan nya mereka kekuasaan didunia dan Dia menaklukkan dunia ini untuk mereka. Tatkala Yusuf Ash-Siddiq  (yang jujur) Alaihissalam sabar menanggung sempitnya penjara, maka Dia bersyukur kepadanya dengan memberikan kemenangan baginya dimuka bumi ini, ia  bisa tinggal dimana saja dari tempat yang ia kehendaki. Tatkala para syuhada (orang-orang yang mati syahid) menyerahkan tubuh-tubuh mereka kepada-Nya hingga para musuh mengoyak-ngoyaknya, maka Dia bersyukur kepada mereka atas hal itu, yaitu Dia menggantikan tubuh-tubuh itu dengan burung-burung hijau sebagai tempat tinggal ruh-ruh mereka, mereka mendatangi sungai-sungai  surga dan memakan Sebagian buah-buahannya sampai hari kebangkitan. Lalu Dia mengembalikannya kepada mereka dalam rupa yang sempurna apa yang ada, seindah dan seelok mungkin. Tatkala para Rasul-Nya menyerahkan segala harta benda kepada-Nya untuk memerangi musuh-musuh mereka, hingga musuh-musuh mereka mampu mengalahkan dan mencela habis mereka, maka Dia menggantikan menggantikan bagi mereka bahwa Dia dan para malaikat-Nya ikut menshalati mereka, dan menjadikan bagi mereka seharum-harumnya sanjungan dilangit dan ditengah-tengah makhluk-Nya. Kemudia Dia menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat. Diantara rasa bersyukur Alllah Ta’ala adalah bahwasanya Dia memberikan balasan didunia kepada musuh-Nya  lantaran kebaikan dan perbuatan ma’ruf yang telah ia lakukan. Sedangkan pada hari kiamat Allah akan memberikan keringanan  untuknya sehingga Dia tidak menyia-nyiakan kebaikan yang  telah ia lakukan. Padahal orang itu adalah makhluk yang paling dibenci-Nya.

Diantara rasa syukur-Nya adalah bahwasanya Dia memberikan ampunan bagi Wanita tuna Susila lantaran memberi minum seekor anjing, yang karena begitu kehausan anjing itu menjilati tanah. Dia mengampuni bagi yang lainnya lantaran telah menyingkirkan duri kayu dari jalan kaum muslimin. Allah Ta’ala bersyukur kepada hamba atas perbuatan baiknya kepada dirinya sendiri. Sedangkan makhluk hanya bersyukur kepada orang yang berbuat baik  kepadanya. Selain itu, hal lebih lagi adalah bahwasanya Dia Ta’ala memberikan kepada hamba apa yang ia gunakan utnuk berbuat baik kepada dirinya sendiri, maka Dia adalah Maha berbuat baik karena telah memberikan perlakuan baik dan bersyukur. Adakah yang lebih berhak menyandang nama Asy-Syakur dari pada Allah Ta’ala?

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut,

ما يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وءامنتم وكان الله شاكرا عليما

Artinya: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”  (QS. An-Nisa’: 147)

Bagaimana engkau mendapati dalam kandungan ayat diatas bahwa karena syukur-Nya Ta’ala, Dia enggan menyiksa para hamba-Nya tanpa dosa sebagaimana Dia enggan menyia-siakan amalan mereka menjadi bathil. Oleh karena itu, Asy-Syakur itu tidak menyia-siakan pahala orang yang berbuat kebaikan dan tidak menyiksa orang yang tidak berbuat kejelekan.

Diantara syukur Allah Ta’ala adalah bahwasanya Dia mengeluarkan hamba dari neraka lantaran adanya sebesar dzarrah kebaikan padanya dan Dia tidak menyia-siakan ukuran tersebut bagi orang itu. Diantara syukur-Nya Ta’ala adalah bahwasanya ada seorang hamba dari sekian hamba-Nya yang menempati maqam yang Dia ridhai di anatara manusia lalu Dia bersyukur kepadanya, meninggikan Namanya, dan Dia mengabarkan tentang hamba tersebut dihadapan para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya yang beriman, sebagaimna Dia bersyukur kepada mereka yang beriman dari keluarga fir’aun atas maqam tersebut, yang dengannya dia menyanjungnya, mengangkat Namanya diantara sekian hambanya. Demikian pula dia bersyukur kepada shahabat yasin atas maqam dan dakwahnya kepada allah, oleh karena itu, tidaklah binasa diatasnya antara rasa syukur dan ampunannya melainkan orang yang benar-benar binasa. Karena sesungguhnya allah ta’ala maha pengampun lagi maha mensyukuri, dia mengampuni kesalahan yang banyak dan bersyukur atas amalan yang sedikit. Tatkaala Allah Ta’ala benar-benar Maha Mensyukuri, maka makhluk yang paling Dia cintai adaalah yang tersufati dengan sifat syukur, sebagaimana makhluk yang Dia benci adalah yang kosong dari sifat  tersebut dan bahkan tersifati dengan sifat lawannya. Hal ini adalah konsekuensi dari Asma’ul Husna. Makhluk yang paling Dia cintai adalah yang tersifati denga napa-apa yang mengharuskannya untuk mencintai Asma’ul Husna dan makhluk yang paling Dia benci adalah yang tersifati dengan sifat kebalikannya. Oleh karena itu ia membenci orang yang begitu kufur, zhalim, jahil, keras hatinya, bakhil, pengecut, hina, dan buruk akhlaknya. Sedangkan Dia Ta’ala adalah yang Maha Indah lagi mencintai keindahan, Maha Tau lagi mencintai orang-orang yang berilmu, Maha Penyayang lagi mencintai hamba-hamba-Nya yang penyayang, Maha Baik lagi mencintai hamba-hamba-Nya yang berbuat kebaikan, Maha Sabar lagi mencintai mereka yang penyabar, Maha Dermawan lagi mencintai orang-orang yang dermawan, Maha menutupi lagi menutupi orang-orang yang suka menutupi  aib dan kesalahan mereka, Maha berkuasa lagi mencela kelemahan, mukmin yang  kuat lebih ia sukai dari pada mukmin yang lemah, Maha Pengampun lagi suka memberi ampun, Maha Ganjil (Esa) lagi mencintai yang ganjil, dan segala yang Dia cintai merupakan pengaruh dari nama-nama dan sifat-Nya serta apa saja yang menjadi keharusan dari itu semua. Segala yang Dia benci adalah hal yang berlawanan dengannya dan menafikkannya. Pada ayat yang telah lewat, digabungkan dua sifat yaitu Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri. Dia Ta’ala Maha Mengampuni dosa-dosa semuanya sebesar apapun dosa itu, tidak ada dosa yang agung kecuali pasti Dia maafkan. Dia Maha Mensyukuri semua amalan meski pun hanya sedikit, walaupun hanya sebesar dzarrah. Oleh karena itu tidak boleh bagi seorang muslim berputus asa dari ampunan Allah Ta’ala lantaran dosa-dosanya meskipun begitu banyak. Sebagaimana Ia tidak boleh meremehkan sedikitpun dari amalan kebajikan meskipun hanya sedikit. Karena sesungguhnya Rabb Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

Sesungguhnya kita memohon kepada-Nya Ta’ala seraya bertawassul kepada-Nya dengan dua nama yang agung ini semoga Dia mengampuni dosa-dosa kita dalam perkara kita, dan semoga Dia mengabulkan bagi kita amalan-amalan shalih kita, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

REFERENSI:

Diringkas oleh: Ayesa Artika Aprilia dari kitab FIKIH ASMA’UL HUSNA karangan Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr.

Baca juga artikel:

Candailah Anak Kalian

Tafsir Ayat-Ayat Syiam (Puasa)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.