Menjaga Lisan, Menghindari Kesalahpahaman

Menjaga Lisan, Menghindari Kesalahpahaman

Segala puji bagi Allah, kita bersyukur kepada Allah azza wajala atas limpahan kenikmatan ini. Semoga Allah azza wajala Melanggengkan nikmat beribadah yang kita rasakan sampai Allahmewafatkan kita dan semoga ibadah kita diterima oleh-Nya.

Mengikuti jejak para salafush-sholih merupakan jalan terbaik untuk mendapatkan ridho Allah. Bahkan Allah telah memerintahkan Rasulullah shallalahu alaihi wassalamagar mengikuti jejak nabi-nabi sebelumnya dalam masalah petunjuk serta kebenaran yang telah Allah berikan kepada mereka.

Allah azza wajala berfirman:

أولئِك الذين هذى آلله، فبهد هم آقتده

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka…..(QS. Al-An’am 6: 90)

Ayat ini disebutkan oleh Allah setelah menceritakan kisah beberapa nabi yang Allah azza wajala berikan nikmat serta petunjuk kepada mereka, kemudian Allah memerintahkan Nabi shallalahu alaihi wassalamuntuk mengikuti mereka. Demikian pula umat Rasulullah shallalahu alaihi wassalam, mereka diperintahkan untuk mengikuti beliaushallalahu alaihi wassalamyang telah mendapat petunjuk dari Allah azza wajala.

Di antara petunjuk serta perhiasan yang melekat dalam jiwa para pendahulu kita yang sholih, yaitu antusiasme mereka untuk selalu berbuat baik dalam segala perbuatan , dan selalu berusaha menghindari segala perbuatan yang bisa menyakiti saudaranya sesama mu’min. Mereka terdorong berbuat demikian karena mereka mengetahui, bahwa persaudaraandi antara kaum Mu’minin adalah persaudaraan  yang terbangun di atas ‘aqidah dan din (agama) yang lurus, sebagaimana Allah  Subhanahu Wata’ala berfirman:

إنما المؤمنون إخوة فأ صلحوا بين أخويكم، واتقوا الله لعلكم ترحمون

Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS. Al Hujurat 49: 10)

Maksud persaudaraan di sini adalah, saling kasih sayang di antara mereka, cinta mencintai, dan saling menunaikan hak saudaranya, dan perbuatan baik lainnya, sabagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يسلمه ومن كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته ومن فرج عن مسلم كربة فرج الله عنه كربة من كربا ت يوم القيا مة ومن ستر مسلما ستره الله يوم القيا مة

Artinya: “Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya. Tidak boleh menzhalimi dan merendahkannya. Barangsiapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Dan barangsiapa melapangkan musibah yang menimpa saudaranya, maka Allah akan melapangkannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada haribkiamat.[1]

Demikian pula termasuk dalam pengertian ukhuwah, yaitu tidak menggangu orang lain. Karena seorang muslim yang hakiki, apabila orang lain selamat dari gangguan lisan dan perbuatannya.

Disabdakan oleh Rasulullah shallalahu alaihi wassalam:

المسلم من سلم المسلمون من لسا نه ويده والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه

Artinya: “Seorang muslim adalah, apabila muslim yang lainnya selamat dari gangguan lisan dan perbuatan tangannya, Dan seorang muhajir adalah, orang yang berhijrah dari apa yang dilarang oleh Allah.[2] 

Apabila menggangu dengan lisan saja terlarang, maka tentunya lebih keras larangannya apabila dilakukan dengan lisan dan tangan. Misalnya, seseorang yang menuduh saudaranya dengan tuduhan tanpa ada buktinya atau su’uzzhan, dan kemudian tuduhan tersebut diperjelas dengan perbuatan, tentu yang seperti ini sangat keras larangannya. Oleh karena itu, Rasulullah melarang dengan keras seseorang menuduh seorang muslim lainnya tanpa bukti.

ومن قل في مؤمن ما ليس فيه حبس في ردغة الخبال حتى يخرج مما قل

Artinya: “Barangsiapa yang menuduh seorang muslim dengan tuduhan yang tidak ada pada dirinya, (maka) dia akan ditempatkan dalam Rodghotul-Khobal, sampai ia keluar dari apa yang ia katakan (maksudnya bertaubat dan minta maaf/minta dihalalkan).[3]

Tahukah kita, apa yang dimaksud RodghotulKhobal? Yaitu keringat penduduk neraka. Bagaimana bisa keluar darinya? Yakni dengan bertaubat dan meminta maaf terhadap orang yang ia tuduh. Perhatikanlah, wahai jama’ahshalatJum’at. Alangkah keras ancaman Rasulullah shallalahu alaihi wassalamterhadap orang yang suka menuduh seorang mu’min dengan tuduhan yang tidak benar. Ini juga menjadi peringatan, agar kita selalu menjaga lisan, tidak gampang mengucapkan kata-kata yang bisa menyakiti hati saudara kita, karena suatu perkataan yang kita anggap biasa, tetapi ternyata bisa menjadi duri yang sangat menusuk hati.

Di antara yang bisa menjadi penyebab timbulnya permusuhan di kalangan kaum Muslimin, yaitu menyebarkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya, sehingga berita yang tidak benar itu secara cepat meluas ke telinga-telinga manusia. Kemudian, mereka akan segera mengambil sikap, padahal belum jelas kebenaran berita tersebut. Hingga pada akhirnya, terjadilah kesalahpahaman di antara manusia, yang tentunya membawa kepada permusuhan. Oleh karena itu, Rasulullah shallalahu alaihi wassalamtelah melarang, sebagaimana tertera dalam sabda beliau shallalahu alaihi wassalam:

،،، ويكره لكم قيل وقال و كثرة السؤال وإضاعة المال

Artinya: Dan Allah membenci atas kalian apabila kalian melakukan tiga perkara, yaitu: menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya, banyak bertanya, dan membuang-buang harta.[4]

Sesungguhnya, jika datang suatu berita kepada kita, maka Allah telah memerintahkan agar kita melakukan tabayyun, atau mencari kejelasan. Allah azza wajalla berfirman:

يإيها آلذين ءامنوا إن جآءكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهلة فتصبحوا على ما فعلتم ند مين

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat 49: 6).

Oleh karena itu, jika menerima suatu kabar berita, atau satu perkataan, atau tentang kabar berita, atau suatu masalah berkaitan dengan diri seseorang, maka seharusnya kita tabayyun, agar kita tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dapat menzhalimi orang lain.

Salah satu perhiasan seorang mu’min, ialah menjaga lisan agar tidak mengucapakan kecuali yang baik. Jika diucapkan bukan kebaikan, maka lebih baik memilih diam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah shallalahu alaihi wassalam:

ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah.[5]

Hadits yang mulia ini merupakan asas yang harus dipegang erat oleh seorang muslim dalam menjaga lisannya, agar ia tidak mengatakan sesuatu, kecuali yang baik saja. Berkata baik merupakan salah satu perintah yang sangat dianjurkan oleh Islam. Allah azza wajala berfirman:

وقل لعبادى يقولوا آلتى هي أحسن، إن آلشيطن ينزغ بينهم، إن آلشيطن كان للإ نسن عدوامبينا

“Dan katakanlah kepada hamba-hambaku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS. Al-Isra 17: 53).

Menurut al Imam Ibnu Katsir, dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya yang beriman untuk  berkata yang baik dalam perbincangan mereka. Karena, kalau tidak melakukannya, maka setan akan berusaha menimbulkan perselisihan di antara manusia.

Perkataan yang baik terhadap saudara seiman memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk meningkatkan ukhuwah di antara kaum muslimin, sehingga akan tercipta rasa kasih sayang dan persaudaraan yang terjalin menjadi langgeng.
Diam itu lebih baik daripada berbicara sia-sia bahkan mencela atau mencemooh yang mengandung maksiat.
Itulah manusia, ia menganggap perkataannya tidak berdampak apa-apa, namun di sisi Allah bisa jadi perkara besar. Allah Ta’ala berfirman,

وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ

Artinya: “Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An Nur: 15).

Dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini ringan. Namun, di sisi Allah perkara ini dosanya amatlah besar.

Marilah kita selalu berusaha mewujudkan perintah mulia ini, seraya berdoa agar Allah menguatkan ikatan kepedulian dan persaudaraan di kalangan kaum Muslimin.

REFERENSI :

MAJALAH AS-SUNNAH EDISI 01/tahun XI/1428H/2007M

Karya: Ustadz Adi Abdul Jabbar

Di ringkas oleh : Lailatul Fadilah (Pengajar PonpeS Darul Qur’an Wal Hadits Oku Timur)

[1] (HR Bukhari dan Muslim)

[2](HR Bukhari)

[3](Ahmad, Abu Dawud, Hakim dengan sanad yang shahih)

[4] (al Hadits)

[5] (Muttafaqun‘alaih)

Baca juga artikel:

Keutamaan Keikhlasan

Tidak Mengikuti Hawa Nafsu

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.