Al-Quran adalah kitabullah yang diturunkan kepada Rasul-nya yang terpercaya, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:
الۤرٰ ۚ كِتٰبٌ اَنزَلنٰهُ اِلَيكَ لِـتُخرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّورِ بِاِذنِ رَبِّهِم اِلٰى صِرَاطِ العَزِيزِ الحَمِيدِۙ
Artinya: “Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha perkasa, Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1)
Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai cahaya yang tidak padam pelitanya, dan sebagai jalan yang tidak akan tersesat siapa yang menitinya. Ia adalah bahan bakar keimanan, sumber ilmu, lautan yang tak bertepi, obat segala penyakit, tali Allah yang kuat, pelajaran yang bijaksana, dan jalan yang lurus, ia adalah kebenaran ,bukan main-main ,yang Allah turunkan dengan kebenaran dan turun dengan membawa kebenaran, barang siapa yang mengamalkannya maka a di beri pahala, barang siapa yang berhukum dengannya maka berlaku adil, dan barang siapa yang menyeru keadilan maka dia di tunjukan kepada jalan yang lurus, dengannya Allah meninggikan derajat beberapa kaum dan merendahkan yang lainnya.
Kitabullah ini tidak ubahnya ruh bagi kehidupan dan cahaya yang menerangi jalan. siapa yang tidak membacanya dan mengamalkannya maka pada hakikatnya ia tidak hidup meskipun ia berbicara ,bekerja, pergi dan pulang bahkan ia adalah mayyat. Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan :
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ
Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya” ( QS. Al-An’am :122 )
Ibnu Qoyyim mengatakan “Al-Qur’an adalah sebagai pengobatan hati dari penyakit kebodohan dan keragu-raguan. Allah tidak menurunkan sesuatu dari langit satu obat pun yang lebih mencakup ,lebih bermanfaat, lebih besar dan lebih cepat menghilangkan penyakit dari pada Al-Qur’an.
Terkadang seorang dihimpit oleh berbagai kesempitan dan kesulitan, diliputi perasaan takut, dan sangat berat penderitaannya, lalu dia tidak mendapati kelapangannya kecuali pada sejumlah ayat Al-Quran yang dibacanya secara berulang-ulang:
وَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُوْرًاۙ
Artinya: “Dan apabila engkau (Muhammad) membaca Al-Qur’an, Kami adakan suatu dinding yang tidak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat.” (QS. Al-Isra’: 45)
Dengan itulah waswas kelemahan dan keburukan menguap, dan tampak pada jiwa bahwa ternyata manusia lebih banyak mengalami ilusi dari pada mengalami kenyataan, dan dia dikalahkan dari dalam dirinya sebelum dikalahkan oleh kehidupan yang nyata.
Kita benar-benar heran dengan keadaan orang muslim, dia diliputi kegelapan dari semua aspek dan dia jatuh di dalamnya, Dimanakah posisinya dari kitab robnya, cahaya yang terang dan jalan yang lurus, padahal Rasulillah ﷺ bersabda :”Bergembiralah bukankah kalian bersaksi bahwa tidak ada illah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, mereka menjawab benar, beliau bersabda ,”Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali yang ujungnya di tangan Allah dan ujung lainya di tangan kalian, maka berpegang teguhlah dengannya karna sesungguhnya kalian tidak akan tersesat, dan tidak akan binasa setelah itu selama-lamanya.
Dengan mengembannya dan menjaga Batasan-batasannya maka keberuntungan dan kegembiraan akan diraih karna ini adalah keutamaan dan kemuliaan yang tinggi. Bukankah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan di dalam sebuah hadist:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman :
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِه فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58)
Ibnu Abas mengatakan “ Karunianya adalah Islam dan rahmatnya adalah Al-Qur’an .
Benar ,ia lebih baik dari pada yang mereka kumpulkan berupa emas, harta dan perkakas, karena semua itu akan musnah, sedangkan karunia Allah akan tetap abadi sampai hari kiamat. Bukankah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ
Artinya: ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya.” (HR, Muslim)
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu menatakan “Menghafal Al-Quran itu bukanlah menghafal huruf-hurufnya, akan tetapi melaksanakan ketentuan-ketentuannya.
Allah menurunkan dari atas tujuh langit untuk di tadaburi dan di pikirkan, bukan sekedar membacanya dalam keadaan hati yang lalai, Allah mengatakan :
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِه
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya. ( QS. Shaad: 29)
Allah ta’ala juga berfirman:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ القُراٰنَ اَم عَلٰى قُلُوبٍ اَ قفَالُهَا
Artinya: “Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an ataukah hati mereka sudah terkunci?” ( QS. Muhammad : 24 )
Tadabbur adalah memahami ayat-ayat Al-Quran yang dibaca disertai konsentrasi hati, kekhusyukan anggota badan dan mengamalkan tuntutannya,
Caranya, hati memikirkan makna apa yang dilafalkan dengan lisannya, lalu dia mengetahui makna tiap-tiap ayat , dan ia tidak beralih ke ayat lainya hingga ia mengetahui makna dan artinya.
Al-Hasan al-Basri Rahimahullah mengatakan: ”Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian benar-benar merasakan bahwa Al-Qr’an sebagai surat-surat dari rob mereka lalu mereka mentadaburinya, pada malam hari dan melaksanakannya pada siang hari.
Misalnya apabila membaca firman Allah Subhanahu Wata’ala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At-Tahrim : 6)
Maka, setiap orang wajib memperhatikan keluarganya, tentang shalat mereka, puasa mereka, dan melaksanakan apa yang diwajibkan pada mereka berupa hijab Wanita dan bersuci, lalu ia memperhatikan keluarganya dan menjaga mereka berkenaan dengan tanggung jawab mereka baik anak-anak maupun dewasa, karena tanggung jawab terletak dalam Pendidikan dan memberikan bimbingan kepada mereka.
Oleh karena itu setiap mukmin semestinya membaca Al-Quran dengan konsentrasi dan pemahaman, keinginannya ialah memahami apa yang diwajibkan Allah kepadanya berupa perintah dan larangan. kkeinginannya bukanlah kapan saya mengkhatamkan surat ini.
Bahkan keinginannya adalah kapankah aku menjadi golongan kaum yang bertakwa? Kapankah aku menjadi kaum golongan yang melakukan kebajikan? kapankah aku menjadi kaum golongan yang bertawakal, kapankah aku menjadi golongan kaum yang khusyuk’,? Kapankah aku menjadi kaum golongan yang sabar,? Kapankah aku menjadi kaum golongan yang takut kepada Allah,? Kapankah aku berzuhud di dunia dan mengingat akhirat,? Kapankah aku bertaubat,? Kapankah aku bersyukur,? Kapankah aku berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya,? Kapankah aku menjaga lisanku,? Kapankah aku berbekal untuk hari yang dijanjikan kepadaku,? Kapankah aku mengambil pelajaran dari larangan-larangan Al-Quran.? Kapankah aku, dengan mengingat Al-Quran akan lalai dari mengingat selainya.
Al-Hasan mengatakan “Wahai anak adam , bagaimana hatimu akan menjadi lembut , sementara keinginanmu hanyalah pada akhir surat.
Wallahu ta’ala a’lam..
REFERENSI:
Di Ambil Dari Buku : Berkahnya Al-Qur’an Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Di Ringkas Oleh : Abdul Hadi Martapian (Pengajar Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Ditulis Oleh : Syaikh Mansur b. Muhammad al-Muqrin Asthma binti Rasyid ar-Ruwaisyid
BACA JUGA:
Leave a Reply