Sebab Penghalang Seseorang dari Taubat

sebab penghalangnya seseorang dari taubat

Sebab Penghalangnya Seseorang dari Taubat – Bismillah segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala atas segala Nikmatnya yang terus menerus karunia-karunia-Nya yang senantiasa mengucur. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabinya yang terbaik, juga kepada keluarga, dan para sahabat beliau serta orang-orang yang setia kepada beliau.

Ketauhilah bahwa ada sepuluh hijab yang menjadi penghalang taubat dan penghambat lancarnya hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya. Tahukah kamu wahai saudaraku, berapa banyak hijab yang memisahkan kamu saat ini dengan Rabbmu? Katakanlah kepadaku atas nama Rabb-mu, bagaimana kamu dapat terbebas darinya?

Jujur dan ikhlas dalam bertobat kepada Allah bisa lenyapkan tabir yang menghalangi dirimu dengan Allah, karena tidak ada yang dapat menghilangkan tabir itu selain  Allah. Ada sepuluh tabir yang menjadi penghalang hati hamba dengan Tuhannya dan sebagai penghambat jalan menuju ampunan-Nya, sementara sepuluh tabir tersebut bentukan dari kristalisasi empat unsur, yaitu syahwat, setan, dunia, dan hawa nafsu. Tidak mungkin tabir-tabir ini bisa hancur selagi akar-akarnya masih kokoh di dalam hati. Akar-akar itu harus dicabut. Karena unsur-unsur itu memutus jalannya ucapan, perbuatan, dan tujuan yang seharusnya sampai ke dalam hati. Ia akan menghalangi sampainya Taubat ke dalam hati, sehingga antara ucapan dan perbuatan dengan hati terdapat jarak. Dan jarak itulah yang membuat seorang hamba kesulitan berkelana menemukan hatinya untuk melihat keajaiban-keajaiban yang ada di sana. Pada jarak tersebut, ada para pembegal, yaitu syahwat, setan, dunia, dan hawa nafsu. Jika ia memerangi mereka dan menang, maka amal tersebut dapat sampai ke dalam hati dan berotasi di dalamnya sehingga Taubat sampai ke dalam hati. Ia tidak menetap sebelum sampai kepada Allah :

وأن الى ربك المنتهى

Artinya: “Dan bahwasanya (hanya) kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS. An-Najm: 42)

Tatkala ayat-ayat Allah sampai ke dalam relung-relung kalbu seorang hamba, ia pun akan sampai pada Rabbnya, kemudian segala ucapan dan tindakannya akan mendatangkan ridha-Nya. Lalu Dia pun akan menguasai hati dan ubun-ubunnya.

Kebodohan

Kejahilan menjadi sumber utama kesesatan, petaka, musibah, dan penghalang taubat. Oleh karena itu, seorang hamba harus mengenal dirinya dan Tuhannya, mengenal semuanya dunia dan abadinya kampung akhirat.

Dengan mengenal Allah, akan tumbuhlah rasa cemas, harap, cinta kepada-Nya. Dengan mengenal abadinya kampung akhirat, akan tumbuhlah cinta kepada-Nya. Dan dengan mengenal semuanya dunia, akan terhindarlah kita dari cinta dunia secara berlebihan. Sehingga, perhatian utamanya hanya mengejar apa yang mengantarkan kepada Allah dan kampung akhirat[1]

Sejak zaman dahulu, kebodohan dan kelalaian menjadi pemicu utama keberanian seorang hamba menentang Allah dan para utusan-Nya, yaitu dengan melakukan berbagai macam pelanggaran yang menjadi faktor paling mendasar timbulnya kesesatan, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وجووزنا ببني إسرءيل البحر فأتو على قوم يعكفون على أصنام لهم‘ قالو يموسى اجعل لنا كمالهم ءإلهة‘ قال إنكم قوم تجهلون

Artinya: “Dan kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu. Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang telah menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata, ‘Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah Ilahi (berhala) sebagaimana mereka punya berapa Ilahi (berhala). ‘Musa menjawab, ‘Sesungguhnya kaum ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat ilahi). ‘” (QS. A’raf : 138)

Bukankah kaum Nabi Luth hidup berlumuran dosa dan maksiat homoseksual disebabkan kebodohan dan kelalaian mereka.

أءنكم لتأتو الرجال شهوة من دون النساء‘ بل أنتم قوم تجهلون

Artinya: “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu) bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kamu yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).” (QS. An-Naml: 55)

Simaklah dengan baik panggilan Nabi Syu’aib ketika beliau berseru kepada kaumnya agar mereka kembali dan bertobat kepada Allah :

واستغفروا ربكم ثم توبوا إليه‘ إن ربي رحيم ودود

Artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertaubatlah kepadaNYa! Sesungguhnya Tuhanku maha pengampun lagi Maha pengasih.” (QS. Hud: 90)

Memang orang yang jahil cenderung memusuhi apa yang tidak dia ketahuinya. Maka, mereka ramai-ramai menolak ajakan Nabi Syu’aib, bahkan seruannya agar mereka bertaubat ditolak mentah-mentah. Benarlah apa yang ditegaskan Ali bin Abi Thalib,

وضد كل امرىء ماكان يجهله

Artinya: “Dan lawan setiap orang adalah kejahilannya, dan orang-orang jahil menjadi musuh para ulama.”[2]

Saudaraku tercinta, seorang tidak mengenal Allah akan mudah meremehkan maksiat, gampang membenci Allah, dan berpeluang besar menjadi budak setan. Bahkan, amanah dan telantar karena faktor kebodohan, sebagaimana firman Allah:

إنا عرضنا لأمانة على السموت والأرض واجبال فأين أن يحملنها وأشفقن منها الإنسان ‘ إنه كان ظلوما جهولا

Artinya: “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-ahzab: 72).

Sesungguhnya orang yang berakal bila salah, ia segera meleburnya dengan taubat karena kecerdikan akalnya, sementara orang bodoh seperti orang membangun sesuatu bangunan lalu ia hancurkan karena kebodohannya, bahkan malah merusak kebaikan amalnya.[3]

Oleh karena itu Allah memulai dengan ilmu sebelum mengajak hambanya beristigfar,

فعلم أنه لا إله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan.” (Muhammad: 19)

Adapun yang dimaksud dengan ilmu adalah mengenali beratnya risiko dosa yang menjadi sumber malapetaka, kehancuran dan penghalang antara seorang hamba dengan suatu yang harus dicintainya. Jika ia mengenalinya dengan pengenalan nyata penuh keyakinan yang mantap yang memenuhi relung hatinya, maka akan timbul gejolak dalam hati bila kehilangan suatu yang dicintainya. Bahkan ia akan merasa sakit bila kehilangan apa yang dicintainya[4]

Imam ibnu Qayyim berkata, “Jadi, ilmu bukanlah banyaknya menukil, membahas, dan berbicara. Ilmu merupakan cahaya yang mampu memilah antara ucapan yang benar dengan ucapan yang salah, antara perkara yang hak dengan perkara yang batil, dan antara lentera kenabian dengan gagasan manusia.[5]

Taubat memiliki beberapa rahasia yang antara lain : Hendaklah seorang hamba melihat perbuatan kriminal yang ditetapkan Allah padanya sehingga ia mengetahui kehendak Allah di dalamnya. Hendaklah dia tahu bahwa bila Allah membiarkannya berbuat dosa, itu karena dua maksud, pertama, agar seorang hamba mengenali kemuliaan Allah dalam ketetapanNya, mengenali kebaikanNya dalam menutupi dosanya, mengenali kesatuanNya dalam menunda siksaNya bagi pelakunya, mengenali kemurahanNya ketika menerima permintaan maafnya, dan kedua, mengetahui karuniaNYa dalam pengampunanNya.

Syirik

Kaum muslimin zaman sekarang banyak terjerumus dalam kesyirikan dan yang paling menonjol adalah pengagungan dan penyembahan terhadap kuburan, pemujaan kepada para wali dan tempat-tempat keramat mereka mengajukan berrbagai bentuk permohonan dan permintaan kepada penghuni kuburan dengan cara yang bertentangan dengan akal sehat apalagi nilai agama. Mereka menyembah suatu yang tidak bermanfaat.

Imam syauqi berkata, “Mereka berteriak kencang memanggil nama-nama penghuni kuburan, mereka mengagungkan sebagaimana mengagungkan Dzat (Allah) yang memiliki manfaat dan mudarat, mereka bersimpuh penuh khidmat menghadap kuburan, lebih khidmat dibanding ketika mereka menghadap Tuhan pada saat sholat dan berdoa. Jika hal ini bukan suatu kesyirikan, maka aku tidak tahu apakah sejatinya syirik itu. Dan jika hal ini bukan suatu kekufuran, maka tidak ada di dunia ini kekufuran lagi[6]

Sesungguhnya keadilan yang paling agung adalah tauhid, dan kedzaliman yang paling besar adalah syirik, sebagaimana firman Allah:

إن الشرك لظلم عظيم

Artinya: “sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar—benar kezaliman yang besar.” (QS. luqman : 13)

Karena syirik menafikan maksud (penegakan keadilan), maka syirik menjadi dosa paling besar dan Allah mengharamkan surga bagi setiap orang musyrik. Mereka dihalalkan darahnya, hartanya, dan keluarganya bagi ahli tauhid untuk dijadikan sebagai budak, karena mereka enggan menjadi hamba Allah. Allah tidak menerima amal ibadahnya, tidak mengabulkan permohonan syafaatnya, dan tidak mengabulkan doanya diakhirat serta tidak memaafkan kesalahannya. Orang musyrik adalah manusia paling bodoh, karena menjadikan bagi Allah tandingan. Demikian itu sikap bodoh dan paling zalim. Sesungguhnya ia bersikap zalim terhadap dirinya sendiri[7]

Termasuk syirik adalah ketergantungan hati dan mencintai secara berlebihan kepada selain Allah baik kepada anak, pekerjaan,atasan, harta benda, dan segala macam hawa nafsu dan syahwat keduniaan yang mengalahkan Allah, bahkan melanggar perintah Allah dan RasulNya. Dan termasuk kesyirikan adalah berdoa kepada orang-orang yang sudah mati,para nabi atau para wali, atau menyeru berhala-berhala, pohon-pohon, batu-batu dan makhluk bernyawa lainnya atau meminta tolong kepada mereka dengan beristighatsah, atau mendekatkan diri (taqarrub) kepada mereka dengan sembelihan dan nazar, atau sujud kepada mereka.

Agar terbuka pintu taubat dan mendapat hidayah serta selamat dari segala kesyirikan terutama syirik khafi, seorang muslim hendaknya berdoa kepada Allah dari syirik khafi karena syirik tersebut lebih lembut ketimbang rayapan semut dan paling ditakutkan Rasulullah sehingga beliau sering berdoa,

اللهم إني أعوذبك أن أشرك بك شيأ أعلمه, وأشتغفرك لما لا أعلمه.

Artinya: “Ya allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat kesyirikan kepadaMu sedikitpun yang aku ketahui, dan aku memohon ampunanmu terhadap apa yang tidak aku ketahui[8]

Syirik merupakan pemisah dan tembok paling kokoh, penghalang sangat kuat, dan penghambat paling besar dalam menjalani proses taubat, karena syirik bentuk dosa yang tidak akan diampuni Allah kecuali Allah setelah bertaubat dengan tulus dan memenuhi hati dengan tauhid yang murni. Sebenarnya hakikat syirik adalah menyekutukan Allah dalam rububiyahNya, uluhiyahNya, nama-namaNya, sifat-sifatNya, ketergantungan hati kepada selain Allah, dan mencintai selain Allah sama dengan mencintai Allah, sehingga syirik mencakup semua ibadah yang bersifat qalbiyah (hati) maupun amalan lahirilah.[9]

Bid’ah

Beribadah secara ikhlas hanya mengharap wajah Allah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa Allah, karena makna tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan beribadah secara benar ittiba’ (mengikuti Rasulullah) adalah konsekuensi syahadat Muhammad Rasulullah, karena kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah, melazimkan menaati perintahnya, meninggalkan larangannya, dan membenarkan kabar yang disampaikannya, serta tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan tata cara yang telah di syariatkannya.[10]

Dan keduanya terhimpun dalam firman Allah Subhanahu Wata’ala:

فمن كان يرجوا لقأء ربه فليعمل عملا صلحا ولا يشرك بعبادة ربه أحد

Artinya: “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersatukan seorang dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-kahfi: 110)

Setiap perkara bid’ah bisa menghalangi sampainya amalan kepada Allah dan menjadi penghalang antara pelaku bid’ah dengan Tuhannya, karena ahli bid’ah beribadah menurut selera nafsu, bukan berdasarkan petunjuk syariat. Hal ini yang membuat ahli bid’ah lebih buruk daripada orang yang berbuat maksiat.

Demikian artikel ini saya ringkas dari buku Ya Allah ampuni aku, semoga kita semua dapat mengambil faedah dan manfaat dari artikel ini. Apabila ada kesalahan saya mohon ampun karena saya hanyalah insan biasa yang tak luput dari kesalahan.

 

Bersambung…

 

Referensi :                                                      

Zainal Abidin bin syamsuddin.2015.Pustaka Imam bonjol.Ya allah ampuni aku.

Diringkas oleh: Diana Rosella (pengajar ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits)

[1] Lihat kitab Maudzatul Mukminin, al-Qasimi, hal.408

[2] Lihatlah jami Bayanil Ilmi Fadhil, Ibnu Abdul Barr, 1/106

[3] Lihat kitab Dzamul Hawa, Ibnul Jauzi, hal.16

[4] Lihat Mauidzatul Mukminin,Muhammad al-Qasimi, hal.409

[5] Lihat Ijtimaul Islamiyah, Ibnu Qayyim, hal. 42

[6] Lihat ar-Rasaail salafiyah, Syaukani,Hal 150-151

[7][7] Lihat Kitab ad-Da’waddawa’, Ibnu Qayyim, hal.197

[8] Shahih : Diriwayatkan Imam al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib (60), 1/37

[9] Lihat syarah Thahawiyah, Syaikh al-Albani, hal.17

[10] Majmu’ Mu’allaffat syiekh Muhammad bin Abdulwahhab, 1/190

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.