Panjang Angan-Angan-Keseimbangan antara amal-amal dunia dengan amalan akhirat, dan tidak disibukan oleh pekerjaan dunia yang menyebabkan meninggalkan amalan akhirat, namun jangan pula berlepas dari dunia dengan meninggalkan seluruhya, sehingga membahayakan diri dan orang-orang yang berada di dalam tanggunganya, atau malah ia yang menjadi taggungan orang lain.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;
يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّ وَعدَ اللّٰهِ حَقٌّۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الحَيٰوةُ الدُّنيَاۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللّٰهِ الغَرُورُ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”. (QS. Fathir: 5)
Dan juga Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Artinya: “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(QS. Al-Hadid: 20)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:
أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمنْكِبَيَّ فَقَالَ: (كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ) وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلا تَنْتَظِرِ المَسَاءَ. وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لمَوْتِكَ.
Arinya: “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang kedua pundakku seraya bersabda: ”Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara”. Maka Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menyatakan: “Jika engkau berada di sore hari janganlah engkau menunggu datangnya esok hari. Jika engkau berada di pagi hari, janganlah engkau menunggu datangnya sore hari. Pergunakanlah masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, dan masa hidupmu untuk menghadapi masa kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)
Di dalam hadist yang mulia ini terdapat anjuran untuk mengurangi angan-angan dan harapan dalam kehidupan di dunia, karena tidak sepatutnya bagi seorang mukmin menjadikan kehidupan dunia sebagai kampung dan tempat tinggalnya, sehingga membuatnya merasa tenang dan tentram tinggal padanya. Akan tetapi seharusnya seorang muslim merasa seakan dirinya seseorang yang sedang berada di tengah perjalanan, sehingga keinginanya tidak lebih dari sekedar mencari perbekalan untuk merusak perjalannya yang masih Panjang.
Dari Abdullah ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu ia berkata: Yang artinya: “Suatu hari Rosulillah Shallallahu Alaihi Wasallam tidur diatas sehelai tikar, sehingga Ketika beliau bangkit tikar tersebut membekas di bagian tubuhnya, lalu kami berkata: “Ya Rasulullah! Tidakkah kami buatkan untukmu tikar yang halus?, maka beliau menjawab: “Apa urusanku dengan dunia ini? Tidaklah aku dengan dunia ini melainkan hanya seperti seorang pengembara yang berteduh dibawah sebatang pohon yang rindang, kemudian setelah ia lepas dari Lelah dan letihnya ia pun pergi meninggalkanya” (HR. Tirmidzi)
Wahai saudara dan saudariku bangsa Arab pada waktu itu adalah manusia yang paling hina dan paling jelek kehidupanya baik di dunia maupun di akhirat, lalu Rasulillah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajak mereka untuk berjalan di atas jalan keselamatan, dengan menujukan kepada mereka bukti dan dalilnya sehingga beliau di benarkan sebagaimana yang tergambar di dalam kisah seseorang yang dibenarkan oleh suatu kaum Ketika ia datang kepada mereka disaat mereka berada di gurun sahara yang tandus, sedangkan perbekalan mereka semua sudah habis, dan tubuhnya pun sudah mulai lemah, lalu laki-laki tersebut membawa kesumber air dan kebun yang subur dan menghijau, sehingga membuat mereka berdalih dengan keindahan dan keelokan kebuntersebut untuk membenarkan ucapanya dan mengikutinya, maka laki-laki itu menjanjikan kemenangan bagi orang-orang yang mengikutinya dengan di taklukanya bangsa Persia dan romawi serta mengambil perbendaharaan dan kekayaan mereka dan memperingatkan mereka agar tidak tertipu dan tergelap mata dengan itu semua, dan memerintahkan kepada mereka agar tidak berlebih-lebihan denagn harta dunia, dan memerintahkan kepada mereka untuk bersungguh-sungguh dalam mencari kehidupan akhirat serta selalu mempersiapkan diri untuk menemuinya, sehingga mereka mendapatkan bahwasanya semua yang dijanjikanya kepada mereka adalah benar.
Maka takala dunia dibukakan untuk mereka sebagaimana yang dijanjikan, maka kebanyakan manusia sibuk dengan mencari dan mengumpulkan harta dan kekayaanya serta berlomba-lomba padanya, mereka ridho tinggal padanya dan bersenang-senang sepenuh syahwatnya,dan mereka tinggalkan persiapan untuk hari akirat yang telah diperintahkan kepada mereka bersungguh-sungguh untuk mencarinya.
Sungguh sangat sedikit diantara manusia yang menerima dan menjaga wasiatnya itu dengan bersungguh-sungguh dan bersiap untuk menuju kampung akhirat, amatlah sedikit kelompok yang akan berhasil dan Bersama dengan nabi nantinya di akhirat, yaitu dengan berjalan diatas jalanya Ketika di dunia, kemudian menerima wasiat serta menjalankan apa yang telah di perintahkanya. Adapun kebanyakan manusia mereka tenggelam dalam manisnya dunia dan bermegah-megah denganya, sehingga menyibukan mereka dari kampung akhirat, seingga takkala maut datang dengan tiba-tiba, maka mereka pun binasa dan berada diantara menjadi tawanan atau mati terbunuh.
Dan siapakah yang lebih sempurna permisalanya tentang kehidupan dunia ini dari apa yang telah dipermisalkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai mana yang disebutkan didalam hadist shahih dari Abu said Al-Khudry Radhiyallahu Anhu: Bahwasanya Rasulillah Shallallahu Alaihi Wasallam berdiri diatas mimbarnya kemudian beliau bersabda: “Sesunggunya yang paling aku takutkan atas kalian sepeninggalku adalah tidak dibukakanya untuk kalian kebrkahan-keberkahan dibumi, mereka bertanya’ Ya Rasulillah! Apakah kebaikan akan digantikan dengan keburukan? Nabi pun diam, seakan diatas kepala mereka ada seekor burung, kemudian beliau mengusap keringat yang membasahi wajahnya, seraya bersabda”: mana tadi yang bertanya? Apakah ia lebih baik? Beliau mengulanginya sampai tiga kali, sesungguhnya kebaikan tidak akan datang kecuali dengan kebaikan juga, dan sesungguhnya semua yang tumbuh di musim semi maka tidak aka nada yang mematikanya hingga habis, kecuali ulat-ulat pemakan daun setiap kali ia memakanya, sehingga apabila lambungnya sudah penuh iapun menghadap matahari lalu mengeluarkan kotorna dan kencingnya yang kemudian menumbuhkan Kembali rerumputan yang subur. Sesungguhnya hart aitu menghijau dan manis, dan sebaik-baik kepemilikan seorang muslim adalah adalah orang-orang yang mengambil harta tersebut dengan haknya kemudian meletakanya di jalan Allah, dan untuk anak-anak yatim, orang-orang miskin, Dan barang siapa yang tidak mengambil menurut haknya makai ia sama seperti ulat yang tidak mengenal kenyang, sehingga harta tersebut menjadi saksi baginya pada hari kiamat.
Pada hakekatnya dunia ini tidaklah tercela dengan sendirianya, dan yang tercel aitu adalah perlakuan seorang hamba padanya, dunia ini adalah titian dan jembatan yang akan mengantarkan seorang hamba apakah kesurga ataupun ke neraka, dan dia adlah ladang untuk akhirat yang darinya diperoleh perbekalan surga, serta kebaikan hidup yang akan didapatkan ole penghuni surga.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا ۢبِمَآ اَسْلَفْتُمْ فِى الْاَيَّامِ الْخَالِيَةِ
Artinya: “(kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al-Haqqah: 24)
Sesungguhnya ancaman dan siksa di atas hanyalah bagi orang-orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia di bandingkan akhirat, sehingga dunia menjadi tujuan terbesar dari usahanya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, yang artinya: “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. (QS. An-Nazi’at: 37-39).
Demikianlah apa yang bisa saya buat artikel ini, kurang lebihnya saya mohon maaf. Wallahu Ta’ala A’lam.
REFERENSI:
Diambil dari : Buletin An- Nadwa, yang ditulis oleh : Syaikh Abdur Razzaq Al-Badar
Di ringkas oleh: Abdul Hadi Martapian
Baca juga artikel:
Leave a Reply