TAUBAT DARI DOSA-DOSA BESAR

CARA TAUBAT DARI DOSA BESAR WEB FIX

 

TAUBAT DARI DOSA-DOSA BESAR

  1. Taubat dari dosa syirik

Siapa yang mengenali watak dan tabiat pribadinya secara baik, akan mengetahui secara pasti bahwa jiwanya menjadi sumber segala keburukan dan tempat setiap kejahatan yang mengantarkan kepada bencana. Dan termasuk sunnatullah yang berlaku pada setiap hamba adalah, siapa yang meniti jalan hidayah dan mengikuti agama yang hanif pasti akan selamat. Sebaliknya siapa yang memilih kesesatan, menyelisihi jalan yang lurus, menempuh langkah setan dan menyimpang dari syariat akan binasa dan tersesat kedalam kesyirikan dan kekufuran. Siapa yang berbuat syirik akan terusir dari rahmat Allah, surga diharamkan baginya, dan tempat kembalinya adalah neraka.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: 

اِنَّه مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

Artinya: ”Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (QS. Al-Ma’idah Ayat : 72)

Allah maha pengampun dan terus memberi peluang taubat kepada para hambanya dari segala dosa termasuk kekufuran dan kesyirikan, seperti yang telah ditegaskan Allah Subhanahu wata’ala  dalam firmannya,

قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّنْتَهُوْا يُغْفَرْ لَهُمْ مَّا قَدْ سَلَفَۚ وَاِنْ يَّعُوْدُوْا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْاَوَّلِيْنَ

Artinya: Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu (Abu Sufyan dan kawan-kawannya), “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi) sungguh, berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu (dibinasakan).” (QS. Al-Anfal,  Ayat:  38)

Sesungguhnya pintu taubat senantiasa terbuka untuk segala macam dosa termasuk dosa syirikdan kufur, asalkan ada kemauan kuat, hasrat besar, tekad bulat, penyesalan yang JuJur dan keinginan yang tulus untuk melepaskan dari belitan maksiat mengakui kesalahan.

  1. Dosa Selain Syirik

Dosa-dosa dibawah kesyirikan terbagi menjadi 2:

pertama, dosa yang terkaitan dengan hak-hak Allah. Dan ini terbagi menjadi 2:

  1. Dosa akibat meninggalkan kewajiban yang bisa diperbaiki, misalnya meninggalkan sholat, tidak berpuasa dan tidak menunaikan haji padahal mampu, maka cara taubatnya harus mengqadha kewajiban yang telah ditinggalkan setelah ia mampu atau ada kesempatan. Namun terkadang, qadha juga disertai dengan membayar kafarah, seperti orang yang melanggar sumpah, zihar, menggauli istri pada siang hari bulan Ramadhan dan yang lainnya.
  2. Dosa yang dilakukan karena kejahilan dan tidak mengenal Allah secara benar, tidak menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah. Jenis dosa ini cara bertaubatnya dengan beristighfar dan kembali secara sungguh-sungguh kepada Allah. Adapun jika dosa tersebut berupa kekafiran, taubatnya harus dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, mengakui kembali apa yang ia ingkari dan mengingkari keyakinan yang menyebabkan dia kafir. Jika faktornya kebodohan atau berpaling, maka ia harus menuntut ilmu dan mempelajari apa yang bisa melindungi dan membentengi dari perbuatan dosa untuk kedua kalinya.

Kedua, dosa yang terkait dengan hak-hak manusia. Dosa ini juga terbagi menjadi dua:

  1. Hak tersebut bisa diganti dengan semisalnya. Seperti harta, cedera, nilai barang-barang yang rusak, barang yang dicuri dan harta yang dirampas dan sepadannya. Dalam hal ini, orang yang hendak taubat wajib mengembalikan seluruh hak-hak yang diambilnya kepada pemiliknya, baik berupa harta maupun yang lainnya jika memang ada. Bila barang penggantinya tidak ada atau sudah habis, maka ia harus digantii dengan barang sejenisnya dan tidak bisa diganti dengan selainnya kecuali atas persetujuan pemiliknya. Jia pemilihnya tidak ditemukan, maka diberikan kepada ahli warisnya atau disedekahkan atas namanya.

Adapun yang berhubungan dengan qishash, harus dilakukan dengan cara yang telah disyari’atkan. Namun semua itu tidak dilakukan hanya mencukupkan diri dengan taubat, dimana dia menyesal, berhenti berbuat dosa dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, maka taubatnya sah, antara dia dengan Allah. Sedangkan urusannya dengan hak-hak manusia tetap dituntut dan masih belum terhapus. Siapa yang tidak mendapati jalan untuk bebas dari kewajibannya karena uzur, maka ampunan Allah tetap bisa diharapkan dan karunianya senantiasa melimpah. Betapa banyak Allah mengganti keburukan dengan kebajikan.

Hal-hal yang tidak bisa diganti dengan semisalnya tapi balasannya dengan selainnya. Contoh, menuduh berbuat zina hukumanya dalah dicambuk delapan puluh kali. Sementara hukuman berzina adalah dirajam bila dia telah menikah dan dicambuk seratus kali dan dibuang (diasingkan) selama satu tahun selama ia belum menikah.

Untuk ghibah atau menggunjing dan mengadu domba, pelakunya berdosa dan berhak untuk diadzab jika ia tidak meminta maaf kepada orang yang digunjingnya. Dosa seperti ini selama belum diketahui oleh orang yang digunjingnya, taubat bisa dilakukan dengan menyesalinya, berhenti melakukannya, banyak memohonkan ampunan dan kebaikan buat orang yang digunjingnya, mendustakan dirinya atas tuduhannya, banyak melakukan kebaikan kepada orang yang dirusak keluarganya, menyebut orang yang digunjingnya atau dituduhnya bdengan kebalikan dari gunjingan atau tuduhan yang pernah ia berikan pada suatu majelis, dengan cara menggantikannya dengan pujian, sanjungan dan menyebut kebaikannya. Dan mengganti tuduhan dengan menyebut keshalihan dan kebersihannya serta memohon ampunan baginya sesuai kadar kunjingannya.

  1. Dosa besar

Dosa besar adalah suatu perkara yang dilarang Allah dan Rasulnya dalam al-Kitab dan as-Sunnah, pelakunya diberi hukuman had didunia atau ancaman neraka diakhirat atau dinafikan keimanan darinya, atau mendapatkan kutukan, atau adanya anjuran sikap berlepas diri darinya atau dinyatakan bukan termasuk golongan kami.

Dosa besar selain syirik dan kufur sangat banyak ragamnya, seperti membunuh, meminum khamr, durhaka kepada orang tua, mencuri, berjudi, berzina, merampok, korupsi, menyuap, tidak menutup aurat, meniggalkan shalat, sihir makan riba, makan harta anak yatim dan yang lainnya. Semua dosa besar berbahaya dan merusak hubungan dan kedekatan seorang hamba kepada Allah. Dosa menjatuhkan seorang manusia kedalam jurang kehinaan dan kenistaan hingga pelakunya kembali kepada agama Allah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

Artinya: “Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem ‘iinah (seseorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan pembayaran di belakang, tetapi sebelum si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya kembali dengan harga murah -red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari dirimu sebelum kamu rujuk (kembali) kepada dienkamu”. [HR. Abu Dawud dalam sunannya].

Rasulullah telah mengingatkan tentang dosa-dosa besar yang menhancurkan dan memerintahkan kepada umatnya agar menjauhinya dan bertaubat darinya sesegera mungkin tanpa menunda-nunda.

Kareana manusia dibekali insting, kecondongan dan syahwat, maka manusia mudah menyimoang dari jalan yang lurus, terjatuh dalam maksiat, dan melampai batas. Faktor pendorong tabiat, keinginan nafsu dan syahwat yang menyimpang itu bermuara pada kejahilan atau kelemahan. Tidak ada satu hal yang lebh utama daripada taubat, kareana taubat bisa membersihkan jiwa yang berkarat dari segala kotoran dan mengembalikan rahani bersih sebening kaca dan hati menjadi suci seputih salju.

  1. Dosa kecil bisa berubah menjadi besar

Kita harus ingat, tidak boleh lengah, akan adanya dosa kecil yang bisa berubah menjadi dosa besar lantaran faktor-faktor berikut ini.

Pertama, dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus. Ada kata mutiara “tidak ada dosa kecil dilakukan terus menerus dan tidak ada dosa besar karena beristighfar”. Satu dosa besar bisa sirna dengan beristighfar (dengan syarat tidak berbuar dosa yang sejenis) dan lebih mempunyai harapan untuk dimaafkan daripada dosa kecil yang dilakukan terus menerus.

Ibarat tetesan air yang jatuh kesebuah batu secara terus menerus, ia akan meninggalkan bekas, berbeda kalau air tersebut ditumpahkan sekaligus. Begitu juga dengan amal shalih yang jumlahnya sedikit dilakukan terus menerus, lebih berbobot dari pada amal shalih yang jumlahnya banyak tapi dilakuka hanya sekali saja, rasulullah pernah ditanya,

أيّ الأعمال أحبّ إلى الله؟ قال: أدؤمها و إن قلّ

Artinya: “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah? Rasulullah bersabda, “amalanyang Langgeng meskipun sedikit”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan Aisyah ketika beramal senantiasa melanggengkan.

Kedua, meremehkan dosa. Kalau seoran hamba menganggap besar kesalahannya, maka kesalahan itu akan menjadi kecil dihadapan Allah, sebaliknya, kalau ia meganggap remeh suatu kesalahan, maka kesalahan tersebut menjadi besar sisi Allah. Sebab menganggap besar suatu dosa akan menumbuhkan kebencian dihati terhadapnya, kebencian itulah yang menghalangi dia berbuat kesalahan berikutnya. Sementara, sikap meremehkan menumbuhkan keakraban terhadap kemaksiatan itu dan menguat dalam hati.

Oleh sebab itu, hati butuh disinari dengan ketaatan dan jangan sampai dikotori dengan kemaksiatan. Telah disebutkan dalam satu riwayat, orang mukmin melihat dosanya seperti otrnag yang sedang berdiri dilereng gunung takut kejatuhan batu-batu besar dari atas. Sedangkan orang-orang munafik melihat dosanya seperti lalat lewat didepan hidungnya yang dengan mudah disingkirkan. Itulah kenapa dosa yang diperbuat orang alim lebih besar dampaknya  dari pada dosa yang dilakukan orang jahil. Dosa orang awam bisa dimaafkan tapi dosa orang alim tidak. Sebab, besarnya pelanggaraan menginguti kadar dan bobot ilmu serta posisi pelakunya.

Ketiga, bergembira dengan dosa kecil akan mempercepat kelamnya hati. Kalau seorang hamba terbisa dengan dosa, merasa akrab dengan manisnya maksiat dan menikmati lezatnya peanggaran, maka semakin besar pengaruhnya dalam merusak dan mengotori hati.

Keempat, terlena dengan penudaan sanksi Allah atas maksiat yang dilakukan. Seorang hamba kadang tidaka mengerti  bahwa dia sedang ditunda sanksi maksiatnya  dan tidak menfdapatkan balasan kontan dari murka Allah agar semakin bertambah dosa. Bahkan, ketika dia mendapatkan kemudahan  berbuat maksiat, itu diyakini sebagai bentuk bantuan da karunia dari Allah. Ini terjadi karena dia merasa aman dari makar Allah.

Kelima, menampakakn maksiat yang telah ditutupi Allah, dengan cara bercerita kepada orang lain atau melakukan maksiat dtempat yang terbuka. Dia tidak sadar kalau dia telah merobek tirai yang telah dipasang Allah untuk menutupi kemaksiatannya. Dan keduanya sebagai bentuk kejahatan berlipat ganda karena perbuatannya itu akan mendorong orang lain untuk melakukannya.

Keenam, pelaku dosa sebagai publik figur atau tokoh panutan. Orang seperti ini akan bertambah dosanya  jika dosa dan maksiatnya disaksikan dengan didengar oleh para idolanya. Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَ مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَ وِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Artinya: “Barangsiapa mengadakan sesuatu sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala sunnah dan pahala orang lain yang mengerjakannya hingga akhir kiamat. Dan barangsiapa mengerjakan sesuatu sunnah yang buruk, maka atasnya dosa membuat sunnah buruk itu dan dosa orang yang mengerjakannya hingga akhir kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kalau orang alim berbuat dosa, maka dilipatkan sanksinya. Juga kalau dia berbuat kebaikan, maka akan dilipatkan pula pahalanya dan mendapatkan pahala orang yang mengikutinya

Demikianlah cara-cara bertaubat dari dosa besar, jika dosanya berkaitan dengan hak-hak Allah  maka cara bertaubatnya bisa langsung kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya dan dengan membayar kafarah terlebih dahulu dan yang lainnya, selanjutnya jika dosanya berkaitan dengan hak-hak  manusia maka taubatnya dengan mengembalikan hak-hak orang lain yang diambilya, meminta maaf terlebiih dahulu kepada orang yang sudah didzalimi dan yang lainnya. Allahu a’lam bis shawab

           Insya Allah bersambung

 

Artikel ini diambil dari kitab ya Allah ampuni aku, bertaubat sebelum terlambat

Ditulis oleh Zainal Abidin bin Syamsuddin

Dan diringkas ulang oleh: Nurmmin Haria Putri

Baca juga artikel:

Air Mata Orang Tua (Bagian 2)

Nasihat-Nasihat Untuk Para Pendidik Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.