Meraih KHUSYU’ dalam Beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala

BERIBADAH

Meraih KHUSYU’ dalam Beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala -Kedudukan khusyu’ dalam ibadah,seperti ruh(jiwa) dalam tubuh manusia,sehingga ibadah yang dilakukan tanpa khusyu’ adalah ibarat ruh tanpa jasad alias mati.oleh karena itu allah subhanawata’ala memuji para nabi dan rosul dengan sifat mulia ini.mereka adlah hamba-hamba-Nya yang memiliki keimanan sempurna dan selalu dalam bersegera dalam kebaikan.

Allah subhanawata’ala berfirman :

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Artinya:

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka selalu berdo’a kepada kami dengan berharap dan takut.dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’(dalam beribadah) “. (QS. Al-Anbiya’/21: 90).

 

Dalam ayat lain, Allah subhana Wata’ala memuji hamba-hambanya yang shalih dengan sifat-sifat mulia yang ada pada diri mereka,diantaranya sifat khusyu’.

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ

وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ

فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

 

Artinya:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,laki-laki dan perempuan mukmin,laki-laki dan perempuan tetep dalam ketaatannya,laki-laki dan perempuan yang benar,laki-laki dan perempuan yang sabar,laki-laki dan perempuan yang khusyu’,laki-laki dan perempuan yang bersedekah,laki-laki dan perempuan yang berpuasa,laki-laki dan perempuan yang senantiasa memelihara kehormatannya,laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama allah allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS.al-Ahzab/33: 35).

 

Bahkan allah subhanawata’ala menjadikan sifat agung ini termasuk ciri utama orang-orang yang sempurna imannya dan sebab keberuntungan mereka,dalam firman-Nya :

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”. (QS.al-Mu’minun/23: 1-2).

Oleh karena itu, rosulullah salallahu’alaihi wasalam memohon kepada allah subhanahu wata’ala sifat mulia ini dalam doa beliau salallahu’alaihi wasalam ;

Ya, allah hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikanlah sebagai orang miskin,kumpulkanlah aku didalam golongan orang-orang miskin pada hari kiamat.

Arti orang miskin dalam hadist ini adalah orang yang selalu merendahkan diri,tunduk dan khusyu’ kepada  Allah subhanawata’ala.

Arti Khusyu’ dan Hakikatnya

Secara bahasa arti khusyu’ berarti as-sukun (diam/tenang ) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber didalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia .

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata,”asal sifat (khusyu’) adalah kelembutan,ketenangan,ketundukan,dan kerendehan diri dalam hati manusian (kepada allah subhanawata’ala), tatkala hati manusia telah khusyu’ maka semua anggota badannya akan ikut khusyu’ karena anggota badan selalu mengikuti hati,sebagaimana sabda nabi salallahu’alaihi wasalam :

‘ketahuilah sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging itu baik maka baik juga seluruh tubuh manusia,dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruh seluruh tubuh manusi,ketahuilah bahwa segumpaldaging itu adalah hati manusia.

Maka jika hati seseorang khusyu’, pendengaran, penglihatan, kepala, wajah, dan semua badannya ikut khusyu’, (bahkan semua) yang bersumber dari anggota badannya.

Imam ibnu-Qayyim rahimahullah berkata,”para ulama sepakat mengatakan bahwa khusyu’tempatnya dalam hati dan bahwa tandanya terlihat dari anggota badan.”

Syeikh ‘abdur-Rahman as-Sa’di rahimahullah berkata,”khusyu’ dalam shalat hadirnya hati (seorang hamba) kepada allah subhanawata’ala dengan merasakan kedekatannya,sehingga hatinya merasa tentram dan jiwanya merasa tenang,juga semua gerakan anggota badannya menjadi tenang dan tidak berpaling dalam urusan lain dan bersikap santun kepada allah subhanawata’ala dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan yang dilakukan dalam shalat dari awal sampai akhir.maka dengan ini akan sirna bisikan-bisikan (setan) dan pikiran-pikiran yang buru.inilah ruh dan tujuan shalat.

Inilah makna ucapan salah seorang ulama salaf ketika beliau melihat seseorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya: ”seandainya hati seorang itu khusyu’maka akan khusyu’semua anggota badannya”.

Khusyu’ Adalah Buah Manis Dari ilmu Yang Bermanfaat

Dalam sebuah hadist yang shahih Rasulullah salallahu’alaihi wasallam pernah berdoa :

Ya,allah seseungguhnya aku berlindung kepada-MU dari ilmu yang tidak bermanfaat,dari hati yang tidak khusyu’dari jiwa yang tidak pernah puas,dan dari doa yang tidak pernah dikabulkan”.

Dalam hadits yang agung ini, Rasulullah salallau’alaihi wasalam menggandengkan empat perkara yang tercela ini sebagai isyarat bahwa ilmu yang tidak bermanfaat memiliki tanda-tanda buruk yaitu,hati yang tidak pernah khusyu’ , jiwa yang tidak pernah puas,dan doa yang tidak dikabulkan.na’uzu billahi min dzalik.

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata,”hadist ini menunjukkan bahwa ilmu yang tidak menimbulkan (sifat) khusyu’dalam hati maka ia adalah ilmu yang tidak bermanfaat.sehingga hadist ini merupakan argumentasi yang menunjukkan bahwa sifat khusyu’adalah termasuk buah yang manis dan agung dari ilmu yang bermanfaat.

Khusyu’ dalam shalat

Sifat khusyu’ dituntut dalam semua bentuk ibadah dan ketaatan kepada allah subhanawata’ala,akan tetapi dalam ibadah shalat,sifat yang agung ini lebih terlihat wujud dan pengaruh positifnya.

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata: ”sungguh allah telah mensyari’atkan bagi para hamba-Nya berbagai macam ibadah yang akan tampak padanya kekhusyu’an (anggota) badan seorang hamba yang bersumber dari kekhusyu’an.ketundukan dan kerendahan diri dalam hati dan termasuk kedalam ibadah yang paling tampak padanya kekhusyuan adalah ibadah shalat.Allah subhanawata’ala memuji hamba-hamba-Nya yang khusyu’ dalam shalat dalam firman-Nya:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2)

Artinya:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu)orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”. (QS.al-Mu’minun/23: 1-2).

 

Syeikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,”para ulama menafsirkan arti khusyu’dalam shalat, yaitu diamnya anggota badannya yang disertai dengan ketenangan hati.maksudnya menghadirkan(mengkonsentrasikan) hati dalam shalat dan menjadikan anggota badan tenang maka tidak ada perbuatan yang sia-sia dan main-main (dalam shalat) jika disertai hati yang konsentrasi menghadap kepada allah subhanawata’ala tatkala hati seorang hamba yang menghadap allah ta’ala yang maha mengetahui isi hati,maka hamba tersebut akan selalu dan senantiasa meraih kekhusyu’an dalam shalatnya dan memusatkan pikiranya keda Dzat yang ia sedang bermunajat kepada-Nya yaitu Allah subhanawata’ala kalau demikian,khusyu’ adalah sifat rohani dalam diri manusia yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan anggota badan.”

Ciri ini yang ada pada orang-orang yang sempurna keimanannya, yaitu para shahabat radhiyallahu ‘anhum sebagaimana dalam firman allah ta’ala.

Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud. (QS. Al-Fath/48: 29).

Imam Mujahid rahimahullah dan beberapa ulama ahli tafsir lainnya berkata tentang makna ayat ini,”yaitu khusyu’( dalam shalat) dan tawadhu’(sikap merendahkan diri)”.

Lebih lanjut  Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan manfaat dan faidah besar dari shalat yang khusyu’dalam membawa seorang mukmin untuk merasakan manisnya iman dan menjadikan shalatnya sebagai qurratul-‘ain (penyejuk/menghibur hati) baginya.” Beliau berkata,”khusyu’ dalam shalat hanyalah diraih oleh orang yang hatinya tercurah sepenuhnya kepada shalat yang ia kerjakan ), ia dia hanya menyibukkan diri dan mengutamakan shalat tersebut dari hal-hal lainnya. ketika itulah shalat menjadikannya sebab kelapangan jiwa dan kesejukan hati .

Sebagaimana  sabda rosulullah salallahu’alaihi wasalam dalam hadist riwayat imam Ahmad dan an-Nasa’i,dari annas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwa rasulullah salallahu ’alaihi wasallam bersabda :

Allah menjadikan quratul-‘ain (penyejuk/penghibur hati) bagiku pada (waktu aku melaksanakan ) shalat.’

REFERENSI:

 

Dinukil dari : Majalah as-Sunnah, No.03-04/Thn.XVII Sya’ban-Ramadhan 1434 H, Juli-Agustus 2013 M

Ditulis oleh : Ustadz Abdullah bin taslim al-buthani, M.A. Hafidzuhullah ta’ala

Diringkas oleh : wagirin

Baca Juga Artikel:

Bekal Menuju Akhirat (Bagian 1)

Bolehkah Wanita Berenang di Kolam Renang

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.