ANTARA DOSA DAN BENCANA
Oleh: Ustadz Abu Abdirrohman Abdulloh Amin
Diringkas oleh : Abu Ghifar Supriadi
Dari Abdulloh bin Umar rodhiallahuánhu ia berkata :
أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ الله يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
Artinya:
Rosulullah Shallallahu álaihi wassallam menghadap kami, lalu beliau bersabda: “wahai sekalian kaum muhajirin, ada lima hal yang apabila kalian tertimpa dengannya, dan aku berlindung kepada Allah Subhanahu wataála jangan sampai kelima ini menimpa kalian:
- Tidaklah Nampak nyata perbuatan keji pada suatu kaum, hingga mereka terang-terangan dalam melakukannya melainkan akan tersebar di antara mereka wabah dan penyakit yang belum pernah terjadi pada generasi sebelum mereka yang telah lampau.
- Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan akan ditimpakan paceklik kepada mereka, sulitnya kehidupan dan kelaliman penguasa atas mereka.
- Tidaklah mereka menolak membayarkan zakat harta mereka, melainkan akan ditahan tetesan air dari langit. Seandainya bukan karena binatang ternak, niscaya tidak akan diturunkan hujan atas mereka.
- Tidaklah mereka melanggar aturan Allah Subhanahu wataála dan Rasul-Nya melainkan Allah Subhanahu wataála akan memberikan kekuasaan kepada musuh dari selain mereka.
- Dan selama para pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah, dan mereka milih-milih apa yang diturunkan Allah Subhanahu wataála melainkan Allah Subhanahu wataála akan jadikan bencana mereka ada diantara mereka” (Hadits shahih, HR. Ibnu Majah dalam sunannya (4009))
Segala sesuatu adalah milik Allah Subhanahu wataála dan berada dalam kerajaan-Nya Ázza wajalla. Tidaklah terjadi sesuatu dalam kerajaan Allah Ázza wajalla melainkan dengan perintah-Nya Subhanahu wataála . Namun demikian Allah Subhanahu wataála Maha Adil dan Maha Bijaksana. Mereka hidup di bawah rahmat kebaikan mereka atau balasan keburukan mereka. Selama hamba istiqomah di atas syariát Allah Subhanahu wataála , maka akan tegaklah dunia dengan membawa manfaat dan tidak akan membawa mudhorot bagi mereka, ditambah lagi ganjaran yang agung di akhirat kelak. Tidaklah manusia terhalangi dari nikmat-Nya atau tertimpa musibah pada dirinya melainkan karena dosa yang dia lakukan,
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wataála.
وَلَو أَنَّ أَهلَ ٱلقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَواْ لَفَتَحنَا عَلَيهِم بَرَكَٰت مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَرضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكسِبُونَ
Artinya:
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. al-A’raf [7]:96)
Meskipun demikian, Allah Subhanahu wataála masih sayang kepada para hamba-Nya. Rahmat-Nya masih mengalahkan murka-Nya. Seandainya Allah Subhanahu wataála menghukum setiap perbuatan manusia, tentu tidak ada manusia yang bertahan di dunia ini melainkan akan mendapatkan bencana dan malapetaka akibat perbuatannya. Namun apa yang ditimpakan Allah Subhanahu wataála hanya Sebagian kecil saja dari akibat perbuatan mereka dan masih banyak yang dimaafkan Allah Subhanahu wataála.
Allah Subhanahu wataála berfirman :
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَة فَبِمَا كَسَبَت أَيدِيكُم وَيَعفُواْ عَن كَثِيرٍ
Artinya:
“Dan musibah apapun yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan Sebagian besar (kesalahan-kesalahan kalian)”. (QS. asy-Syuro [42]:30)
Dari sini lah para sahabat mengambil pelajaran dari peristiwa musibah dalam perang Uhud yang merupakan peringatan terhadap akibat pelanggaran Sebagian mereka terhadap wasiat dan pesan Rasulullah Shallallahu álaihi wassallam kepada para pasukan pemanah:
“Ápabila kalian melihat kami dicabik-cabik burung, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian ini hingga utusan dikirim kepada kalian. Dan apabila kalian melihat kami telah mengalahkan mereka dan kami telah menginjak mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat kalian hingga utusan dikirim kepada kalian.“
Kaum muslimin pun berhasil memukul mundur musuh hingga Abdullah bin Jubair rodhiallahuánhu mengatakan, “demi Allah Subhanahu wataála saya melihat para wanita berlari kencang hingga Nampak gelang dan betis-betis mereka karena mangangkat pakaian mereka.”para pemanah anggota Abdullah bin Jubair rodhiallahuánhu mengatakan, “Ghonimah-wahai kaum, ghonimah! Para sahabat kalian telah menang, apa yang kalian tunggu?” Abdullah bin Jubair rodhiallahuánhu mengatakan, “apakah kalian lupa apa yang telah disabdakan Rasulullah Shallallahu álaihi wassallam kepada kalian?”mereka menjawab, “Demi Allah Subhanahu wataála , sungguh kami akan mendatangi mereka dan kita akan mendapatkan ghonimah?”Ketika mereka turun, maka mereka diserang oleh musuh hingga tidak ada yang tersisa Bersama Nabi Shallallahu álaihi wassallam melainkan dua belas orang saja. Mereka berhasil membunuh tujuh puluh orang diantara kami, padahal dalam perang Badar Nabi Shallallahu álaihi wassallam dan para sahabat telah mendapatkan 140 orang, tujuh puluh orang terbunuh, dan tujuh puluh orang tertawan.
Demikian pula peristiwa Hunain, dimana mereka merasa takjub dengan besarnya jumlah mereka, hingga Allah Subhanahu wataála tunjukkan bahwa jumlah yang besar bukanlah ukuran kemenangan. Ibnul qoyyim rohimahullah mengatakan: “barangsiapa yang memiliki pengetahuan tentang kondisi alam dan awal penciptaannya, ia akan mengetahui bahwa seluruh kerusakan dalam cuaca, tumbuhan, hewan dan kondisi penghuni ala mini terjadi setelah tercipta dengan sebab yang mengharuskan terjadinya …. Seandainya pengetahuanmu tidak luas dalam hal ini, maka cukuplah bagimu firman Allah Subhanahu wataála :
ظَهَرَ ٱلفَسَادُ فِي ٱلبَرِّ وَٱلبَحرِ بِمَا كَسَبَت أَيدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُم يَرجِعُونَ
Artinya:
Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka Sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka Kembali (ke jalan yang benar). (QS. ar-Rum [30]: 41)
Terapkan ayat ini kepada keadaan alam dan kenyataan yang ada. Engkau akan melihat bagaimana terjadinya berbagai kerusakan dan cacat sepanjang waktu dalam buah, tanaman dan binatang. Bagaimana bisa muncul dari kerusakan tersebut berbagai kerusakan lain secara estafet, sambung-menyambung antara satu dengan yang lain. Setiap kali manusia melakukan kezoliman dan kejahatan, maka Allah Subhanahu wataála mendatangkan kepada mereka berbagai kerusakan dan problematika dalam makanan tersebut, buah-buahan, cuaca air, tubuh mereka, bentuk dan akhlak mereka. Itu semua merupakan konsekuensi dari amal, kezholiman dan kejahatan mereka. Dahulu biji-bijian seperti gandum dan selainnya lebih besar dari yang ada sekarang, sebagaimana yang riwayatkan al-Imam Ahmad dengan sanadnya, bahwasanya didapatkan pada Sebagian lumbung Bani Umayyah sebuah karung yang di dalamnya berisi biji-biji gandum sebesar biji kurma dan tertulis padanya: “ini dahulu tumbuh pada hari-hari keadilan.” Kisah ini disebutkan al-Imam Ahmad setelah meriwayatkan sebuah hadits di dalamnya…. Wabillahit taufiq.”)
Apabila dosa dan kemaksiatan telah banyak dan merata, Allah Subhanahu wataála akan menimpakan bencana yang tidak hanya akan menimpa orang-orang yang bebuat zholim semata, sebagaimana firman Allah Subhanahu wataála :
وَٱتَّقُواْ فِتنَة لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُم خَآصَّةۖ وَٱعلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلعِقَابِ
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zholim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya. (QS. al-Anfal [9]: 25)
Rasullullah Shallallahu álaihi wassallam bersabda:
يَكُونُ فِي آخِرِ الأُمَّةِ خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَقَذْفٌ قَالَتْ: قُلْتُ، يَا رَسُولَ اللهِ! أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ، إِذَا ظَهَرَ الْخُبْثُ.
Artinya:
”Akan ada di akhir umat ini pembenaman ke dalam bumi, perubahan wajah (menjadi kera dan babi) dan hujan batu. “ ’Aisyah rodhiallahuánha bertanya: “wahai Rasulullah Shallallahu álaihi wassallam , apakah kami akan binasa padahal masih ada orang-orang shalih diantar kami?” Rasulullah Shallallahu álaihi wassallam menjawab: “Ya, apabila keburukan telah Nampak nyata.” (Shahih, HR. At-Tirmidzi dalam sunannya (2185))
Dalam hadits yang lain, Ketika ditanya kapan hal itu terjadi, Rasulullah Shallallahu álaihi wassallam menjawab :
إِذَا ظَهَرَتْ الْقِيَانُ وَالْمَعَازِفُ وَشُرِبَتْ الْخُمُوْرُ
Artinya:
“Apabila telah nampak nyata para biduanita dan alat-alat musik dan khomer telah diminum.” (Hasan lighairihi, HR. At-Tirmidzi dalam sunannya (2212), dihasankan oleh Syeikh Al-Albani)
Demikianlah hubungan yang berkaitan erat antara dosa dan maksiat dengan bencana dan musibah. Sudah saatnya kita mengintrospeksikan diri dengan berbagai musibah dan bencana yang telah menimpa Sebagian dari kita. Itu semua bukanlah sekadar kejadian alam semata, namun semua peringatan dan hukuman terhadap Sebagian dosa dan maksiat manusia, Ketika telah melampaui batas.
Wallahul mustaán
Sumber :
Majalah Al-Mawaddah Vol. 37 Shofar 1432 H
Januari – Februari 2011 M
Diringkas oleh: Supriadi (Pegawai Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits)
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply