IBADAH-IBADAH DI BULAN RAMADHAN
Oleh: Said Yai Ardiansyah, M.A.
Bulan Ramadhan adalah bulan ibadah. Seorang muslim sangat giat beribadah di bulan ini dan sangat mudah meninggalkan banyak perbuatan maksiat. Karena jumlah harinya hanya 29 atau 30 hari maka sudah sepantasnya seorang muslim memanfaatkannya dengan baik untuk banyak beribadah di bulan ini.
Bulan ini memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Al-Qur’an diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diutus pada bulan Ramadhan.
- Pada bulan Ramadhan setan-setan akan dibelenggu, seluruh pintu-pintu neraka ditutup dan seluruh pintu-pintu surga dibuka oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ )).
“Jika telah datang bulan Ramadhan maka dibukakanlah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu Jahannam dan setan-setan dirantai.” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
- Beramal di bulan Ramadhan bisa menghapuskan dosa-dosa antara Ramadhan yang lalu dengan Ramadhan yang sekarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِر)).
Artinya: “Shalat lima waktu, Jum’at yang satu ke Jum’at yang lainnya dan Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang lainnya dapat menghapuskan dosa di antara (waktu-waktu) tersebut jika menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan bulan yang penuh berkah ini.
Berkaitan dengan bulan Ramadhan, Malaikat Jibril ‘alaihissalam pernah berdoa agar orang yang mendapatkan bulan Ramadhan tetapi dosa-dosanya tidak diampuni maka dia akan mendapatkan kerugian dan kehinaan yang besar. Hal tersebut ternyata diaminkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dijelaskan pada hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- رَقِيَ الْمِنْبَرَ فَقَالَ: (( آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ ))، فَقِيلَ لَهُ: ((يَا رَسُولَ اللَّهِ ! مَا كُنْتَ تَصْنَعُ هَذَا؟ )) فَقَالَ: (( قَالَ لِي جِبْرِيلُ: أَرْغَمَ اللَّهُ أَنْفَ عَبْدٍ -أَوْ بَعُدَ- دَخَلَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ …إلخ )).
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menaiki mimbar seraya berkata, “Amin! Amin! Amin!” Setelah itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun ditanya, “Apa yang tadi engkau lakukan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Jibril berkata kepadaku, ‘Mudah-mudahan Allah menghinakan seorang hamba yang telah memasuki Ramadhan tetapi dia tidak diampuni.’ Aku pun mengatakan, ‘Amin.’…” (HR. Ibnu Khuzaimah di Shahih-nya, Ibnu Hibban di Shahih-nya dan yang lainnya dari . Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang merugi dan dihinakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Amin. Oleh karena itu, penting sekali penulis mengingatkan diri penulis dan pembaca agar dapat memanfaatkan bulan Ramadhan ini semaksimal mungkin.
Untuk memaksimalkan ibadah kita di bulan ini banyak sekali amalan-amalan yang dapat kita lakukan. Akan tetapi, sebelum penulis menyebutkan semua amalan tersebut, sebaiknya kita mengetahui dua syarat suatu amalan akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dua syarat tersebut adalah:
- Ikhlas dan lawannya adalah syirik
Seluruh amalan kita harus hanya diserahkan kepada Allah dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya . Termasuk bentuk syirik adalah riya’ (pamer dan ingin dipuji).
- Mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak mengadakan hal yang baru di dalam agama.
Berikut ini adalah amalan-amalan yang kita lakukan di bulan Ramadhan beserta sedikit penjelasannya:
- Shaum/Shiyam/Puasa
Shaum Ramadhan hukumnya wajib dikerjakan oleh semua kaum muslimin dan muslimat yang baligh dan berakal terkecuali orang-orang yang memiliki ‘udzur, seperti: sakit, safar (perjalanan jauh), haidh, nifas, hamil, menyusui dll. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 183)
Shaum/puasa memiliki banyak keutamaan, di antaranya disebutkan pada hadits berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، يَقُولُ الصِّيَامُ : أَيْ رَبِّ ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ : مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ ، قَالَ : فَيُشَفَّعَانِ.))
Artinya: Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Wahai Rabb–ku! Saya telah menghalanginya dari makanan dan (memenuhi) syahwatnya di siang hari. Berilah saya izin untuk memberi syafaat untuknya. Al-Qur’an pun berkata, ‘Saya telah menghalanginya untuk tidur di malam hari. Berilah saya izin untuk memberi syafaat untuknya.’ Akhirnya mereka pun dapat memberikan syafaat.” (HR. Ahmad di Musnad-nya, Al-Hakim di Al-Mustadrak, Al-Baihaqi di Syu’abul-Iman dan yang lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di Misykatul-Mashabih)
Agar puasa kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
- Hendaknya bersahur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً ))
Artinya: “Bersahurlah kalian sesungguhnya pada sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Hendaknya mengakhirkan sahurnya sampai dekat waktu subuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengakhirkan sahurnya, sehingga jarak antara waktu sahur dengan shalat adalah sepanjang bacaan lima puluh ayat (sekitar sepuluh menit). Banyak orang yang melalaikan hal ini. Bahkan sebagian masyarakat di suatu daerah tidak lagi bersahur karena sudah menjadi adat-kebiasaan mereka. Padahal sahur adalah pembeda antara puasa kita dengan puasa umat-umat sebelum kita.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersahur dengan tamr (kurma). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
(( نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ ))
Artinya: “Hidangan sahur yang paling baik adalah kurma.” (HR. Abu Dawud. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Sunan Abi Dawud)
- Tidak perlu melafazkan niat ketika bersahur. Karena niat tempatnya adalah di hati.
- Ketika siang hari di bulan Ramadhan, selain mengerjakan hal-hal yang wajib dan menghindari hal-hal yang membatalkan puasa, hendaknya memperbanyak amalan-amalan sunnah dan meninggalkan hal-hal yang dimakruhkan apalagi yang diharamkan.
- Hendaknya memperbanyak berdoa ketika berpuasa. Karena ini termasuk waktu yang mustajab (dikabulkan).
- Ketika hampir masuk waktu Maghrib, hendaknya benar-benar telah mempersiapkan diri untuk berbuka, sehingga mendapat keutamaan berbuka di awal waktu dan tidak mengakhirkannya.
- Ketika berbuka hendaknya berdoa dengan doa berikut:
(( ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ))
Artinya: “Dahaga telah pergi. Urat-urat pembuluh darah telah basah. Pahala telah ditetapkan. Insya Allah.” (HR. Abu Dawud. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Sunan Abi Dawud)
- Di-sunnah-kan berbuka dengan ruthab (kurma basah). Jika tidak ada, maka digantikan dengan tamr (kurma kering). Jika tidak ada, maka cukup digantikan dengan air.
- Jika berbuka di tempat orang lain hendaknya membaca doa:
(( أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ.))
Artinya: Orang-orang yang berpuasa telah berbuka di sisi kalian. Orang-orang bertakwa telah memakan makanan kalian. Dan para Malaikat berdoa untuk kalian. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Sunan Ibni Majah)
- Di-sunnah-kan juga menyediakan makanan pembuka puasa untuk orang-orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، إِنَّهُ لاَ يَنْتَقِصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ ))
Barang siapa yang memberi makanan pembuka orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahalanya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Sunan Ibni Majah)
Inilah beberapa hal yang hendaknya kita lakukan ketika kita bersahur, berpuasa dan berbuka.
- Shalat Tarawih/Qiyam Ramadhan
Setelah Isya’ sampai waktu Subuh di-sunnah-kan mengerjakan shalat Tarawih. Jumhur ulama memandang bahwa shalat Tarawih di-sunnah-kan secara berjamah. Inilah yang dikerjakan dari masa ke masa. Sebenarnya waktu yang paling afdhal untuk mengerjakannya adalah di sepertiga malam yang terakhir. Hal ini banyak orang yang melupakannya. Akan tetapi, jika merasa berat untuk mengerjakannya, maka bisa dikerjakan langsung setelah shalat Isya’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.))
Artinya: “Barang siapa yang mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ganjarannya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.“ (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hendaknya kita tidak mempermasalahkan jumlah rakaat yang dikerjakan di tiap-tiap masjid. Dan hendaknya kita bisa berlapang dada dalam menerima perbedaan tersebut.
- ‘Umrah
Untuk orang-orang yang diberi harta lebih, maka sebaiknya mengisi Ramadhan dengan berumrah ke Mekkah. Pahala umrah di bulan Ramadhan sangatlah besar dan sama seperti pahala orang yang mengerjakan haji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً. ))
Artinya: “Umrah di bulan Ramadhan seperti haji.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih Sunan Ibni Majah)
- Mencari Lailatul-qadr
Laitul-Qadr adalah satu malam di bulan Ramadhan yang pada malam itu para malaikat turun. Lailatul-Qadr tidak diketahui kapan akan terjadi di tiap tahunnya. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa malam itu terdapat di antara sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Pada malam itu seluruh bentuk amalan akan dinilai lebih baik dari amalan-amalan seribu bulan. Waktu yang sedikit tetapi dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ini berlaku untuk semua orang. Oleh karena itu, para salaf (orang terdahulu) mengisi malam-malam di akhir Ramadhan dengan beribadah dan tidak tidur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan menghidupkan malam lailatul-qadr:
(( مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِ ))
Artinya: “Barang siapa yang mendirikan (ibadah) di malam lailatul-qadr karena keimanan dan mengharapkan ganjarannya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari)
Sebagian kaum muslimin salah dalam memahami lailatul-qadr ini, sebagian memandang bahwa pada malam itu akan diturunkan cahaya untuk satu orang yang dipilih oleh Allah, sehingga pada kemudian harinya dia menjadi orang memiliki banyak kesaktian/keanehan.
Pemahaman seperti itu salah dan harus diluruskan.
- I’tikaf
I’tikaf adalah tinggal di dalam masjid dan tidak keluar darinya sampai waktu tertentu dengan niat ibadah kepada Allah. Dengan ber-i’tikaf kita tidak hanya bisa mencari lailatul-qadr, memfokuskan diri untuk beribadah dan meninggalkan urusan-urusan dunia, tetapi kita juga bisa meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sunnah i’tikaf ini banyak ditinggalkan oleh mayoritas kaum muslimin di seluruh dunia. Padahal para khatib Jum’at dan para penceramah setiap tahunnya menyebutkan keutamaannya. Seharusnya para pemuka agama tidak hanya dapat berbicara di atas mimbar, tetapi juga harus menunjukkan praktik langsungnya di masyarakat. Jika para pemuka agama beri’tikaf, insya Allah orang-orang yang lain juga akan mengikutinya, kecuali memang ada uzur yang sulit untuk ditinggalkan. Sebaiknya seluruh instansi dan perusahaan yang ada di masyarakat kita meliburkan kegiatannya pada hari-hari ini dan menganjurkan kepada seluruh pegawainya untuk ber-i’tikaf.
عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا- زَوْجِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم-: أَنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu ber-i’tikaf di sepuluh terakhir di bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah, kemudian istri-istri beliau ber-i’tikaf setelah beliau meninggal.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Orang yang sudah biasa mengerjakan amalan ini insya Allah akan merasa ada yang kurang jika dia mendapatkan bulan Ramadhan tetapi belum beri’tikaf. Apakah Anda ingin menjadi salah satunya?
- Banyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an
Bulan ini adalah kesempatan yang sangat besar untuk meluangkan waktu membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Bagi yang belum bisa membaca Al-Qur’an, maka sebaiknya segera mempelajarinya. Bagi yang bisa membaca, diusahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an. Bagi yang sudah lancar, diusahakan untuk mengkhatamkan beberapa kali dalam satu bulan. Jika telah bisa mengkhatamkan dua kali, diusahakan untuk mengkhatamkan tiga kali, kemudian empat kali, kemudian lima kali dan seterusnya.
Selain membaca diusahakan juga untuk memahami kandungan makna Al-Qur’an, baik dengan membaca terjemahan Al-Qur’an atau buku tafsir.
عن عائشة -رضي الله عنها-: … وَلَمْ يَقُمْ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةً يُتِمُّهَا إِلَى الصَّبَاحِ، وَلَمْ يَقْرَأِ الْقُرْآنَ فِي لَيْلَةٍ قَطُّ، وَلَمْ يَصُمْ شَهْرًا يُتِمُّهُ غَيْرَ رَمَضَانَ …
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata, “… Dan tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat malam dengan menyempurnakannya sampai pagi, tidak pula membaca Al-Qur’an dalam satu malam dan tidak pula berpuasa sebulan penuh dengan menyempurnakannya selain di bulan Ramadhan.” (HR Abu Dawud dari ‘Aisyah. Dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
- Memperbanyak seluruh amalan kebajikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di bulan Ramadhan sangatlah baik. Kebaikan beliau pada bulan ini lebih baik daripada kebaikan-kebaikannya di bulan yang lain. Beliau sangat mudah berinfak dan membantu orang lain pada bulan ini sebagaimana dijelaskan oleh pada hadits Ibnu ‘Abbas. Sampai-sampai Ibnu Abbas membuat permisalan ‘Kebaikan beliau lebih cepat dari pada angin (hujan) yang bertiup kencang’. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik. Sangat baiknya beliau adalah ketika di bulan Ramadhan ketika Jibril bertemu dengannya. Dulu Jibril bertemu dengannya di setiap malam di bulan Ramadhan dan mengajarkan kepada beliau Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih cepat dalam berbuat kebaikan dari angin kencang (yang membawa hujan).” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Abbas).
Inilah beberapa hal yang bisa penulis sampaikan. Mudah-mudahan kita bisa memaksimalkan ibadah-ibadah kita di bulan Ramadhan ini. Dan mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang diampuni dosa-dosanya. Amin.
Tamma bi fadhlillahi wa karamihi. Mudahan bermanfaat.
Daftar Pustaka
- Hadyun-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam fi Ramadhan. Sami bin Muhammad.
- Istiqbalul-Muslimin li Ramadhan. ‘Athiyah Muhammad Salim.
- Ramadhan Kaifa Nastaqbiluhu wa Kaifa Naghtanimuhu?. As-Sayyid Al-Arabi bin Kamal.
- Taujihat Ramadhaniyah. Ibnu Abdillah Az-Zuhairi.
- Buku-buku lain yang telah disebutkan di footnotes tulisan ini.
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply