Bicara soal hati ia merupakan bagian tubuh terpenting dalam tubuh manusia, karena baik buruknya anggota tubuh manusia terlihat dari hatinya seperti sabda Rasulullah ﷺ :
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya didalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Al-Bukhari, no.52 dan Muslim, no.1599)
Hati adalah tempat diamana Allah melihat keimanan seorang hamba kepada-Nya, yang menjadi landasan kebaikan dan kemuliaan hidup seorang hamba baik didunia maupun diakhirat, artinya apabila kita sedang berusaha untuk memperbaiki hati, maka sama saja kita sedang mengusahakan memperbaiki keimanan kita kepada Allah. Dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ اْلإِيْمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ, فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يَجَدِّدُ اْلإِيْمَانَ فِي قُلُوْبِكُمْ
Artinya : “sesungguhnya iman didalam hati bisa (menjadi) usang (lapuk) sebagaimana pakaian yang bisa usang, maka mohonlah kepada Allah untuk memperbaharui iman yang ada didalam hatimu.” (HR. Al-Hakim, 1/45, dinyatakan shohih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh Imam al-Haitsami dan Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaditsish Shahihah, no.1585)
Maka dari itu hendaklah kita banyak berdoa kepada Allah, agar hati kita Allah berikan ketetapan hati, keteguhan iman, dan petunjuk-Nya.
- Doa diBerikan Ketetapan Hati
اللّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ, صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Artinya : “Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepada-Mu.” (Hadits Shahih : HR. Muslim (no.2654), dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu ‘anhuma)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ, ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
Artinya : “Wahai Rabb yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”(Shahih: HR. Tirmidzi (no.3522) serta oleh Ahmad . Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha adalah doa Rasulullah ﷺ yang banyak dibaca oleh beliau.
Dengannya Allah menciptakan manusia diatas fitrahnya yang lurus yaitu kecenderungan untuk mengenal dan mentauhidkan Allah. Allah berfirman :
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس لا يعلمون
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, ” (QS. Ar-Rum [30] : 30)
Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di Rahimahullah berkata : “Allah menjadikan akal manusia cenderung kepada kebenaran, karena sungguh hokum yang Allah tetapkan dalam syariat islam baik untuk lahir dan batin makhluk-Nya. Allah telah menjadikan hati setiap hamba-Nya rasa cinta kepada kebenaran dan selalu mengutamakannya. Inilah hakikat fitrah Allah (yang dimaksud dengan ayat diatas)”
Fitrah manusia rusak karena adanya sesuatu yang mempengaruhinya dan merusak fitrah tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :
كل مولود يولد على الفثرة فأبواه يهودانه أو يناصرانه أو يمجسانه
Artinya : “Semua bayi (yang baru lahir) dilahirkan diatas fitrah (cenderung kepada islam), lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari, 1/465 dan Muslim, no.2658)
Dan dari Iyadh bin Himar al-Mujasyi’i Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasullah ﷺ bersabda :
وإنّي خلقث عبادي حنفاء كلّهم وإنّهم أثثهم الشياطين فاجثالهم عن دينهم
Artinya : “(Allah berfirman ) : Sesungguhnya Aku menciptakan para hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus dan cenderung pada kebenaran) dan sungguh (kemudian) para syaitan mendatangi mereka lalu memalingkan mereka dari agama mereka…” (HR. Muslim, no.2865)
Kedua hadits diatas menunjukkan bahwa semua manusia dilahirkan dimuka bumi ini dalam keadaan fitrah, yaitu cenderung untuk menerima islam dan beribadah kepada Allah . sebagaimana Allah berfirman :
وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,” (QS. Al-A’raf [7] : 172)
- Hakikat Hati yang Bersih dan Kotor
Allah berfirman :
كلا بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون
Artinya : “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin [83] : 14)
Inilah hakikat hati yang kotor dan tertutup, yaitu hati yang diliputi oleh kotoran hitam seperti karat pada logam dan menutupinya sedikit demi sedikit, sehingga memadamkan cahayanya, sserta membuatnya terhalang dari menerima kebenaran, bahkan menjadikannya memandang sesuatu dengan hal yang bertentangan dengan hakikatnya, maka dia menganggap kebenaran itu adalah kebatilan dan kebatilan itu adalah kebenaran.
- Kecenderungan Hati Untuk Mengenal yang Ma’ruf dan Mengingkari yang Munkar
Dengannya Allah menurunkan syariat untuk bisa membimbing hati manusia agar selamat dari tipu daya setan dan selalu diatas jalan yang lurus. Allah berfirman :
الذين آمنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله ألا بذكر الله تطمئن القلوب
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Rad [13] : 28)
Maksudnya, dengan berdzikir kepada Allah segala kegalauan dan kegundahan dalam hati manusia akan hilang dan berganti pada kegembiraan dan kesenangan. Bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih kuat (dalam) mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berdzikir kepada Allah. Jadi pada asalnya , hati manusia lebih dahulu mengenal dan menerima kebenaran atau kebaikan, sedangkan keburukan adalah ‘pendatang baru’ yang kemudian menyusup kedalam hati manusia. Rasulullah ﷺ bersabda :
البر ما سكنت إليه النفس واطمأنّ إليه القلب
Artinya : “kebaikan itu adalah sesuatu yang menjadikan jiwa manusia tenang dan hatinya tentram.” (HR. Ahmad, 4/194. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu Rajab dalam jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, hlm. 251 dan Syaikh al-Albani dalam shahih al-Jami ash-Shagir, no.2881).
Imam Ibnu Rajab al Hambali Rahimahullah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan para hamba-Nya diatas fitrah (cenderung) mengenal kebenaran, merasa tenang kepadanya dan menerimanya.Allah menjadikan tabiat bawaan manusia (cenderung) mencintai kebenaran dan membenci kebalikannya (keburukan). ”
Oleh karena itu, Allah menamakan hal-hal yang diperintahkan-Nya dalam islam dengan ‘al-ma’ruf’ (sesuatu yang dikenal atau dicintai oleh hati) dan hal-hal yang dilarang-Nya dengan ‘al-munkar’ (kemunkaran atau sesuatu yang tidak dikenal atau dibenci oleh hati). Allah berfirman :
إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl [16] : 90)
Dan Allah berfirman tentang sifat Rasulullah ﷺ :
الذين يتبعون الرسول النبي الأمي الذي يجدونه مكتوبا عندهم في التوراة والإنجيل يأمرهم بالمعروف وينهاهم عن المنكر ويحل لهم الطيبات ويحرم عليهم الخبآئث ويضع عنهم إصرهم والأغلال التي كانت عليهم فالذين آمنوا به وعزروه ونصروه واتبعوا النور الذي أنزل معه أولئك هم المفلحون
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf [7] : 157)
Allah mengabarkan bahwa hati orang-orang yang beriman selalu tentram dengan berdzikir kepada-Nya. Hati telah dirasuki cahaya iman dan lapang menerimanya maka akan merasa tenang, tentram dan mudah menerima kebenaran, serta selalu berpaling membenci dan tidak mau menerima kebatilan (keburukan)
- Upaya Mengembalikan Hati Pada Fitrahnya
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ telah mengisyaratkan cara untuk mengembalikan hati pada fitrahnya dan membersihkan kotoran hitam yang menutupi permukaan. Rasulullah ﷺ bersabda :
إنّ المؤمن إذا أذنب كانت نكتة سوداء في قلبهو فإن تاب ونزع والستغفر, صقل قلبه
Artinya : “Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa maka kan dibubuhkan satu titik hitam di permukaan hatinya. Kalau dia (segera) bertaubat, meninggalkan dosa tersebut dan memohon ampun kepada Allah, maka hatinya akan bening (kembali).”
Jadi, upaya untuk mengembalikan hati pada fitrahnya adalah dengan kembali kepada Allah, yaitu dengan bertaubat dari perbuatan dosa dan maksiat serta berusaha memahami petunjuk-Nya yang memang menjadi tujuan utama Allah menurunkan kepada manusia adalah untuk mensucikan jiwa mereka dan membersihkan penyakit hati mereka. Allah berfirman :
لقد من الله على المؤمنين إذ بعث فيهم رسولا من أنفسهم يتلو عليهم آياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضلال مبين
Artinya : “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.aaAl-Imran [3] : 164).
Al-Qur’an adalah sebaik-baik obat penyakit hati yang diturunkan oleh Allah untuk menyembuhkan dan menghilangkan semua bentuk keburukan dan penykit yang ada di dalam hati manusia. Allah berfirman :
يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10] : 57)
Setelah kita memahami bahwa Al-Qur’an adalah sebaik-baik obat penyembuh dari penyakit hati manusia, dan didalam ayat-ayatnya terdapat sebaik-baik nasihat dan peringatan untuk menghilangkan kotoran-kotoran hitam yang menutupinya, sehingga hati akan mudah kembali kepada fitrahnya. Tiga poin utama untuk mengembalikan hati kepada fitrahnya, yaitu :
- Berdoa kepada Allah
- Menghilangkan al-gaflah (kelalaian hati)
- Melakukan tazkiyatun nafs (pensucian jiwa untuk menundukkannya di jalan Allah)
Semua ini terangkum dalam uacapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah “Orang yang dipenjara adalah orang yang terpenjara hatinya dari Rabb-Nya, dan orang yang tertawan (terbelenggu) adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya” (dinukil dari Imam Ibnu Qayyim dalam kitab al-Wabilush Shayyib minal Kalimith Thayyib, hlm.67)
- Referensi Majalah AS-SUNNAH Edisi 01 – RAJAB 1437 H/ MEI 2016/Tahun XX “KEMBALI KEPADA FITRAH” oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A . pada halaman 22-28
- Salma Nadhir Fadhilah
BACA JUGA:
Leave a Reply