Bagaikan Ibu yang Kehilangan Anaknya

bagaikan ibu yang kehilangan anaknya

Bagaikan Ibu yang Kehilangan Anaknya – Imam Syafi’i -semoga Allah merahmatinya- pernah ditanya[1], “Bagaimana perasaan hatimu ketika engkau belajar adab?” Beliau menjawab,

أسمع بالحرف منه مما لم أسمعه فتود أعضائي أن لها أسماعا تتنعم به

“Aku mendengar satu huruf tentang adab yang belum pernah aku dengar sebelumnya, maka seluruh tubuhku berharap memiliki pendengaran agar bisa merasakan sensasi yang dirasakan oleh kedua telingaku.”

Maksud beliau -rahimahullah- adalah ketika beliau mendengar kisah para ulama tentang adab, bagaimana sirah mereka tentang adab, bagaimana nasihat mereka tentang adab, bagaimana mereka beradab kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada orang tua, kepada teman, maka seluruh tubuhku ingin mendengarkan sebagaimana yang sensasi yang didengar dan dirasakan oleh telinga beliau. Sampai-sampai hidung, mata, dan anggota tubuh yang lainnya berharap punya pendengaran.

Tidak heran Imam Sufyan bin Uyainah mengatakan,

عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة

“Ketika mendengar kisah-kisah heroik orang-orangnya shalih, turun rahmat.”[2]

Abu Hanifah pernah mengatakan,

الحكاية عن العلماء و محاسنهم أحب إلي من الفقه لأنها آداب القوم

“Mendengar kisah-kisah ulama terdahulu dan betapa hebatnya adab dan akhlak mereka, itu lebih aku sukai dibandingkan belajar fiqih.”[3]

Karena itu adab sebuah peradaban dan kaum. Kisah-kisah mereka sungguh sangat luar biasa terkait dengan adab dan akhlak mereka. Contoh saja seperti Ibnu ‘Aun ketika beliau dimaki-maki, beliau mengucapkan kepada orang yang memakinya dengan barakallahu fiik baarakallahu fiik. Atau bagaimana Syu’bah berisftighfar ketika mendengar ada orang yang menjelekannya. Atau kisah bagaimana sosok Imam An-Nawawi mengejar dan menghalalkan peci untuk pencuri yang mencurinya dari beliau. Abu Hanifah mengatakan beliau lebih suka mendengar kisah-kisah tersebut daripada belajar fiqih. Bukan berarti beliau meremehkan ilmu fiqih, dan bagaimana mungkin beliau meremehkan hal tersebut sedangkan beliau adalah ahli fiqih bahkan seorang imam dari aimmah arba’ah madzhab. Akan tetapi maksudnya, inilah fiqih yang sesungguhnya, ini fiqih real (nyata). Kalau kita mendengar ungkapan balaslah keburukan dengan kebaikan, itu baru sekedar teori. Namun ketika kita mendengar kisah Ibnu ‘Aun dicaci maki dan beliau mengatakan “baarakallahu fiik”, itulah ilmu fiqih yang real (sesungguhnya). Ketika kita mendengar ungkapan “muliakanlah tamumu” itu bagus tapi itu baru sekedar teori semata selama belum dikerjakan. Tapi begitu kita mendengar kisah Abdullah bin Mas’ud -semoga Allah meridhainya- menjamu Zadzan -yang kala itu masih menjadi ahli maksiat- sebagai tamu hingga beliau taubat dan menjadi ulama besar karena terpukau dengan adab dan akhlak Abdullah bin Mas’ud tatkala menjamunya.

Jadi para ulama ketika mereka belajar merasakan nikmat, sampai-sampai anggota tubuh lainnya ingin punya pendengeran sebagaimana telinga punya pendengaran. Berbeda dengan keadaan kita sekarang yang menjadikan belajar itu sebagai beban dan tekanan. Oleh karena itu, jika kita belajar dengan mata pelajaran yang benar, metodenya benar dan kurikulumnya benar, maka belajar itu akan menjadi aktivitas yang mengasyikkan. Sampai-sampai anggota tubuh lain ingin punya pendengaran seperti telinga, padahal dua telinga saja itu sudah cukup, tapi saking menarik dan serunya yang mereka pelajari, anggota tubuh lain juga ingin seperti telinga. Maka ini adalah PR kita bersama, bagaimana kegiatan belajar itu menjadi suatu kenikmatan dan aktivitas yang mengasyikkan dan ditunggu-tunggu.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat Al-Anfal ayat yang kedua,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)…”[4]

Sebagaimana ayat di atas, Allah sebutkan bahwa tanda orang-orang beriman itu adalah hati-hati mereka bergetar dengan sensasi nikmat ketika disebutkan nama-nama Allah dan mereka merasakan nikmat ketika mendengarkan ayat-ayat Allah, bukan tertekan dan tidak pula bosan. Apalagi jika mendengar praktik-pratik para ahli ilmu ketika beradab dan mengamalkan ayat-ayat semisal ayat di atas.

Ketika masuk ke dunia ilmu syari, kita harus paham bahwasanya ilmu bukan hanya sekedar retorika, tapi bagaimana ilmu itu mengubah seseorang yang buruk menjadi orang yang baik, dari awalnya seperti anak kecil menjadi orang yang matang dan dewasa, yang awalnya orang tersebut terlalu khawatir dengan segala hal menjadi seorang yang tenang, yang awalnya mempunyai pemikiran rendah menjadi sosok yang berkelas dan berpikir jauh. Maka, proses-proses untuk mendapatkan kebaikan itu semua, seseorang harus menikmati inci demi inci dari proses tersebut. Inilah yang harus kita pikirkan karena para ulama demikian ketika mereka belajar. Sebagaimana Jabir bin Abdillah -semoga Allah meridhainya- itu jalan kaki selama satu  bulan untuk mendapatkan satu hadits. Tidak mungkin hal itu beliau lakukan jika tidak ada kenikmatan di dalamnya.

Selaras dengan apa yang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sabdakan,

منهومان لا يشبع طالبهما: طالب علم، وطالب الدنيا

Artinya: “Ada dua kelompok yang tidak pernah kenyang (puas), (yaitu) penuntut ilmu dan pencari dunia.”[5]

Kita lanjutkan percakapan Imam Syafii di atas dengan si penanya,

قيل: كيف طلبك له؟ قال: طلب المرأة المضلة ولدها وليس لها غيره

Artinya: Beliau ditanya, “Seperti apa Anda mencari ilmu tersebut?” Beliau menjawab, “Saya mencari ilmu  seperti seorang wanita yang kehilangan anaknya dan dia tidak punya anak selainnya.”

Para pembaca sekalian, coba kita bayangkan dan kita analogikan dengan sebenarnya bagaimana seorang ibu yang sedang sedih dan kebinugnan mencari anaknya yang hilang dan keadaan seseorang yang sedang menuntut ilmu dengan sebenar-benarnya dari perkataan beliau ini!

Seorang ibu yang mendapati anaknya tidak ada di tempatnya dan sudah dicari kesana kemari tetap tidak ketemu. Apa yang akan beliau lakukan? Dalam keadaan demikian, kira-kira ketika sang ibu mau keluar rumah mencari anaknya ternyata di luar sedang hujan lebat, apakah ibu ini akan tetap keluar mencari atau dia akan mengurungkan niatnya dan lebih memilih menunggu anaknya saja? Lalu mengatakan “Sekarang hujan lebat, tidak bisa ditembus, ini udzur syar’i.” Coba kita renungkan hal ini dan bayangkan pada posisi kita yang ingin menuntut ilmu. Ketika akan keluar rumah dan didapati sedang hujan lebat. Apa yang akan kita lakukan? Maka kebanyakan dari kita -tentu tidak semua- akan lebih memilih untuk tidak berangkat ke majelis ilmu dan mengatakan dalam hatinya “sedang hujan, tidak mengapa tidak datang.”.

Seorang ibu yang kehilangan anaknya, apalagi itu adalah anak satu-satunya, tentu akan mengupayakan segala cara dan mengorbankan segala yang dia punya agar anaknya bisa segera diketemukan dan kembali dalam pelukannya. Bahkan rela menempuh seluruh upaya, tempat, waktu dan di dalam kondisi apa pun. Jika mau dikata, jangankan hujan lebat, kobaran api pun seorang ibu akan rela menerobosnya jika hal itu bisa menyelamatkan dan mendapatkan anaknya kembali. Begitu juga dengan para penunut ilmu sebagaimana permisalan yang dibawakan oleh Al-Imam Asy-Syafii -semoga Allah merahmatinya- di atas, harusnya ia merasakan semangat juang yang tinggi, merasakan keinginan yang sangat untuk mendapatkan ilmu. Merasa sangat merugi jika sampai terlewat momen untuk belajar dan mencari ilmu.

Coba kita buat permisalan lagi. Ketika sang ibu dalam kondisi buntu serta sedang kebingungan harus bagaimana dan kemana lagi mencari anaknya, tiba-tiba pada jam 1 dini hari ada panggilan masuk dari penelpon yang menginformasikan bahwa beberapa saat lalu dia melihat sang anak yang sedang dicari sedang di lokasi ini dan tempat tersebut jauh dari rumah sang ibu. Kira-kira, apa yang akan ibu itu lakukan? Apakah dia akan menunda berangkat ke sana dan menunggu hari fajar dahulu? Apa beliau akan memilih sarapan dahulu sebelum berangkat? Jawabannya semua kita tahu tentu tidak. Dengan terburu-buru dan secepat-cepatnya sang ibu akan menuju lokasi dan mengejar anaknya tersebut walaupun kemungkinan kecil anaknya masih di tempat tersebut.

Nah, sekarang analogikan dengan keadaan kita tatkala ingin menunut ilmu syar’i. Apa kita akan bersegera datang ketika ada jadwal pengajian atau majelis ilmu di suatu tempat yang mungkin agak jauh dari rumah kita dan kita dalam kondisi sangat membutuhkan ilmu yang dibahas pada kajian tersebut. Atau kita akan mengatakan “tempatnya terlalu jauh, saya lebih memilih kajian online saja.” Subhanallah. Tentu kajian online itu tidak haram, tapi kalau effort kita ‘hanya’ seperti itu apakah kita akan mendapatkan hal yang maksimal? Bayangkan lagi jika ibu tadi mengatakan hal yang sama, “tempat anak saya terlalu jauh, mending minta tolong polisi daerah sana dan minta divideokan saja bagaimana keadaannya”. Tentu hal ini hal yang sangat lucu dan tidak masuk akal. Maka begitu jugalah harusnya keadaan kita, wahai para penuntut ilmu, jangan bermalas-malasan untuk mendatangai majelis ilmu yang akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan kita. Bahkan ilmu itu akan menjadi penentu bagi kita, apakah Allah menginginkan kebaikan untuk kita ataukah tidak.

Ada hal yang menarik berkaitan dengan jawaban Al-Imam Asy-Syafi’i di atas. Bahwa sebagian ulama membedah lagi perkataan beliau di atas. Seperti halnya dengan Syaikh Sholih Al-Ushoimiy -semoga Allah menjaga beliau- membaginya menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Al-Imam Asy-Syafi’I membuat permisalan seorang wanita atau ibu.
  2. Ibu tersebut kehilangan anaknya.
  3. Anak yang hilang adalah anak semata wayang sang ibu.

Artinya adalah kata beliau (Syaikh Sholih),

  1. Bagian yang pertama Imam Asy-Syafi’i ingin mengajarkan kepada kita bahwa seorang penuntut ilmu harus sadar bahwa dirinya lemah karena yang dianologikan ini adalah seorang wanita bukan seorang laki-laki. Dia harus merasa lemah, merasa bersalah, merasa banyak dosa ketika menunut ilmu. Seorang ibu yang kehilangan anaknya, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk menyalahkan orang lain. Akan tetapi, dia akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah lengah sehingga kehilangan anaknya. Begitu jugalah harus seorang penuntut ilmu, harus memiliki mental merasa kecil dan kerdil di hadapan Allah, bukan merasa paling suci.

Personal seseorang itu tidak ada yang maksum (bebas dari kesalahan). Yang maksum itu adalah manhaj dan konsep Islam itu sendiri. Maka kita harus menyadari kekurangan dan kelemahan diri kita sehingga tidak merasa hebat dan tinggi. Dunia ilmu itu adalah dunia kumpulan orang-orang yang merasa lemah. Seperti halnya para ulama termasuk Imam Asy-Syafii sendiri ketika menunut ilmu tidak merasa paling pintar atau paling suci melainkan beliau merasa seorang hamba yang faqir yang sedang mencari kebenaran. Inilah pondasi yang harus dimiliki seorang penuntut ilmu, jika tidak maka banyak hal yang miss dalam menunut ilmu. Pondasi merasa diri seorang pendosa dan mengembalikan kesalahan kepada diri sendiri. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَت أَيدِيكُم..

Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri…”[6]

Maka, sudahkah kita menyalahkan diri kita sendiri ketika ada hal yang tidak mengenakan menimpa kita, atau kita malah menyalahkan orang lain?!

  • Bagian yang kedua, ibu yang kehilangan anaknya maksudnya adalah bagaimana seorang penunut ilmu akan mencari dan mengejar ilmu. Oleh karena itu para ulama ketika ditanya, “Bagaimana caranya Anda punya ilmu yang banyak seperti ini?” Jawab mereka, “Meninggalkan kepasifan ketika menuntut ilmu.” Ibu yang kehilangan anaknya, maka dia tidak akan pasif dalam mencari anaknya.
  • Dan yang ketiga, dia tidak punya anak selainnya, maka seorang penuntut akan keluarkan seluruh kemampuannya, dia akan perjuangankan sebaik-baiknya dan dia akan pertaruhkan segala yang dia punya. Sebagaimana sang ibu tadi hanya punya anak itu satu-satunya, tidak ada yang lain. Agar bisa mendapatkannya, maka dia akan akan siap bangkrut dan mengeluarkan harta sebanyak-banyaknya bahkah jika harus menjual barang-barang atau properti miliknya. Penuntut ilmu harus bermental seperti itu. Karena ilmu itu mahal dan ia adalah solusi dari segala permasalahan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:

وَكَيفَ تَصبِرُ عَلَىٰ مَا لَم تُحِط بِهِ خُبراً

Artinya: “Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan (ilmu) yang cukup tentang hal itu?”[7]

Itulah nasihat untuk kita semua wahai penuntut ilmu. Kerahkanlah semua kemampuan untuk mendapatkan ilmu. Terlalu banyak kisah para ulama jika mau disebutkan bagaimana heroiknya mereka dalam menuntut dan mencari ilmu. Dikisahkan ada yang sampai menjual dua rumahnya agar bisa bertahan untuk terus belajar bersama guru-gurunya.

Demikian yang dapat kami ringkas dari kajian ini.

الله أعلم بالصواب

اللهم تقبل منا إنك السميع العليم وتب علينا إنك التواب الرحيم

وصلى الله و سلم على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين

سبحنك اللهم وبحمدك, أشهد أن لا إله إلا أنت, أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Disusun oleh:

Tamim Abu Zubair, S.T. (Staff Ponpes DQH OKU Timur)

Sumber:

Resume Kajian Kitab Tadzkiratus Sami’ Wal Mutakallim fii Adabil ‘Alim wal Muta’allim oleh Al-Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc.

Link Kajian: https://youtu.be/H4WdNTxHtC0?si=1Y5OFF85xiDKzhJ8


[1] Tadzkiratus Sami’ Wal Mutakallim, I/3, Ibnu Jamaah.

[2] Al-Ihya’, II/211, Al-Ghazali.

[3] Al-I’lan bi At-Taubikh, 33, Syamsuddin As-Sakhawi.

[4] QS. Al-Anfal: 2.

[5] HR. At-Tirmidzi. Hadits Dhoif.

[6] Asy-Syura’: 30.

[7] QS. Al-Kahfi: 68.

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


casibom-casibom-casibom-grandpashabet-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-sweet bonanza-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-aviator-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-bahis siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-casino siteleri-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir casino siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-güvenilir bahis siteleri-lisanslı casino siteleri-lisanslı casino siteleri-lisanslı casino siteleri-lisanslı casino siteleri-lisanslı casino siteleri-lisanslı casino siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-yeni slot siteleri-holiganbet-jojobet-fixbet giriş-betturkey giriş-onwin giriş-casibom giriş-marsbahis giriş-online casino siteleri-online casino siteleri-canlı casino-bedava bonus veren siteler-yatırımsız bonus veren siteler-deneme bonusu veren siteler-yatırım bonusu-yatırım bonusu-canlı casino-yatırımsız bonusu veren siteler-deneme bonusu veren yeni siteler-jojobet-onwin giriş-betturkey giriş-fixbet giriş-meritking-jojobet-jojobet-holiganbet-holiganbet-vdcasino-canlı casino-canlı casino-yatırım bonusu-yatırım bonusu-