Teruntuk Saudaraku Yang Masih Terjerumus Di Dalam Judi Online – Di tengah derasnya arus teknologi dan kemudahan akses informasi, berbagai bentuk hiburan muncul menawarkan kenikmatan instan. Namun tidak semua yang tampak menyenangkan membawa kebaikan. Salah satu di antaranya adalah perjudian online. Sebuah fenomena yang kian meluas dan menjerat banyak orang tanpa pandang usia ataupun latar belakang.
Melihat besarnya dampak yang ditimbulkannya, tulisan ini hadir sebagai pengingat dan nasihat, agar siapa pun yang terjerumus dapat kembali menyadari bahayanya, memohon pertolongan Allah, dan berusaha melangkah menuju kehidupan yang lebih bersih dan tenang.
Harta Adalah Fitnah dan Ujian
Harta pada hakikatnya bukanlah tanda kemulian seorang hamba, dan tidak pula tanda kehinaan. Ia hanyalah Amanah yang telah Allah Ta’ala titipkan, karena itu Allah mengingatkan bahwa harta dan anak-anak Adalah fitnah, sesuatu yang menguji sejauh mana hati tetap terikat dengan Allah, bukan dengan dunia. Banyak orang diuji dengan kekurangan, tapi lebih banyak lagi yang gagal ketika diuji dengan kelimpahan.. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ))
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At-Taghabun: 15)
Di zaman sekarang, harta melimpah pada banyak orang hingga sering kali melampaui batas kemampuan mereka untuk mengendalikannya. Semakin besar harta, semakin besar pula tuntutan dan beban pertanggungjawabannya, meskipun Allah telah memberikan pertolongan kepada kita untuk menunaikan kewajibannya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لا تَزولُ قَدَمَا عَبْدٍ يومَ القيامةِ، حتَّى يُسأَلَ عن … وعن مالِه؛ من أين اكتسَبَه؟ وفيم أنفَقَه؟))
Artinya: “Kaki seorang hamba tidak akan bergeser hingga ia ditanya tentang empat perkara: (di antaranya tentang) … hartanya, dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia membelanjakannya?” (HR. Tirmidzi no. 2417, hasan-shahih)
Dari hadits ini, dapat dipahami bahwasanya setiap hamba akan ditanya dengan dua pertanyaan besar terkait hartanya:
- Dari mana harta itu didapatkan?
Apakah diperoleh melalui jalan yang halal dan transaksi yang bersih? Ataukah berasal dari sumber-sumber yang haram seperti riba, penipuan, kecurangan, suap, pencurian, perjudian, dan berbagai cara yang tidak dibenarkan? Setiap dirham akan dimintai pertanggungjawaban.
- Untuk apa harta itu dibelanjakan?
Jika seseorang mendapatkan hartanya dari usaha yang halal, ia telah selamat daritercampur dengan harta yang haram. Tapi ia masih harus menjawab: apakah harta itu dibelanjakan untuk ketaan kepada Allah atau dalam kebaikan? Bila ia membelanjakannya pada hal yang diperbolehkan, ia aman dari akibat buruk penggunaannya.
Namun, bila ia gagal dalam salah satu dari dua pertanyaan itu, ia terancam binasa. Dan yang lebih buruk lagi, jika ia memperoleh harta dari yang haram dan menggunakannya untuk perkara yang haram, maka masuk dan keluarnya harta itu menjadi dosa baginya.
Namun sayangnya, banyak orang tidak menyadari betapa beratnya urusan ini. Mereka mengumpulkan dan menghabiskan harta tanpa merenungi bahwa setiap bagian darinya kelak akan diminta pertanggungjawaban.
Judi Termasuk Dosa Besar
Perlu kita pahami bahwa judi dalam bentuk apa pun termasuk salah satu dosa besar dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman:
يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ))
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90)
Judi Online Adalah Perangkap
Perlu disadari juga bahwa judi judi online adalah sebuah perangkap yang penuh bahaya dan kerugian. Meski begitu, setan menghiasinya sehingga terlihat seolah-olah menguntungkan. Banyak orang terpedaya karena tampilan luarnya yang dibuat menarik, padahal hakikatnya hanya membawa kesedihan, kehilangan, dan kehancuran.
Setan menjadikan seseorang merasa dekat dengan keberuntungan, sementara Allah Ta’ala ustri menegaskan bahwa keberuntungan hanya didapat dengan menjauhi perbuatan tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ )) …
Ayat ini dengan sangat jelas menunjukkan bahwa menjauhi judi dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya adalah jalan menuju keselamatan dan keberuntungan sejati.
Perjudian Menyebabkan Hilangnya Rezeki
Perlu dipahami bahwa setiap dosa memiliki dampak buruk yang kembali kepada pelakunya, baik pada hati maupun tubuh, di dunia maupun di akhirat. Efek buruk itu sering kali tidak terlihat secara langsung, namun Allah-lah yang mengetahui betapa besar kerugiannya. Di antara dampak dosa adalah hilangnya rezeki. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Seorang hamba bisa terhalangi dari rezekinya karena dosa yang ia lakukan.” (HR. Ibnu Majah no. 4022)
Sebagaimana ketakwaan mendatangkan keberkahan dan rezeki, maka meninggalkan ketakwaan justru menarik kefakiran dan kesempitan hidup. Mustahil seseorang mendapatkan rezeki yang baik dari Allah bila ia justru melanggar perintah-Nya.
Lalu bagaimana mungkin seseorang berharap diberikan kelapangan rezeki, sementara ia mencari jalan hidup melalui perjudian yang termasuk kemaksiatan besar? Rezeki tidak akan datang melalui maksiat; ia datang melalui ketaatan dan usaha yang diridhai Allah.
Perjudian Menyebabkan Keterasingan
Tidak ada satu pun di antara kita yang suka merasa dijauhkan atau diasingkan; hal itu pada hakikatnya adalah sebuah “siksaan” batin. Namun ketahuilah, salah satu dampak dari dosa termasuk di dalamnya perjudian yang merupakan dosa besar adalah munculnya keterasingan.
Keterasingan ini bukan hanya antara hamba dengan Allah, tetapi juga dengan keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang di sekelilingnya. Dosa membuat hati menjadi gelap, hubungan retak, dan keberkahan hidup menghilang. Perjudian dengan cepat menumbuhkan jurang antara seseorang dengan lingkungan terdekatnya, hingga ia merasa sendirian meski berada di tengah banyak orang.
Keterasingan dengan Allah
Dosa dapat menimbulkan jarak antara hamba dan Rabb-nya, sebuah keterasingan yang tidak sebanding dengan apa pun di dunia. Kenikmatan dunia sebanyak apa pun tidak akan mampu menutupi rasa jauh dari Allah yang muncul akibat maksiat. Hati yang dipenuhi dosa akan merasakan kehampaan, sekalipun semua fasilitas dan kesenangan dunia berada dalam genggamannya.
Keterasingan inilah yang menjadi salah satu bentuk hukuman batin paling berat, dan perjudian termasuk di antara dosa besar yang menambah jauh hubungan seorang hamba dari Allah.
Keterasingan dengan Keluarga dan Orang Baik di Sekitarnya
Dosa juga tidak hanya menciptakan jarak antara seorang hamba dan Allah, tetapi juga menimbulkan keterasingan antara dirinya dengan keluarga serta orang-orang baik di sekitarnya. Semakin besar dosanya, semakin kuat pula rasa jauh itu. Pelaku dosa perlahan merasa tidak nyaman berada di tengah orang shalih, sulit menikmati keberkahan bergaul dengan mereka, dan akhirnya memilih menjauhi lingkungan yang baik.
Sebaliknya, ia justru mudah tertarik kepada lingkungan yang buruk, lingkungan yang menghias maksiat dan menormalkannya. Sejauh ia menjauh dari “kelompok Allah”, sejauh itu pula ia mendekat kepada “kelompok setan”.
Keterasingan semacam ini bahkan bisa mencapai puncak yang paling menyakitkan: retaknya hubungan dengan istri, anak-anak, kerabat, serta munculnya konflik batin hingga ia merasa asing terhadap dirinya sendiri.
Segera Bertaubat Sebelum Masalah Menumpuk
Mari segera kembali kepada Allah sebelum persoalan ini menjadi semakin rumit dan masalah yang ditimbulkannya menumpuk tanpa henti. Ketahuilah bahwa Allah selalu membuka pintu ampunan bagi hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِه وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَۙ
Artinya: “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya, memaafkan kesalahan-kesalahan, dan mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Asy-Syura: 25)
Dengan taubat, seseorang akan mendapatkan akhir yang penuh kebahagiaan dan ketenangan. Saudaraku, tidak ada kebaikan sedikit pun dalam perjudian, baik yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Setiap detik yang dihabiskan, setiap rupiah yang hilang, dan setiap kegelisahan yang muncul hanyalah menambah beban hidup dan menjauhkan kita dari Allah serta keluarga yang mencintai kita.
Karena itu, berhentilah sekarang juga. Bukan besok, bukan nanti ketika masalah sudah menelan semuanya. Hentikan hari ini, selagi pintu taubat masih terbuka, selagi hati masih bisa disentuh, dan selagi hidup masih memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Allah tidak menunggu kesempurnaan sebelum menerima kita kembali. Dia hanya menunggu langkah pertama yaitu keberanian untuk berhenti dan kembali kepada-Nya. Semoga Allah menguatkan siapa saja yang bertekad meninggalkan perjudian, mengganti kegelisahan dengan ketenangan, dan mengganti kesempitan dengan rezeki serta keberkahan. Wallahu a’lam bis shawaab.
REFERENSI:
- Al-Qur’anul Karim, surat Asy-Syura’ dan At-Taghabun
- As-Sunan, ibnu Majah Al-Qazwaini
- Al-Jami’ atau As-Sunan, Abi Isa At-Tirmidzi
Ditulis oleh: Gati Rianto pengabdian Ponpes DQH
BACA JUGA :

Leave a Reply