
Ramadhan Bersama Al-Qur’an (Bagian 1) – Bulan suci Ramadhan telah tiba, Mari-lah kita menyambutnya dengan hati penuh rasa syukur dan lebih bersemangat lagi dalam beribadah. Bagaimana tidak, bulan tersebut penuh dengan keutamaan dan keberkahan yang tidak ada di bulan-bulan lainnya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai suri teladan kita mem-beri kabar gembira kepada para sahabatnya dengan tibanya bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Yang artinya : “Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewa-jibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka dituhip, dan setan-setan dibelenggu. Di dalam bulan ini ada sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tercegah dari kebaikannya, maka sungguh dia tercegah untuk mendapatkannya.”[1]
Dari hadist diatas bisa disimpulkan bahwa bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang paling istimewa bagi umat islam. Oleh karena itu, Berikut kami rangkumkan beberapa keistimewan bulan Ramadhan bila kita menjalani bulan ramadhan bersama Al-Quran :
1. RAMADHAN BULAN AL-QUR’AN
Allah عزّوجلّ berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Yang artinya : “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”[2]
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di رحمه الله berkata: “Al-Qur’an merupakan petunjuk kebaikan bagi kalian di dunia dan akhirat. Kitab yang telah menjelaskan kebenaran dengan penjelasan yang gamblang, sebagai pembeda antara yang hak dan bathil, antara hidayah dan kesesatan, dan antara orang yang bahagia dan orang yang celaka”.[3]
2. HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN DI BULAN RAMADHAN
Hubungan al-Qur’an dengan bulan Ramadhan adalah hubungan yang penuh makna. Ibadah puasa adalah sarana perbaikan jiwa dan pembersihan hati. Semua ini menyimpan tujuan besar, yaitu agar manusia siap menerima cahaya ilmu dan petunjuk al-Qur’an. Maksud yang terbesar dari puasa adalah membersihkan hati dan pikiran, dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih maka manusia akan mampu memahami kandungan al-Qur’an. Perhatikanlah rahasia hikmah ini dalam urutan ayat tentang puasa, setelah Allah عزّوجلّ menyebutkan kewajiban puasa maka Allah menyebutkan dalam rentetan selanjutnya dengan ayat turunnya al-Qur’an, hal ini dapat dipahami bahwa disyariatkannya ibadah puasa tiada lain demi al-Qur’an.[4]
3. TUGAS MULIA MEMBACA AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kalamullah. Membaca al-Qur’an merupakan amalan mulia. Allah عزّوجلّ memerintahkan kita agar selalu membacanya. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapat pujian dan keistimewaan dari Allah عزّوجلّ. Allah عزّوجلّ berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ . لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
Yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada me-reka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”.[5]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
Yang artinya : “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya al-Qur’an akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi ahli al-Qur’an.”[6]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الـم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Yang artinya : “Barangsiapa yang membaca satu huruf al-Qur’an maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa Aliif Laam Miim satu huruf, akan tetapi Aliif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”[7]
Beliau juga bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
Yang artinya : “Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang yang ahli diantara manusia. Ada yang bertanya; siapa mereka wahai Rasulullah? Nabi menjawab: mereka adalah ahli al-Qur’an, mereka adalah wali Allah dan orang khususnya.”[8]
Imam Ibnu Shalah رحمه الله mengatakan: “Membaca al-Qur’an adalah kemuliaan, kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia. Sungguh para malaikat tidak diberikan hal itu, dan mereka sangat semangat untuk mendengarkannya dari manusia.”[9]
4. HAKEKAT MEMBACA AL-QUR’AN
Hakekat membaca al-Qur’an adalah ittiba’, mengikuti dengan segenap hati kandungan al-Qur’an. Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Allah عزّوجلّ berfirman:
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ
Yang artinya : “Orang-orang yang telah Kami berikan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.”[10]
Imam Mujahid رحمه الله berkata: “Firman-Nya mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya yaitu mereka mengamalkannya dengan sebenar-benarnya pengamalan”.[11]
Imam Ikrimah رحمه الله berkata: “Yaitu mereka mengikutinya dengan sebenar-benarnya pengikutan”.[12]
Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Mutaba’ah adalah hakekat membaca yang Allah memberi pujian bagi pelakunya dalam firmannya yang berbunyi:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ
Yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab.”[13]
Maksud membaca adalah membaca secara makna dan mengikutinya, dengan membenarkan beritanya, melaksanakan perintahnya, meninggalkan larangannya, dan menjadikan al-Qur’an sebagai imam”.[14]
Mana yang lebih afdhal, membaca dengan melihat mushaf atau dengan hafalan? Membaca al-Qur’an dengan melihat mushaf adalah ibadah dan membacanya dengan hafalan juga ibadah. Namun, manakah yang lebih utama dari keduanya?
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ شَرَّهُ أَنْ يُـحِبَّ اللهَ وَ رَسُولَهُ فَلْيَقْرَأْ فِيْ الْـمُصْحَفِ
Yang artinya : “Barangsiapa yang senang untuk mencintai Allah dan RasulNya maka hendaklah ia membaca al-Qur’an dari mushaf.”[15]
Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه mengatakan: “Rutinkan untuk melihat al-Qur’an dari Mushaf”.[16]
Imam an-Nawawi asy-Syafi’i رحمه الله berkata: “Membaca al-Qur’an dengan melihat mushaf lebih afdhal daripada membaca lewat hafalan, karena melihat mushaf adalah ibadah yang sudah ditetapkan, maka akan berkumpul antara membaca al-Qur’an dan melihatnya”.[17]
5. POTRET SALAF BERSAMA AL-QUR’AN DI BULAN RAMADHAN
Imam az-Zuhri رحمه الله ditanya tentang amalan di bulan Ramadhan, beliau menjawab: “Amalan di bulan Ramadhan hanya membaca al-Qur’an dan memberi makan.”
Imam Abdurrazzaq رحمه الله menukil dari Imam ats-Tsauri رحمه الله bahwasanya jika telah masuk bulan Ramadhan beliau meninggalkan seluruh ibadah selain yang wajib, dan memfokuskan diri untuk membaca al-Qur’an.
Bila bulan Ramdhan datang Imam Malik رحمه الله ‘lari’ dari majlis ilmu dan memfokuskan diri membaca al-Qur’an dari mushaf.[18]
Diringkas Oleh : Jeffri Pamungkas Setiawan
Buku : Majalah Al-Furqon No. 149 Ed. 1 Th ke-14_1435/2014
Penulis : Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman حفظه الله
[1] HR. Ahmad 12/59, Nasai 4/129; dishahihkan Syaikh Albani dalam Tamamul Minnah hlm. 395
[2] QS.Al-Baqarah [2]: 185
[3] Taisir Karim ar-Rahman 1/178-179.
[4] Ruh as-Shiyam Wa Ma’aniih hal.52, DR. Abdul Aziz Musthafa Kamil.
[5] QS. Fathir [35]: 29-30
[6] HR.Muslim: 802.
[7] HR. Tirmidzi: 2910. Shahih. Lihat Al-Misykah: 2137 oleh al-Albani.
[8] HR. Ibnu Majah: 215, Hakim 1/556. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no.1432
[9] Al Itqan Fi U’lum al-Qur’an 1/291, as Suyuthi.
[10] QS.al-Baqarah [2]:121
[11] Dikeluarkan oleh Imam at-Thabari dalam tafsirnya 1/568, al-Aajurri dalam Akhlak Hatnalah al-Qur’an hal.5, 35.
[12] Dikeluarkan oleh Imam at-Thabari 1/567, al-Firyabi dalam Fadhail al-Qur’an no.165.
[13] QS.Fathir [35]: 29
[14] Miftah Dar as-Sa’adah 1/202.
[15] HR. Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 7/209, Ibnu Ahmad ar-Rozi dalam Fadhail al-Qur’an Wa Tilawatuh no.115. dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no.6289, as-Shahihah no.2342.
[16] Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/499, al-Firyabi dalam Fadhail al-Qur’an hal. 149-150.
[17] At-Tibyan Fi Aadab Hamalah al-Qur’an hal.55.
[18] Wazhaif Ramadhan hal.42.
BACA JUGA :
Leave a Reply