Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Sifat-sifat Air Hujan Dari Langit

Berbagai macam sifat air hujan yang turun ke atas bumi, telah diterangkan dalam Al-Qur’anul karim, dan ini menunjukkan adanya kebesaran dan kekuasaan Allah dialam semesta ini.

Air hujan merupakan sumber kehidupan bagi makhluk yang ada di bumi, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Begitu juga dengan adanya air hujan, maka manusia akan semakin mudah dalam melakukan aktifitas ibadahnya, seperti bersuci dari hadats dan najis.

Diantara sifat air hujan yang Allah terangkan dalam Al-Qur’an, diantaranya:

  1. Ma’un Tsajjaj (Air yang tercurah)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وأنزلنا من المعصرات ماء ثجاجا (14) لنخرج به حبا ونباتا (15) وجنات ألفافا (16)

Artinya:

Dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya, untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanaman-tanaman, dan kebun-kebun yang rindang. (QS. An-Naba’ : 14-15)

Makna ayat diatas:

Kata : المعصرات (Al-Mu’shirot) artinya Awan yang akan menurunkan hujan, ya’ni angin telah hampir saja membuatnya menurunkan hujan. (Madarikut Tanzil (2/767)).

Kata : ثجاجا (Tsajjaja) berasal dari kata الثج (Ats-Tsajju), artinya curahan yang banyak. Sebagian ahli bahasa arab mengkhususkan untuk curahan air yang banyak. Kalimat ثجيج الماء (Tsajijul ma’) artinya suara air yang tercurah. Kalimat ماء ثجوج (Ma’un Tsajuj) dan ثجاج (Tsajaj) artinya air yang tercurah. Ketika hujan turun deras, dapat terdengar suara karena derasnya air yang tercurah. (Lisanul Arob (2/221))

  1. Ma’un Thohur (Air yang suci)

وهو الذي أرسل الرياح بشرا بين يدي رحمته وأنزلنا من السماء ماء طهورا (48) لنحيي به بلدة ميتا ونسقيه مما خلقنا أنعاما وأناسي كثيرا (49)

Artinya:

Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. (QS. Al-Furqon: 48-49)

Makna ayat diatas;

Kata Thohuron (suci), artinya yang sangat bersih dan suci, yaitu air yang suci dan juga mensucikan.

Air yang bersih atau suci merupakan air yang paling tinggi manfaatnya bagi manusia dan binatang. Meskipun tiga perempat permukaan bumi ditutupi oleh laut dan samudera yang asin, akan tetapi seluruh mahluk hidup sangat membutuhkan air dari langit. (As-Sama’ fil Qur’anil Karim (hlm. 218))

Ayat diatas menunjukkan bahwa pada awal pembentukannya, air hujan berada pada puncak kemurniannya. Meskipun setelah itu air tersebut membawa materi-materi lain yang terdapat di udara, namun ia tetap berada dalam tingkat tertinggi dari kesuciannya. Bukan itu saja, bahkan air yang turun dari langit juga membersihkan udara dan mensucikannya dari berbagai macam kotoran dan debu, karena itulah udara menjadi bersih setelah hujan turun. (Al-Muntakhab (hlm. 537))

  1. Ma’un Furot (Air yang tawar)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وجعلنا فيها رواسي شامخات وأسقيناكم ماء فراتا (27)

Artinya:

Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kepadamu dengan air tawar. (QS. Al-Mursalat: 27)

Makna ayat diatas:

Firman Allah Ta’ala : رواسي شامخات (Rowasiya Syamikhot) artinya: gunung-gunung yang tinggi. (Al-Mufrodat (hlm. 464)), dan makna الفرات (Al-Furot), artinya air tawar yang paling segar. (Lisanul Arob (2/65))

Firman Allah Ta’ala : dan Kami beri minum kepadamu dengan air tawar. Mengisyaratkan tentang adanya nikmat yang besar ini. Ayat diatas juga mengaitkan antara gunung-gunung yang tinggi dengan turunnya air hujan dari langit. Para Ahli ilmu bumi menyebutkan; sesungguhnya hujan yang paling banyak turun adalah di gunung-gunung yang paling tinggi, dan semakin rendah ketinggian suatu gunung maka akan semakin sedikit pula kadar hujannya. (Al-I’jazul ilmi fil Qur’anil Karim (hlm. 108, 109)).

  1. Ma’un Ghodaq (Air banyak / cukup)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وألو استقاموا على الطريقة لأسقيناهم ماء غدقا

Artinya:

Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (agama islam), niscaya kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup. (QS. Al-Jin : 16)

Makna ayat diatas:

Kata: الغدق (Al-Ghodaq) artinya air yang banyak atau cukup, meskipun itu bukan hujan. (Lisanul Arob (10/282))

Ada yang mengatakan bahwa maksud dari ayat disini adalah jin, Ada yang mengatakan juga bahwa maksudnya adalah seluruh makhluk yang mukallaf. Artinya jika mereka istiqomah dalam menjalankan kebenaran, keimanan dan hidayah, niscaya Kami akan akan curahkan kepada mereka air hujan yang banyak; agar Kami menguji mereka, bagaimana mereka mensyukuri nikmat-nikmat Kami ? Umar bin Khoththob Radhiyallahu Anhu pernah berkata mengenai ayat ini: “Dimanapun ada air di sana ada harta, dimanapun ada harta disana juga ada fitnah”. Air yang banyak dijadikan perumpamaan dalam masalah ini, karena kebaikan dan rezeki itu berasal dari hujan, sehingga dijadikan perumpamaan untuk hal itu. Ada juga yang mengatakan, bahwa maksudnya adalah jika saja orang-orang musyrik itu tetap didalam kekufuran yang mereka jalani itu, niscaya akan Kami lapangkan rezeki mereka sebagai tipu daya terhadap mereka dan sebagai penundaan adzab, sehingga mereka terjebak kedalam fitnah itu. Kemudian Allah Ta’ala mengadzab mereka karenanya di dunia dan juga di akhirat. (Madarikut Tanzil (2/731))

  1. Ma’un Munhamir (Air yang tertumpah)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ففتحنا أبواب السماء بماء منهمر (11)

Artinya:

Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang tertumpah / tercurah”. (QS. Al-Qomar: 11)

Makna ayat diatas;

Kata : الهمر (Al-Hamru) artinya tumpahan atau curahan. Kata الهمرة (Al-Hamroh) artinya satu curahan hujan. Kata الهمار (Al-Hammar) artinya awan yang membawa hujan. (Lisanul Arob (5/266))

Ayat diatas turun sebagai jawaban atas doa Nuh Alaihis salam. Sehingga Hujan yang disifati dengan Ma’un Munhamir (air yang tertumpah) ini pernah terjadi dimasa Nabi Nuh, yang berlangsung selama 40 hari.

Mengenai terbukanya pintu langit, terdapat dua pendapat dari kalangan ahli tafsir, yaitu:

Pendapat pertama: Ini adalah kiasan, karena air berasal dari awan.

Pendapat kedua: memahami makna hakiki, hal itu karena langit memang memiliki pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup, dan itu bukan hal yang tidak mungkin. (At-Tafsirul Kabir (29/295))

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma pernah berkata: “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dan menumpahkan hujan tanpa melalui awan, dan itu tidak berhenti selama empat puluh hari. “ (Al-Jami’ Li-Ahkamil Qur’an (17/86))

  1. Ma’un Mubarok (Air yang diberkahi)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ونزلنا من السماء مباركا فأنبتنا به جنات وحب الحصيد (9) والنخل باسقات لها طلع نضيد (10) رزقا للعباد وأحيينا به بلدة ميتا كذلك الخروج (11)

Artinya:

Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengar air itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat di panen, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun (sebagai) rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengar air itu negeri yang mati (tandus), seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur). (QS. Qaaf: 9-11)

Makna ayat diatas;

Firman Allah Ta’ala : “Dan dari langit Kami turunkan air, Ya’ni Dari Awan. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an (17/6)). Firman Allah Ta’ala : “Yang memberi berkah” Ya’ni yang banyak manfaatnya. Begitu juga Makna Basiqot : menjulang tinggi ke langit. (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an (17/6)).

Firman Allah Ta’ala : “Yang bersusun-susun”, Maksudnya yang satu diatas yang lainnya, dan maksudnya adalah mayang kurma yang bertumpuk-tumpuk dan banyaknya buah yang dimilikinya. (Anwarut Tanzil (2/421))

Firman Allah Ta’ala : “Seperti itulah terjadinya kebangkitan dari kubur.” Ini disampaikan untuk menjelaskan bahwa proses keluarnya manusia dari kubur pada hari kebangkitan kelak adalah sama, sebagaimana Allah menghidupkan kembali bumi yang telah mati. (Fathul Qodir (5/89))

Maroji’:

  • Jami’ Li-Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurtubi
  • Lisanul Arob, Ibnul Mandzur Al-Anshari
  • Mufrodat Al-Fadzil Qur’an, Ar-Roghib Al-Asfahani
  • As-ama’ Fil Qur’anul karim, Dr. Ghalib, dll.

Penulis: Lilik Ibadurrahman, S.Ud

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.