Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA (BAGIAN 1)

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA

Hati dalam bahasa arab disebut qalbu, merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia. Hati memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan perilaku seseorang. Jika hatinya baik maka akan baik pula perilaku atau amalnya dan begitu sebaliknya.

Keselamatan Seseorang Ada Pada Hatinya

Masalah hati adalah masalah yang sangat penting sekali untuk kita pelajari, karena itu keselamatan seseorang pada hari kiamat itu tergantung kepada keselamatan hatinya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يوم  ينفع مال ولا بنون ( 88) إلا من اتى الله بقلب سليم (89 )

Artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan senang hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan, pada hari itu harta dan anak-anak tdak ada manfaatnya, yang bermanfat pada hari itu hanyalah orang yang membawa hati yang selamat.

Artinya adalah keselamatan kita di akherat nanti tergantung keselamatan hati kita saat di dunia ini. Semakin hati kita selamat di dunia ini, semakin selamat juga kita di akherat nanti. Semakin hati kita kurang selamat didunia ini, maka semakin tidak akan selamat juga kita pada hari kkiamat nanti.

Syaikh Abdurahman As-Sa’idi berkata dalam tafsirnya, ‘yakni dia datang menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang  bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Apabila hati seorang hamba telah selamat dai hal-hal di atas, maka hati tersebut akan terhindar dari segala keburukan, dan sebaliknya hati tersebut akan memunculkkan kebaikan-kebaikan, dan diantara bentuk keselamatan hati adalah bahwa ia selamat dari hasad dan dari segala bentuk akhlak yang tercela”.

Ketahuiah Allah Subhanahu Wa Ta’ala  sangat sayangnya kepada kita, dan selalu mengingatkan kita agar memperhatikan tentang masalah pembersihan hati ini. Bahkan dalam al-Qur’an surat asy-Syams Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah sampai sebelas kali sumpah, tidak pernah ada pada surat lainnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah sebanyak itu kecuali di surat Asy-Syams.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

والشمس وضحاها. والقمر إذا تلاها. والنهار إذا جلاها. والليل إذى يغشاها. والسماء وما بناها. والأرض وما طحاها. ونفس وما سواها. فألهمها فجورها وتقواها. قد أفلح من زكاها. وقد خاب من دساها

Artinya: “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakannya, dan malam apabila menutupinya dan langit serta  penghamparannya dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya) maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghilamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaanyya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucukan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams 1: 10)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan qod aflaha man dzakkaaha wa qod khobaa man dassaaha “sungguh beuntung orang yang mensucikan diri jiwanya dan sungguh merugi orang yang telah mengotori jiwanya”. Demikiannlah Allah Subhanahu Wa Ta’ala sampaikan pada kiab-Nya.. maka merugilah orang-orang yang mengotori jiwanya dengan noktah—noktah hitam berbagai bentuk dosa dan maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mendahului pernyataan ini sebelumnya dengan bersumpah jiwa, ini merupakan indikasi yan menunjukkan akan pentingnya perhatian yang ekstra terhadap kondisi jiwanya. Menjaga jiwanya agar tetap jernih dan tidak menjadi keruh oleh karrena kemaksiatan dan pelanggaran terhadap aturan-aturan kehidupan yang telah ditetapkan oelah Rabb alam semesta.

Sungguh kemaksiatan merupakan sebab terbesar yang akan ,emjadikan hati ternoda, sehingga sifat kejernihannya berubah menjadi keruh, maka ia akan mendorong pemiliknya untuk melakukan berbagai keburukan perilaku dan tindakkan.

Setan pun tidak tingal diam melihat kondisi jiwa manusia yang demikian ini. Setam semakin bersemnagat dalam membantu pemilik jiwa tersebut untuk terus melahirkan tindakkan buruk yang juga akan semakin menambah kekeruhannya.

Bahkan, bukan hanya setan yang ikut andil dalam membantu dirinya, namun juga dari kalangan manusia yang memiliki jiwa-jiwa yang sama-sama kotornya pun ikut serta menambah semangat kotornya jiwa.

Ketika jiwa-jiwa yang kotor yang saling membantu untuk meningkatkan kekeruhan nya telagh terkumpul, maka akan melahirkan setumpuk kemaksiatan yangs eruoa atau adalam bentuk tindakkan dan perilaku buruk lainnya.

Maka demikian ini kondisinya, sungguh benar bahwa orang yang mengotori jiwanya akan merugi. Tidak hanya di dunia namun juga di akhirat kelak manusa  dihari manusia di bangkitkan, digiring kepadang makhsyar untuk mendapatkan pengadilan atas amal yang telah dilakukannya semasa hidup di dunia dengan pengadilan seadil-adilnya.

Karena jiwa yang selamat, jiwa yang sehat, yang dipenuhi dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mencipatkannya, yang telah memberikan penjelasan kepadanya tentang jalan yang buruk, karena dengan itulah jiwa pemiliknya akan mendapatkan ketenangan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bukanlah diturunkannya kitab-kitab  suci ditrunkannya Nabi dan ara Rasulnya tidak lain adalah untuk pencusian hati?

bukankah disyaratkan untuk mensucikan hati?

Bahkan di dunia ini saja, kebahagiaan seorang hamba di tentukan oleh hatinya.semakin hati itu bersih dari penyakit-penyakitnya, semakian orang tersebut dekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan semakin tenang, semakin bahagia, semakin mempunyai jiwa yang besar semakin mempunyai dada yang lapang.

Sehingga waktu itu karena hatinya sudah bersih, maka orang tersebut akan mempunyai hati yang penyabar, akan menjadi hati yang ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan akan mempunyai hati yang mudah untuk kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mengapa? Karena hati tersebut telah menjadi hati yang bening dan bersih, dari segala kotoran-kotoran karena penyakit hati.

Oleh karena itulah tundukkan seorang hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam tergantung kepada hatinya. Semakin hatinya bersih dari segala penyakiy, semakin ia akan mudah tunduk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapi semakin hatinya berpenyakit semakin ia kurang sulit tunduk kepad Allah Subhanahu Wa Ta’ala . sehingga akan terlihat siapa yang memang ketundukannya luar biasa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam dan siapa yang kurang.

Seseorang yang dalam hatinya ada penyakit hubbud dunya atau cinta kepada dunia yang berlebihan, sangat sulit sekali hatinya untuk tunduk pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam, kecuali kalau perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam menguntungkan dunianya. Dan jika ternyata tidak menguntungkan dunianya, maka akan terlak atau dia menolak tetapi dia merasa berat seklai untuk mengamalkannya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya: “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membantu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membantu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az Zumar :22)

Maka untuk itulah Allah Subhanahu Wa Ta’ala mempertimbangkan masalah hati, seperti ada ayat-ayat Al-Qur’an yang telah disampaikan di atas dan ayat-ayat lainnya yang banyak membahas tentang masalah hati, agar kita selalu menjaga kebersihan hati dari segala hal yang yang membuatnya menjadi hitam.

Demikianlah apa yang saya ringkas dari buku yang berjudul penyakit hati dan obatnya. Apa yang saya ringkas jikalau ada kekurangan maka saya minta sebesar-besarnya.  Wallau A’lam Bish-Shawab

 

REFERENSI:

Diringkas dari buku: penyakit hati dan obatnya, Abu Yahya Badrussalam Lc,2017. Pustaka Ibnu Abbas

Ditulis Oleh: Salma Nadhir F. (Pegawai Pondok pesantren Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA:

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.