Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

MEWASPADAI BUDAYA – BUDAYA JAHILIAH

cover jahiliyah

MEWASPADAI BUDAYA – BUDAYA JAHILIAH

 

Tentang budaya dan kebiasaan orang-orang jahiliah ini,maka allah telah menjelaskan dalam banyak ayat ,dan begitu pula Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam banyak hadits,agar umat ini terhindar dan tidak menyerupai kebiasaan mereka yang menyimpang dari kebenaran.yaitu sebagaimana yang telah diturunkan allah kepada para nabi dan Rasul-nya.baik yang berbentuk keyakinan,ibadah,akhlak maupun hukum kemasyarakatan.

Allah menjelaskan jalan orang- orang yang berdosa agar kita menghidari dan menjauhinya, agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa- dosa, swekaligus menjauhi jalan- dan sebab- sebab yang menimbulkan dosa. Diantara jalan adalah meniru budaya dan peradapan orang- orang jahiliyyah serta jalan umat yang dilaknat serta disesatkan oleh Allah. Karena ketidaktahuan terhadap sebab- sebab kebatilan bisa membawa kepada kebatilan itui sendiri. Sebaliknya jika seseorang mengetahui jalan dan sebab kebinasaan, maka ia akan selalu mawas diri.

Sahabat Huzaifah menggambarkan kepada kita, diantara faktor yang menjerumuskan seseorang kepada kejahatan yaitu tidak mengetahui perihal kejelekan itu sendiri.

Bila seseorang tidak menenal kebatilan sebelumnya, maka ia tidak mengingkari kebatilan tersebut, dan jelas kebatilan tersebut akan meluas, hingga akhirnya kebathilan tersebut dianggap sebagai kebenaran. Sehingga terjadi penilaian yang amat sangat keliru, bathil dianggap benar dan yang benar dianggap bathil.

Gejala ini sudah mulai tampak dalam kehidupan kita. Ketika ada perhatian dari sebagian orang yang peduli untuk menanggulangi bebagai penyimpangan moral dalam masyarakat, kemudian datang kelompok lain dengan menamakan diri pembela hak asasi dalam kebebasan. Seolah yang memiliki kebebasan dan hak asasi hanyalah orang yang melanggar.Adapun orang yang patuh kemanakah hak asasi mereka? Semestinya yang mendapatkan hukuman adalah orang yang menyimpang, tetapi justru malah memperoleh pembelaan. Sebaliknya orang yang berjalan di atas kebenaran dianggap tidak berwawasan, tidak toleransi,tidak bisa berbeda pendapat, fanatik, mau menang sendiri, dan seterusnya berbagai celaan diarahkan kepada mereka. Segala perkara jahiliyyah dikubur di bawah telapak kaki Rasulullah,  sebagai peringatan untuk umat islam agar tidak menggali lagi perkara jahiliyyah tersebut, apalagi melestarikannya. Sebagaimana yang disabdakan dalam sabda Beliau :

Ketahuilah segala sesuatu dari urusan jahiliyyah di bawah telapak kakiku terkubur.(HR.Muslim)

Diantara budaya keyakinan orang – orang jahiliyyah, yaitu mempercayai bahwa penyakit bisa berpindah sedirinya kepada orang lain, tanpa ada takdir dari Allah. Hal ini dapat mengurangi dan membatalkan kemurnian tauhuid seseorang kepada Allah. Karena yang dapat menimpakan penyakit dan musibah hanya Allah semata.

Namun bukan berarti kita tidak boleh menghindari sebab- sebab yang dapat mencelakan ataupun membahayakan. Karena dalam melakukan sebab- sebab itu kita boleh meyakini bahwa sebab itu sediri yang dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Jika Allah berkehendak, bisa saja Allah berbuat terhadap sesuatu atas diri kita tanpa sebab.

Sebagai contoh, untuk mendapatkan anak kita harus menikah, namun tidak berarti setiap orang yang menikah mendapatkan anak. Dan terkadang ada orang yang memiliki empat istri namun tak jua memiliki anak. Oleh sebab itu, dalam hadits  lain Rasulullah katakan:

لا عدوى ولا طيرة ولا صفر..

Tidak benar meyakini suatu penyakit berpindah sendiri, tidak benar mempercayai gerak gerik burung hantu, tidak benar mempercayai bahwa bulan safar adalah bulan sial (HR. Bukhori)

Diantara budaya orang jahiliyyah, jika ada bepergian atau melakukan sesuatu ketika keluar rumah, mereka terlebih dahulu melihat kepada binatang yang sering lewat  di hadapan mereka.Dan yang sering melintas di hadapan mereka adalah burung. Jika mereka melihat burung tersebut ke kana n dan ke kiri, mereka pun meneruska perjalalan, karena mreka menganggap itu membawa kesuksesan. Dan jika binatang tersebut sebaliknya maka mereka menganggap itu sial atau bencana, sehingga mereka menghentikan perjalanan dan tujuan mereka. Hal ini bertentangan denag akal sehat,dan apalagi dengan aqidah islam. Karena binatang tersebut bergerak tanpa pertimbanganakal, dan tidak pula di tugaskan Allah untuk memberitahukan hal yang ghoib kepada manusia.

Melakukan atau meninggalkan sesuatu perbuatan karena faktor gerak gerik binatang sebagai  pertanda baik atau buruk maka ini adalah syirik.Karena telah menggantungkan harapan kepada selain Allah. Hal tersebut adalah hanyalah bisikan syaiton untuk menjerumuskan manusia ke dalam lembah kesyirikan, oleh sebab itu perbuatan tersebut dilarang dalam islam.

Dari sahabat ibnu mas’ud secara ,marfu’:

الطيرة شرك

menpercayai gerak gerik burung adalah syirik, (beliau mengulaninya dua kali) tiada diantara kita (kecuali orang yang pernah melintas dalam ingatannya), tetapi Allah menhilangkan prasangka tersebut dengan bertawakkal kepada Allah”.(HR.Abu Dawud dan At- Tirmizi)

      Dalam hadist tersebut disebutkan,

      Dari sahabat anas, ia berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda:”tidak benar (menyakini) penyakit berpindah,tidak benar mempercayai gerak-gerik burung,dan aku lebih suka kepada sikap pesimis,”para sahabat bertanya:”apa sikap pesimis itu?”beliau menjawab,”yaitu kalimat yang baik,”.(HR al-Bukhari dan muslim)

Imam abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari sahabat ‘Uqbah bin amir ,ia berkata:”seseorang menyebut dihadapan Rasulullah tentang mempercayai gerak-gerik burung,beliau pun menyanggah;yang terbaikialah bersikap optimis,jangan sampai hal itu mengembalikan seorang muslim (dari tujuanya);jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang tidak ia senangi,maka hendaklah ia berkata:’ya allah,tiada yang mampu mendatangkan kebaikan kecuali engkau,dan tiada yang mamopu menolak kejelekan kecuali engkau,tiada daya dan upaya kecuali dengan (pertolongan) engkau.”

      Dalam sabda lainnya Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam menyebutkan,barang siapa yang melakukan ath-thiyarah,maka ia telah berbuat syirik.dan sebagai kafarah,ialah membaca do’a yang beliau sebutkan dalam hadits ini :

Dari sahabat ibnu umar,ia berkata:telah bersabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :”Barang siapa yang dikembalikan ath-thiyarah dari keperluannya,maka ia telah berbuat syirik.”para sahabat bertanya:”apa kafarah untuk itu,ya Rasullullah?”Rasulullah menjawab:”dia mengucapkan,ya allah,tiada ketentuan nasib kecuali ketentuan engkau.dan tiada (yang dapat memberi)kebaikan kecuali engkau.tiada tuhan yang berhak disembah kecuali engkau.’(HR imam ahmad,dan dishohihkan oleh syaikh al-albani dalam kitab islahul-masajid,116).

Baca Juga Artikel:

Musibah Dan Bencana Antara Cobaan & Teguran

Syaikh Bin Baz Dan Sepasang Sendal

REFERENSI  : MAJALAH AS-SUNNAH .  PENERBIT YAYASAN LAJNAH ISTIQOMAH SURAKARTA

DIRINGKAS OLEH      : ATINA HASANAH

KELAS        : IDAMA

 

 

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.