Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

MENGENDALIKAN LIDAH

  • NIKMAT LIDAH

Sesungguhnya Allah ﷻtelah menganugerahkan kepada manusia nikmat yang sangat banyak dan besar. Di antara nikmat Allah yang terbesar, setelah nikmat dan Islam, ialah nikmat berbicara dengan lidah, nikmat kemampuan menjelaskan isi hati dan kehendak.

Allah Ta’ala berfirman:

الرحمن. علم القرءان. خلق الإنسن. علمه البين.

“Allah yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarinya pandai berbicara.” (QS.ar-Rahman/55:1-4).

Penciptaan manusia dan pengajaran berbicara kepadanya benar-benar merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang besar. Oleh karena itulah, Allah juga menyebutkan nikmat-Nya tentang pencipataan alat-alat berbicara bagi manusia.

Allah berfirman:

ألم نججعل له عينين. ولسانا وشفتتين.

“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata. Lidah dan dua buah bibir.” (QS.al-Balad/90:8-9).

  • LIDAH, SENJATA BERMATA DUA

Meski lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita perlu mengetahui, bahwa lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Yaitu dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk memperturutkan setan.

Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdo’a kepada Allah, untuk amar ma’ruf, nahi munkar, atau untuk yang lainnya yang berupa ketaatan kepada Allahﷻ, maka inilah yang dituntut dari seorang mukmin, dan ini merupakan perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan lidahnya untuk berdo’a kepada selain Allah ﷻ , berdusta, bersaksi palsu, melakukan ghibah (mengunjing), namimah (memfitnah), memecah belah umat islam, merusak kehormatan seorang muslim, bernyanyi dengan lagu-lagu maksiat, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada setan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin, dan merupakan kekufuran kepada Allah ﷻterhadap nikmat lidah.

Dengan demikian, lidah manusia itu bisa menjadi faktor yang bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah ﷻ, namun juga bisa menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله لايلقي لها بالايرفعه الله بها درجات وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله لا يلقي لها بالا يهوي بها لافي جهنم.

“Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah , dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimatyang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam.” (HR.al-Bukhari).

  • BENCANA LIDAH

Secara umum, bencana yang ditimbulkan oleh lidah ada dua. Yaitu berbicara batil (kerusakan, sia-sia), dan diam dari al-haq yanf wajib diucapkan.

Abu ‘Ali ad-Daqqaq rahimahullah (wafat 412 H) berkata:

المتكلم بالباطل شيطان ناطق والساكت عن الحق شيطان أخرس.

“Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.”

Orang yang berbicara dengan kebatilan ialah setan yang berbicara, ia bermaksiat kepada Allah ﷻ. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran ialah setan yang bisu, ia juga bermaksiat kepada Allah ﷻ . Seperti seseorang yang bertemu dengan orang fasik, terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya, dia berkata lembut, tanpa mengingkarinya, walau di dalam hati. Atau melihat kemungkaran, dan dia mampu merubahnya, namun dia membisu karena menjaga kehormatan pelakunya, atau orang lain, atau karena tak peduli terhadap agama.

Kebanyakan manusia, ketika berbicara ataupun diam, ia menyimpang dengan dua jenis bencana lidah sebagaimana di atas. Sedangkan orang yang beruntung, yaitu orang yang menahan lidahnya dari kebatilan dan menggunakannya untuk perkara bermanfaat.

Bencana lidah termasuk dari bencana-bencana yang berbahaya bagi manusia. Bencana lidah itu bisa menimpa pribadi, masyarakat, atau umat islam secara keseluruhan.

Termasuk perkara yang mengherankan, ada seseorang yang mudah menjaga diri dari makanan haram, berbuat zhalim kepada orang lain, berzina, mencuri, minum khamr, melihat wanita yang tidak halal dilihat, dan lainnya, namun dia seakan sulit menjaga diri dari gerakan lidahnya. Sehinnga terkadang seseorang yang dikenal dengan agamanya, zuhudnya, dan ibadahnya, namun dia mengucapkan kalimat-kalimat yang menimbulkan kemurkaan Allah, dan ia tidak memperhatikannya. Padahal hanya dengan satu kalimat itu saja, dapat menyebabkan dirinya bisa terjerumus kedalam neraka melebihi jarak timur dan barat. Atau ia tersungkur di dalam neraka selama tujuh puluh tahun.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إن الرجل ليتكلم بالكلمة لا يرى بها بأس يهوي بها سبعين خريفا في النار.

“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya, dengan sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka.”

Alangkah banyak manusia yang menjaga diri dari perbuatan keji dan maksiat, namun lidahnya memotong dan menyembelih kehormatan orang-orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Dia tidak peduli dengan apa yang sedang dia ucapkan. La hawla wala quwwata illa billahil  ‘aliyyil  ‘azhim.

Syaikh Husain al-Awaisyah berkata: “Sesungguhnya sekarang ini, sesuatu yang manusia merasa amat tentram terhadapnya ialah lidah mereka, padahal lidah yang paling dikhawatirkan Nabi ﷺatas umatnya. Dan yang nampak, lidah itu seolah-olah pabrik keburukan, tidak pernah lelah dan bosan.”

  • MENJAGA LIDAH

Menjaga lidah disebut juga hifzhul-lisan. Lidah itu sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah Nabi ﷺ memerintahkan seseorang beristiqomah, keterjagaan dan lurusnya lidah sangat berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.

Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik, dari Nabi ﷺ,beliau bersabda:

لايستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه ولا يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه ولا يدخل رجل الجنة لا يأمن جاره بوائقه.

“Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga,”

Oleh karena itu, seorang mukmin hendaklah menjaga lidahnya. Apa jaminan bagi seseorang yang menjaga lidahnya derngan baik? Nabi Muhammad ﷺbersabda:

من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة.

“Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya.”

Selain itu, lidah merupakan alat yang berguna untuk mengungkapkan isi hati. Jika ingin mengetahui isi hati seseorang, maka perhatikanlah gerakan lidahnya, isi pembicaraannya, dan hal itu akan menunjukkan isi hatinya, baik orang tersebut mau maupun enggan.

Kesimpulannya, kita diperintahkan untuk berbicara yang baik dan diam dari keburukan. Jika berbicara, hendaklah sesuai dengan keperluannya. Wallahul musta’an.

 

DISARI DARI :MAJALAH AS-SUNNAH EDISI 12/TH XI/1429/2008 M.

Di salin oleh: KHOIRIL BARIYAH

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.